Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN JIWA

TENTANG ANAK
GELANDANGAN
Disusun Oleh :
Mailina Fadilatie C2014201039
Ria Febriyani C2014201041
Yulia Adira N C2014201047
Fiqry M.Alvian C201420104
Sri Mulyani C2014201053
Alia Almunawaroh C2014201074
Pengertian
Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk melakukan kegiatan hidup sehari- hari di jalanan, baik untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum
lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai
dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan,
penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,
mobilitasnya tinggi. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebih dari 4
jam dalam satu hari. Pada dasarnya anak jalanan menghabiskan
waktunya di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati
maupun dengan paksaan orang tuanya.
Faktor Penyebab
1. Orang tua mendorong anak bekerja dengan alasan untuk membantu ekonomi keluarga;
2. Kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua semakin meningkat
sehingga anak lari ke jalanan;
3. Anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah;
4. Makin banyak anak yang hidup di jalanan karena biaya kontrak rumah
mahal/meningkat;
5. Timbulnya persaingan dengan pekerja dewasa di jalanan, sehingga anak terpuruk
melakukan pekerjaan berisiko tinggi terhadap keselamatannya dan eksploitasi anak oleh
orang dewasa di jalanan
6. Anak menjadi lebih lama di jalanan sehingga timbul masalah baru
7. Anak jalanan jadi korban pemerasan, dan eksploitasi seksual terhadap anak jalanan
perempuan
Surjana dalam Andriyani Mustika (2012:211) mengungkapkan ada tiga tingkat faktor yang sangat kuat
mendorong anak untuk turun ke jalanan, yaitu:
1. Tingkat Mikro (Immediate Causes). Faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarga. . Sebab-
sebab yang berasal dari keluarga adalah: terlantar, ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan
dasar, kondisi psikologis karena ditolak orangtua, salah perawatan dari orangtua sehingga mengalami
kekerasan di rumah (child abuse).
2. Tingkat Meso (Underlying cause). Yaitu faktor agama berhubungan dengan faktor masyarakat.
Sebab-sebab yang dapat diidentifikasi, yaitu:
pada komunitas masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Oleh
karena itu, anak-anak diajarkan untuk bekerja. Pada masyarakat lain, pergi ke kota untuk bekerja.
3. Tingkat Makro (Basic Cause). Yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur masyarakat (struktur
ini dianggap memiliki status sebabakibat yang sangat menentukan –dalam hal ini, sebab: banyak waktu
di jalanan, akibatnya: akan banyak uang).
Nossa
companhia
Aqui você pode dar uma breve descrição do
assunto sobre o qual deseja falar. Por
exemplo, se você quiser falar sobre Mercúrio,
pode dizer que é o menor planeta de todo o
Sistema Solar
Karakteristik Anak Jalanan
secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti, 1997).
1.Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalan, namun
masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan
mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya (Soedijar, 1984)
2.Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara
sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang
tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu
3.Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup
di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat,
tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala
risikonya.
karakteristik anak jalanan pada ciri-ciri fisik dan psikis, yakni
1) Ciri Fisik: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus,
pakaian tidak terurus.
2) Ciri Psikis meliputi mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif,
berwatak keras, serta kreatif. Sedang menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), anak
jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan
kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak
terurus, mobilitasnya tinggi.
Menurut Departemen Sosial RI (2001: 23), indikator anak jalanan menurut intensitas
hubungan dengan keluarga, yaitu:
1) Masih berhubungan secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari
2) Frekuensi dengan keluarga sangat kurang
3) Sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga
Anak jalanan yang ditemui memiliki berbagai macam tempat tinggal. Menurut
Departemen Sosial RI (2001: 24), indikator anak jalanan menurut tempat tinggalnya
adalah:
1) Tinggal bersama orang tua
2) Tinggal berkelompok bersama teman-temannya
3) Tidak mempunyai tempat tinggal
Sedangkan menurut penelitian Departemen Sosial RI dan UNDP (BKSN, 2002: 13-15),
beberapa macam tempat tinggal anak jalanan adalah: menggelandang atau tidur di jalanan,
mengontrak kamar sendiri atau bersama teman, maupun ikut bersama orang tua atau
keluarga yang biasanya tinggal di daerah kumuh
Menurut Departemen Sosial RI (2001: 24), indikator anak jalanan menurut aktivitas yang
dilakukan oleh anak jalanan adalah antara lain memiliki aktivitas: menyemir sepatu,
mengasong, menjadi calo, menjajakan koran atau majalah, mengelap mobil, mencuci
kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung,
menjadi penghubung atau penjual jasa
Masalah Kesehatan Anak Jalanan
1.Masalah Kesehatan Fisik
Anak jalanan adalah seorang anak yang berusia 6-15 tahun yang tidak bersekolah dan
tidak tinggal bersama orang tua, mereka bekerja mempunyai waktu untuk datang kepusat
layanan keehatan pada siang hari karena berjuang mengumpulkan uang untuk membeli
makanan dan memenuhi kebutuhan dasar lainya (Fiasorgbor & Fiasorgbor, 2015).
2.Masalah Kesehatan Psikologi
Anak jalanan seringkali didefinisikan sebagai remaja yang tidak memiliki tempat tinggal
permanen. Remaja yang menjadi anak jalanan dibentuk oleh berbagai faktor yang
mempengaruhi kehidupan mereka, termasuk latar belakang keluarga, kesehatan mental
dan situasi kehidupan.
3.Masalah Kesehatan Sosial
Anak jalanan termasuk anggota masyarakat yang paling rentan dan terpinggirkan,
seringkali tidak memiliki akses ke makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
keamanan dan pendidikan. Banyak anak jalanan makan dari tempat sampah, tidur dengan
pakaian minim, dan dianiaya oleh orang lain.
Strategi pencegahan Anak Jalanan
Beberapa program atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan
mengendalikan jumlah anak jalanan yaitu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan Perda dan Renstra Disospora tahun 2010-2015 yaitu
sosialisasi, penjaringan atau razia, pembinaan dan pelatihan, serta
pemberian bantuan kepada anak jalanan dan orang tua anak jalanan di
Kota Semarang. Tujuan dari program atau kegiatan yang dilakukan agar
bisa mengendalikan dan mengurangi jumlah anak jalanan di Kota
Semarang, selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran
masyarakat agar tidak ada lagi anak-anak yang turun kejalanan dalam
rangka memenuhi kebutuhan keluarganya maupun diri sendiri.
Pembahasan Kasus

a). Pengkajian 2.Faktor predisposisi


1.Identitas klien -Genetik
- Nama -Neurobiologis : penurunan volume
otak dan perubahan sistem
- Umur
neurotransmiter.
- Jenis kelamin
-Teori virus dan infeksi
- Tanggal dirawat 3. Faktor presipitasi
- Tanggal pengkajian -Biologis
- Nomor rekam medis -Sosial kutural
-Psikologis
4. Penilaian terhadap stressor -Reaksi emosi berlebih Dan tidak
a) Respon Adaptif bereaksi
- Berfikir logis - Perilaku aneh
-Persepsi akurat -Penarikan tidak bisa berhubungan sosial
-Emosi konsisten dengan pengalaman b) Respon mal adaptif
-Perilaku sesuai -Gangguan pemikiran
-Berhubungan sosial - Waham/halusinasi
- Pemikiran sesekali - Kesulitan pengolahan
-Terdistorsi - Emosi
-Ilusi - Perilaku kacau dan isolasi social
5. Sumber koping
-Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
- Pencapaian wawasan
- Kognitif yang konstan
- Bergerak menuju prestasi kerja
6. Mekanisme koping
- Regresi ( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran
sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
- Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menetapkan
tanggung jawab kepada orang lain)
- Menarik diri
- Pengingkaran
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1: Harga Diri Rendah
Tujuan umum :
klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan.
Tujuan khusus:
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :
• Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
• Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
• Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
• Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
• Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
• Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
• Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
• Utamakan memberi pujian yang realistis
• Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
• Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
• Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
• Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Diagnosa 2: isolasi sosial
Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :
• Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
• Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
• Perkenalkan diri dengan sopan
• Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
• Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji
• Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
• Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2.Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Tindakan:
• Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
• Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
• Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
• Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri dll)
- Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan prang lain
- Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
- Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
- Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
- beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
- diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
- beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Diagnosa 3: resiko perilaku kekerasan
TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3.Bicara dengan sikap tenang,
rileks dan tidak menantang.
2 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:

- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.


- Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
- Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
- Observasi tanda perilaku kekerasan.
- Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien
D. Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan perencanaan tindakan keperawatan, maka selanjutnya dilakukan
implementasi sesuai waktu dan urutan perencanaan tindakan keperawatan.
E.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan asuhan keperawatan jiwa pada klien untuk
mengetahui perubahan kondisi yang baik dirasakan oleh
Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Anak jalanan adalah anak yang dalam kesehariannya hidup dijalanan. Mereka bermain,
bergaul dan mencari nafkah dijalanan. Anak jalanan adalah anak bangsa juga, kehadiranya
tidak perlu dikucilkan, dijauhi, ataupun ditelantarkan. Pada hakikatnya mereka tidak ingin
menjadi anak jalanan, namun kondisi sosial dan ekonomi yang membuat mereka menjadi
seperti itu. Mereka harus dibina, dididik, dirangkul, dirawat dan dipelihara oleh negara.
.Saran
1)Program Perlindungan Anak, penyediaan dan atau pemberian pelayananpelayanan sosial
dasar bagi anak, utamanya yang berasal dari keluarga miskin sehingga hak-hak mereka
dapat terpenuhi.
2) Program Rumah Singgah kepada anak-anak jalanan merupakan pemberian kesempatan
anak untuk memenuhi kebutuhannya dalam hal belajar
3) Program pelatihan dan pemberian bantuan modal usaha bagi Anak Jalanan.
4) Pemberian layanan pendidikan gratis.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai