NONFARMAKOLOGI
Neni Nuraeni,
Hani Handayani,
Rosy Rosnawanty,
Ade Kurniawati,
Meti Patimah,
Tatu Septiani,
Sri Susilawati,
Sri Wahyuni,
Dewi Nurdianti,
Gugun Gundara.,
Qonita Khaerunnisa,
Anisa Setiawati,
Gina Restiana,
Aninda Maharani,
Imelda,
Shofa Rahmah,
Lisdayanti
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
PENULIS
Puji dan Syukur Kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas ijin-Nya Kami telah
menyelesaikan buku ajar Penerapan Manajemen Nyeri; Non Farmakologi pada Ibu
hamil, bersalin dan nifas. Buku ajar ini disusun sebagai referensi bagi dosen atau
mahasiswa baik dosen keperawatan maupun kebidanan demikian pula untuk mahasiswa
keperawatan dan kebidanan dalam penanganan nyeri; non farmakologi berdasarkan
hasil penelitian dan literarur review yang telah dilakukan oleh dosen- dosen keperawatan
bidang maternitas dan kebidanan.
Ucapankan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
buku ini terutama pada guru dan orang tua Kami Alm. Drs.H.Suchri Suarli, MM., yang
selalu memberikan motivasinya kepada Kami untuk selalu berkarya di dalam menulis.
semoga buku ini bermanfaat.
Kami sadar buku ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran Kami tunggu
untuk perbaikan di kemudian hari.
Penulis
Daur hidup wanita adalah keadaan dimana wanita mengalami beberapa tahapan dalam
masa hidupnya yang dimulai dari adanya konsepsi hingga masa usia lanjut .
Gambaran Daur hidup wanita dapat dilihat pada skema berikut ini :
SKEMA 1.1 DAUR KEHIDUPAN WANITA
2. Bayi
a. Pada minggu pertama dan kedua kehidupan di dunia luar ,bayi masih mengalami
pengaruh estrogen yang sewaktu hamil ,memasuki tubuh janin melalui placenta.
b. Karena itu, uterus bayi baru lahir lebih besar dibandingkan dengan uterus anak
kecil.
c. Disamping itu estrogen juga menyebabkan pembengkakkan pada payudara bayi
wanita maupun pria selama 10 hari pertama dari kehidupannya, kadang-kadang
disertai dengan sekresi cairan seperti air susu.
d. Selanjutnya 10-15 % dari bayi wanita dapat timbul pendarahan pervagina dalam
minggu-minggu pertama yang bersifat withdrawal bleeding
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi :
a. Lingkungan
b. Kondisi ibu
c. Sikap orang tua
d. Aspek psikologi pada masa bayi
e. Sistem reproduksi
4. Pubertas
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin skunder , dan
berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi.
Faktor yang berpengaruh :
a. Status gizi
b. Pendidikan
c. Lingkungan dan pekerjaan
d. Seks dan seksualitas
e. Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
5. Masa Dewasa/ Reproduksi
a. Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlansung kira-kira 33
tahun.
b. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk
memungkinkan kehamilan.
Faktor yang berpengaruh yaitu :
a. Perkembangan organ reproduksi
b. Tanggapan seksual
c. Kedewasaan psikologi
Selain pengukuran nyeri diatas dapat juga digunakan tehnik ABCDE untuk
Manajement dan pengkajian nyeri, yaitu :
A : Ask about pain regularly. Assess pain systematically.
B : Believe the patient and family in their reports of pain
and what relieves it.
C : Choose pain control options appropriate for the patient,
family and setting.
D : Deliver intervention in timely, logical and coordinated fashion.
E : Empower patients and their family. Enable them to control
BAB III
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau jalan lain. Persalinan
memerlukan adaptasi fisik maupun psikologis. Salah satu respon fisiologis dari
persalinan adanya kontraksi uterus yang berirama, terkoordinasi dan sangat kuat yang
dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan ibu saat persalinan (Reeder, 2011;
Pillateri, 2003; Bobak, 2005).
Nyeri yang dirasakan ibu bersalin merupakan pengalaman subyektif yang diakibatkan
adanya iskemia otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium, tuba
fallopii dan perineum, tekanan uretra, kandung kemih , rectum, dan distensi abdomen
bagian bawah segmen uteri dan otot dasar panggul (Reeder, 2011; LH HO,2011).
Kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang menyebabkan nyeri selama kala 1 persalinan.
Nyeri yang dirasakan didaerah perut bagian bawah dan daerah pinggang serta sarkum.
Rasa nyeri bersifat visceral, tumpul dan tidak jelas lokasinya.
Ketidaknyamanan selama persalinan diperlukan adanya manajemen untuk mengatasi
persalinan dengan tujuan agar ibu mempunyai respon positif terhadap nyeri yang
dirasakan selama persalinan. Manajemen nyeri persalinan dapat dilakukan secara
farmakologi yaitu dengan memberikan obat jenis opoid dan non farmakologi seperti
akupresuur, aromaterapi, massage punggung, hidroterapi dan relaksasi lain seperti tarik
nafas dalam dan Transcutaneous Electric Nerve Stimulation (TENS) (Leksana, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karlina (2015) mengemukakan bahwa TENS
berpengaruh terhadap nyeri persalinan pada pembukaan 8 cm. Demikian juga menurut
hasil penelitian LF HO (2011) mengemukan bahwa TENS dapat menurunkan nyeri
selama persalinan. Yulifah (2009) dan Santana (2015) mengemukan bahwa TENS efektif
menurunkan rasa nyeri persalinan dan kecemasan selama persalinan.
TENS adalah alat yang dialiri arus listrik dilengkapi dengan perangkat elektroda yang
bertujuan untuk merangsang saraf pengurang rasa sakit. Sinyal ini berfungsi untuk
memutuskan sinyal nyeri sehingga nyeri yang dirasakan berkurang. Dan teori lain
mengatakan bahwa TENS dapat merangsang tubuh untuk memproduksi obat penghilang
rasa nyeri secara alamiah yaitu erdorphin (Djaya, 2011).Beta endorphin dikeluarkan oleh
kelenjar hiposis dan kadarnya sangat tinggi saat berhubungan seks, kehamilan, kelahiran
Gambar 1
TENS dengan dilengkapi elektroda
Disarankan perlu penelitian lebih lanjut terhadap alat sehingga dapat dipergunakan
untuk membantu memanajemen rasa nyeri persalinan kala 1 dengan cara uji
laboratorium kembali dan alat ini juga perlu dikemas sederhana, kecil dan mudah di
genggam oleh tangan.
Dismenore merupakan nyeri yang dirasa saat menstruasi atau haid. Dimana
dismenore ini timbul pada hari kedua atau hari pertama menstruasi. Dismenore ini
merupakan topik yang banyak menarik minat dan banyak diperbincangkan perempuan
karena setiap bulan perempuan mengalami menstruasi (Laila N, 2011 ; Prihatama ,2013
). Hasil Penelitian Sari (2013) menyatakan bahwa prevalensi dismenore tertinggi terjadi
pada remaja sekitar 20-90%. Di Amerika yaitu sekitar 15 % remaja mengalami dismenore
berat dengan presentase mencapai 60% dan merupakan penyebab tertinggi para remaja
perempuan tidak hadir disekolah. Nyeri yang biasanya dirasakan adalah kram yang
timbul-hilang atau nyeri yang terus menerus. Menurut Long (1996, dalam Mubarak,
2008) nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelasakan dan mengevaluasi perasaan tersebut
(Laila N, 2011 ; Purwaningsih,2010 ; Mubarak, 2008).
Dampak dari dismenore ini dapat menurunkan aktivitas, bahkan sama sekali tidak
dapat melakukan aktivitas terutama dikalangan remaja saat ini masih menjadi
permasalahan yang banyak dirasakan dikalangan remaja, nyeri haid tersebut dapat
disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit seperti colic abdomen yang
menyebabkan beberapa wanita mabuk bahkan pingsan. Namun menurut Lestari (2013)
sekitar 70-90% nyeri haid terjadi saat usia remaja dan dapat menimbulkan dampak
konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan. Prawirohardjo (2009, dalam Malinda
2013) menyebutkan nyeri dismenore dapat diatasi dengan menggunakan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan cara
non farmakologi yang salah satunya dengan penangana melalui murrotal yang diambil
dari ayat suci Al-Quran.
Para siswi selama ini penanganan yang mereka lakukan ketika mengalami
dismenore dengan cara ditidurkan dan minum obat, mengkompres perut dengan air
hangat, minum air hangat, kadang sampai nangis karena sakit dengan intensitas
nyeri sedang dan nyeri namun masih dapat tertahankan.
Alat pengukur nyeri dengan numerik atau Numeric Rating Scale ( NRS) untuk
mengukur nyeri desminore berupa sekala 0-10. Pemberian murrotal dengan
menggunakan handpone peneliti yang dihubungkan ke hadseat surat Ar-Rahman
dengan kriteria sebagai berikut: besarnya frekuensi 12- 15 Hz dengan volume
sedang serta berada di ruangan yang nyaman dengan durasi waktu 15 menit.
Sebelum dilakukan terapi murottal siswi SMPN 12 Kota Tasikmalaya
dilakukan pengukuran skala nyeri sama seperti terapi musik dimana dalam terapi
murottal ini didapatkan intensitas nyeri dengan nyeri ringan 40 % dan nyeri sedang
60 % . Terapi murottal ini menggunakan surat Ar-Rahman dikarenakan pada surat
Ar-Rahman memiliki kandungan diantaranya mengingatkan diri kita kepada sifat
Ar-Rahman milik Allah, yaitu Maha pengasih, memberi tahu serta mengingatkan
bahwa selain Allah SWT lainnya yang juga diberikan kewajiban untuk beribadah
kepada Allah SWT, yaitu golongan jin, memberikan motivasi kepada kita agar terus
bersemangat beribadah kepada Allah SWT. Selain itu surat Ar-Rahman memiliki
manfaat untuk menurunkan nyeri karena sebagai instrumen penyembuhan
meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian, menurunkan perasaan
cemas dan ketegangan serta sangat baik dalam penurunan emosional.
BAB V
Sectio caesarea merupakan salah satu tindakan operasi obstetrik yang secara
sengaja dilakukan untuk menyayat bagian abdomen sehingga dapat menyebabkan
perubahan kontinuitas jaringan Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai
sadar, pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan ia akan merasakan nyeri
(Potter &perry, 2011; Smeltzer, 2014). Nyeri pasca operasi sectio caesarea harus
dikontrol secara adekuat, sebab nyeri yang tidak diatasi secara adekuat dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan serta mempengaruhi sistem pulmonary,
kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan imunologik (Smeltzer, 2014).
Adanya nyeri pasca operasi sectio caesarea membuat penderitanya seringkali
takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktifitas sehari-harinya dan dapat
menurunkan produktifitasnya. terapi utama diarahkan untuk menangani nyeri ini
(Potter & Perry, 2010). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi
farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Stimulus kutaneus salah satu non
farmakologi untuk mengatasi hal tersebut,.
Tehniknya dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satu metode
yang dilakukan adalah dengan mengusap kulit klien secara perlahan dan berirama
dengan tangan, dengan kecepatan 60 kali usapan per menit atau satu usapan per
detik (Potter & Perry, 2010). Hasil penelitian Ayu, Wayan, Muliawati (2015
mengemukakan bahwa tehnik stimulus kutaneus dan efeknya yang dapat
memberikan rasa nyaman bagi pasien pasca Sectio Caesarea. Penelitian yang terkait
dengan hal tersebut belum banyak dilakukan pada saat ini, maka dari itu peneliti
ingin mengetahui pengaruh stimulus kutaneus terhadap penurunan nyeri post
Sectio caesaria di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Alat untuk mengukur skala nyeri yaitu Numeric Pain Rating Scale.
Pengumpulan data diawali dengan responden menunjukan skala nyeri yang
dirasakan, Selanjutnya dilakukan tindakan stimulasi kutaneus setelah 5 jam
pemberian obat analgetik dengan cara mengusap punggung klien secara perlahan
Nyeri post operasi juga terjadinya kontraksi dan pengerutan rahim yang dapat
menimbulkan rasa nyeri selama beberapa hari, hal ini dibuktikan bahwa masih
ditemukan pasien post operasi sectio caesaria yang mengalami nyeri walupun
setelah pemberian analgetik. Sulamningsih, dan Rosyidi (2013) mengemukakan
bahwa ada perbedaan nyeri pada pasien pasca operasi sectio caesaria pertama
dengan pasien pasca operasi sectio caesaria berulang dengan ρ value =0,394 pada
kejadian di RSUD Ambarawa, pasien pasca operasi sectio caesaria memiliki skala
nyeri yang rata-rata cenderung dalam skala sedang ke berat walaupun telah
diberikan obat anti nyeri.
Tingkat nyeri dipengaruhi juga oleh dukungan sosial dan mekanisme koping
dari setiap individu. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat
penelitian, pasien yang didampingi oleh keluarga dan melakukan mekanisme
koping seperti berdoa dan berkomunikasi bersama keluarganya mengalami derajat
nyeri yang lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang tidak didampingi oleh
keluarganya. Widi dkk (2011) mengatakan bahwa faktor sosial dan emosi seperti
perasaan takut dan cemas terhadap nyeri, serta sikap terhadap kondisi dan reaksi
orang sekitar pasien terhadap nyerinya juga berperan penting dalam persepsi
nyeri.
Rata-rata skala nyeri responden post operasai sectio caesaria setelah diberikan
stimulus kutaneus di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya 3,07.
BAB VI
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN NON FARMAKOLOGIS
1. Aromaterapi
Aromaterapi merupakan ekstrak atau minyak yang terbuat dari tanaman, bunga,
tumbuhan herbal, dan pohon yan berfungsi untuk untuk mengobati serta
menyeimbangkan tubuh, pikiran maupun jiwa. Beberapa minyak aromaterapi dapat
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 28
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
membantu kontraksi pada uterus, mengurangi nyeri, mengurangi ketegangan,
menghilangkan rasa takut dan cemas, serta meningkatkan perasaan sejahtera. Ada
beberapa aromaterapi yang biasa digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan.(Kheirkah, Masoomeh, Valipour N.S, Neisani, 2014; Namazi et al., 2014;
Yazdkhasti & Pirak, 2016)
a. Minyak esensial mawar
Prosedur ini dilakukan pada awal fase aktif (dilatasi servik 4 cm) dan pada
permulaan fase transisi (dilatasi servik 8 cm). Digunakan sebagai inhalasi dan
rendam kaki. Minyak esensial mawar 1% (8 tetes minyak dengan 1 liter air) oleh
Brennervaporized selama 10 menit di pasien (pasien bernafas seperti biasa).
Perendaman kaki dengan minyak esensial mawar (1%) dan
air (40 ° C). Hasil penelitian didapatkan nyeri persalinan pada ibu dengan miyak
esensial mawar lebih rendah (p = 0,001).(Kheirkah, Masoomeh, Valipour N.S,
Neisani, 2014)
b. Minyak esensial lavender
Penggunaan minyak lavender dengan meneteskan 2 tetes essensi lavender yang
kemudian dihirup pada tiga hirupan dan tingkat nyeri persalinan dan durasi
persalinan, diukur sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ibu yang mendapatkan minyak laverder memiliki tingkat
nyeri persalinan lebih rendah. (P = 0,001).(Yazdkhasti & Pirak, 2016)
c. Minyak esensial citrus
Minyak citrus aurantium diberikan kepada ibu bersalin dimulai sejak fase laten.
Kasa direndam dalam air destilasi yang mengandung 4ml minyak citrus oil yang
kemudian didekatkan pada pasien selama 30 menit. Hasil penelitian diperoleh
bahwa terdapat perbedaan nyeri persalinan pada ibu yang mendapatkan minyak
citrus aurantium memiliki tingkat nyeri persalinan lebih rendah
(p<0,05)(Namazi et al., 2014)
2. Pijat
Pemijatan yang dilakukan pada proses persalinan dapat menurunkan nyeri
persalinan, karena pemijatan dapat meningkatkan kenyamanan pada pasien.
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 29
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
Pijatan dilakukan dengan posisi yang paling nyaman bagi ibu. Teknik pijat
diterapkan di area antara T10 dan S4, sesuai dengan jalur dari pleksus hipogastrik
dan saraf pudendus, yang bertanggung jawab untuk persarafan ganglia
paravertebral, vagina, dan perineum. Selama kontraksi uterus, ibu diminta untuk
menutup mata dan mengambil dua napas dalam untuk berkonsentrasi pada pijatan.
Pijatan yang terarah, cukup kuat dan ritmik selama 30 menit, diaplikasikan terdiri
pada peningkatan effleurage perut, bahu dan punggung memijat dengan
menerapkan tekanan ke daerah nyeri di punggung bagian bawah (tekanan sakral),
ketika ahli terapi melipat jari-jari telentang ke telapak tangan, menjaga pergelangan
tangan lurus dan menggunakan buku-buku jari untuk menekan ke area yang
menyakitkan. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada penurunan nyeri signifikan
pada ibu yang mendapatkan pijatan punggung dengan p<0,001.(Devi & Sangeetha,
2016; Mohamed & Bigawy, 2017; Unalmis Erdogan, Yanikkerem, & Goker, 2017)
3. Kompres hangat pada sakrum
Handuk basah hangat yang dibasahi
air panas pada suhu sekitar 45 ° C digunakan sebagai penghangat yang
dikompreskan pada sacrum dan perineum. Subjek diminta untuk memegang dan
memperbaiki posisi handuk dengan paha tertutup mereka setidaknya selama 30
menit. Ibu bersalin diminta untuk memeriksa panasnya handuk tangan mereka
untuk menghindari rasa terbakar atau ketidaknyamanan. Skor nyeri dicatat oleh
penyidik setiap 30 menit sampai pelebaran mencapai 8 cm. Hasil penelitian
diperoleh bahwa ibu yang mendapatkan kompres hangat memiliki tingkat nyeri
lebih rendah dengan nilai p <0,05.(Taavoni, Abdolahian, & Haghani, 2013)
4. Bola Persalinan
Sebuah sistematik review mengungkapkan bahwa implementasi klinis bola
persalinan bisa menjadi alat yang efektif bagi ibu bersalin mengurangi nyeri
persalinan.(Hau et al., 2012)
5. Kompres dingin
Ice gel yang sudah beku dibungkus dengan menggunakan handuk dan diletakkan
pada punggung serta daerah perut bawah selama 10 menit selama kontraksi.
Prosedur ini dilakukan pada fase aktif dan diulang setiap 20 menit perjam. Hasil
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 30
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
penelitian diperoleh bahw tingkat nyeri pada ibu bersalin yang mendapatkan ice
pack lebih rendah dengan nilai p<0,001.(Al-Battawi, Mahmoud, & Essa, 2017)
6. Terapi Musik
Ibu bersalin kala I fase aktif diberikan terapi musik selama 30 menit
menggunakan headset berisi 35 lagu seperti Kapi, Hintholam,
Mayamalavagoularaga, Yamunakalyani, Neelambari dan Chalanatta. Lagu-lagu
dimainkan secara acak lagu selama 30 menit. Setelah 30 menit dilakukan
pengukuran nyeri, dan diperoleh hasil ibu bersalin yang mendapatkan terapi music
memiliki tingkat nyeri lebih rendah (p<0,001)(Xavier & Viswanath, 2016)
BAB VII
PENATALAKSANAAN PELVIC ROCKING DENGAN BIRTHING BALL UNTUK
MEMPERCEPAT KEMAJUAN PERSALINAN KALA I
BAB VIII
PENATALAKSANAAN SENAM KEGELUNTUK MENGURANGI NYERI LUKA
PERINEUM
Secara fisiologis dengan dilakukan nya senam kegel yang cukup sering dapat
meningkatkan sirkulasi pada perineum sehingga mengurangi persepsi nyeri serta
mengurangi pembengkakan, juga membantu mengembalikan tonus otot setelah
melahirkan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puji (2009) pada 30
responden ibu postpartum primipara dengan hasil menunjukan bahwa ada
hubungan antara pelaksanaan senam kegel dengan pengurangan nyeri terhadap
luka perineum pada ibu postpartum primipara. Dengan melakukan senam kegel
mampu mempercepat proses penyembuhan luka perineum khusunya pada ibu
postpartum primipara.
Setiap ibu nifas yang mengalami luka perinium merasakan nyeri sebelum
diberikan penanganan apapun. Secara fisiologis nyeri setelah persalinan sangat
wajar terjadi hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor seperti rusaknya saraf di
daerah luka perineum dan jahitan luka. Rasa nyeri merupakan mekanisme
BAB IX
PENATALAKSANAANRELAKSASI DENGAN AROMATERAPI ROSE OIL UNTUK
MENGURANGI NYERI PERSALINAN KALA I
Tabel diatas menunjukkan bahwa Relaksasi dengan aromaterapi Ros Oil yang
telah dilakukan pada 5 orang responden, terbukti dapat menurunkan sedikit rasa
nyeri kepada ibu saat persalinan menunjukkan bahwa hasil rata-rata sebelum
dilakukan asuhan relaksasi dengan aroma terapi rose oil yaitu skala nyeri 6.6,
sesudah dilakukan pemberian aroma terapi rose oil pertama yaitu skala nyeri 6.2,
dan sesudah dilakukan pemberian aroma terapi rose oil ke II yaitu skala nyeri 6
Asuhan Relaksasi dengan Rose Oil telah dilakukan pada 5 orang responden
sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan dengan waktu yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi responden di lapangan. Proses pelaksanaan asuhan dimulai
dari melakukan pengkajian terhadap ibu, mengukur dan mencatat derajat nyeri
sebelum asuhan, mengukur dan mencatat drajat nyeri setelah asuhan. Pada asuhan
ini pengukuran kemajuan persalinan menggunakan Skala nyeri numerik. Sebelum
dilakukan asuhan terlebih dahulu dilakukan Anamnesa sehingga didapatkan ukuran
sebelum dilakukan asuhan Relaksasi dengan Rose Oil. Asuhan Relaksasi dengan Rose
BAB X
PENATALAKSANAAN (ICE PACK) KOMPRES DINGIN UNTUK MENGURANGI
NYERI LUKA PERINEUM
Keterangan :
TN : Tidak Nyeri : 0 R : Ringan : 1-3
B : Berat : 7-9 S : Sedang : 4-6
Tabel diatas menunjukan hasil evaluasi bahwa skala nyeri pada luka
perineum sebelum di kompres dingin pada hari ke 1 dengan rata-rata 5,6 termasuk
BAB XI
PENATALAKSANAAN PEMBERIAN AROMATHERAPY LAVENDER UNTUK
MENURUNKAN NYERI LUKA PERINEUM PADA IBU POSTPARTUM
Lisdayanti, Dewi Nurdianti
Masa nifas merupakan masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca
persalinan,masa ini dimulai setelah plasenta lahir,dan sebagai penanda berakhirnya
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 46
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti keadaan
sebelum hamil rentang masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6 minggu
atau 42 hari.(Astuti dkk, 2015)
Setiap ibu yang telah menjalani proses persalinan akan mengalami
perubahan psikologis seperti kesakitan dan rasa takut yang didapatkan
salahsatunya karena luka perineum yang di alami oleh ibu pasca persalinan.
Sehingga Ibu akan merasakan nyeri,nyeri yang dirasakan pada setiap ibu dengan
luka perineum menimbulkan dampak yang tidak menyenangkan seperti kesakitan
dan rasa takut untuk bergerak sehingga banyak ibu dengan luka perineum jarang
mau bergerak pasca persalinan sehingga dapat mengakibatkan banyak masalah
diantaranya sub involusi uterus ,pengeluaran lochea yang tidak lancer,dan
perdarahan pasca postpartum.ibu bersalin dengan luka perineum akan mengalami
nyeri dan ketidaknyamanan.(Clinic,dkk 2013). Diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 25 jam pertama (Rahayu dkk, 2012).
Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan. Perlukaan sulit dihindari khususnya pada pertolongan primipara karena
besarnya kepala bayi dan berat badan bayi yang melalui jalan lahir. Ruptur yang
terjadi mulai dari yang ringan sampai dengan luka yang berat yang dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak.
Nyeri perineum serta nyeri fisik lainnya pada periode postpartum dapat
menyebabkan insomnia, kelelahan, kebingungan, kecemasan, keterlambatan dalam
pembentukan antara ibu dan bayinya.(Vaziri et al., 2017)
Pada tahun 2008 Di Propinsi jawa barat, jumlah ibu yang bersalin sebanyak
439 orang dengan angka kejadian ruptur perineum adalah 209 orang (47,61%).
Ruptur perineum dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
ibu, faktor janin, dan faktor penolong persalinan. Faktor ibu meliputi partus
presipitatus, ibu primipara, pasien tidak mampu berhenti mengejan, edema dan
kerapuhan perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arkus
pubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan
kepala bayi ke arah posterior.Pada primipara atau orang yang baru pertama kali
melahirkan faktor risikonya adalah kelenturan perineum. Perineum yang kaku dan
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 47
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan risiko
terhadap janin.Perineum yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi tidak dapat
menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya.
Menurut konsoemardiyah (2009),Aromatherapy adalah salah satu teknik
untuk mengatasi nyeri, jenis aromatherapy yang berefek merelaksasi adalah
lavender, teknik pemberian aromatherapy diantaranya adalah dengan cara pijat,
produk mandi ,parfum dan inhalasi.
Menurut Penelitian Farideh Vaziri, Mahsa Shiravani,Fatemeh Sadat
Najib,Saeedeh Pourahmad, Alireza Salehi, Zahra Yazdanpanahi,pada tahun
2017,terdapat perbedaan signifikan ditemukan antara kedua kelompok mengenai
nyeri perineum (P = 0,004, P <0,001), nyeri fisik (P <0,001), kelelahan (P = 0,02, P
<0,001 ), dan skor distres (P <0,001).Selain itu, perbedaan signifikan ditemukan
mengenai nilai rata-rata positif (P <0,001) dan negatif (P = 0,007, P <0,001) suasana
hati antara kedua kelompok setelah intervensi. Aromaterapi minyak Lavender
dimulai pada jam pertama periode postpartum menghasilkan status fisik dan
suasana hati dibandingkan dengan kelompok nonaromatik.
Selain itu Lavender adalah tanaman aromatik yang banyak digunakan dalam
aromaterapi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aromaterapi dengan lavender
memiliki efek anti-inflamasi, anti-depresan, hipnotik, obat penenang, otot-relaks,
anti-bakteri, dan anti-spasmodik.Aromaterapi dengan minyak lavender telah
digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan selama persalinan, dan ibu
umumnya mengevaluasi pendekatan ini sebagai metode yang tepat.(Bird. Y,
Obidiya. O, Mahmood. R, Nwankwo. C, 2017).
Tindakan yang diberikan, peneliti melakukan observasi mulai dari 1 jam
setelah persalinan dan 6 jam setelah persalinan untuk menilai percepatan
meringankan nyeri luka perineum.
Hasil tindakan, pada 1 jam setelah persalinan dan sebelum diberikan
tindakan semua klien termasuk kriteria sedang dengan rata-rata skala nyeri 4,dan 6
jam kemudian setelah diberikan asuhan semua klien termasuk pada kriteria nyeri
ringan dengan rata rata skala nyeri 1. Berikutnya hasil tindakan dapat dilihat pada
table berikut:
Tabel Hasil Pemberian Aromatherapy Lavender
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 48
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
PX Sebelum Keterangan Setelah Keterangan
Diberikan diberikan
asuhan asuhan
1 4 Nyeri Sedang 1 Nyeri Ringan
2 4 Nyeri Sedang 1 Nyeri Ringan
3 4 Nyeri Sedang 1 Nyeri Ringan
4 5 Nyeri Sedang 1 Nyeri Ringan
5 4 Nyeri Sedang 1 Nyeri Ringan
Rata -Rata 4 1
Pemberian aroma therapy lavender pada asuhan ibu nifas memberikan rasa
tenang dan rileks sehingga nyeri lluka perineum berkurang hal ini sejalan dengan
teori (Prima Dewi,2011) yang menjelaskan bahwa Salah satu kandungan yang
berperan dalam minyak lavender adalah linalool. Menurut penelitian yang sudah
dilakukan pada kandungan minyak lavender,didapatkan bahwa linalool adalah
kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi) pada
lavender,begitu juga hasil penelitian (Salamati,2016) didapatkan bahwa menghirup
minyak essensial lavender berpengaruh secara signifikan terhadap pengurangan
rasa sakit terhadap nyeri luka perineum pada ibu postpartum.
Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri. Lavender
dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan
dan stress (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi,
merawat agar tidak infeksi paru-paru, sinus, termasuk jamur vaginal,radang
tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh,
regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi.
Pada saat setelah pemberian aromatherapy lavender terjadi penurunan
nyeri yang dirasakan oleh semua klien hal ini sejalan dengan penelitian
(Pratiwi,2016) bahwa penurunan nyeri dengan aromatherapy lavender mengacu
pada konsep gate control yang terletak pada fisiologi mekanisme penghantaran
impuls nyeri yang terjadi saat system pertahanan terbuka, dan sebaliknya
penghantaran impuls nyeri dapat dihambat saat system pertahanan ditutup. Selain
itu dijelaskan juga oleh (Karlina dkk) bahwa efek aromatherapy lavender yang
memberikan rasa tenang dan analgetik sangat berpengaruh terhadap penurunan
rasa nyeri, zat kimia yang dihasilkan dari hormone endorphin sebagai akibat dari
rangsangan hipotalamus oleh aromatherapy lavender dapat menghasilkan rasa
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 49
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
tenang,rasa bahagia dan rileks ,serta melemaskan otot-otot yang tegang akibat rasa
nyeri, salah satunya melemaskan otot otot perineum yang tegang karena rasa nyeri
luka laserasi.
Pemberian aromatherapy lavender memberikan kenyamanan dan
ketenangan pada klien saat setelah diberikan aromatherapy lavender. Hal ini sesuai
dengan teori (Astuti,dkk 2016) bahwa Molekul dan partikel lavender saat di hirup
akan masuk melalui hidung,kemudian diterima oleh reseptor saraf sebagai signal
yang baik dan kemudian di interpretasikan sebagai bau yang menyenangkan,dan
akhirnya sensori bau tersebut masuk serta mepengaruhi system limbic sebagai
pusat emosi seseorang ,sehingga saraf dan pembuluh darah perasaan akan semakin
relaks dan akhirnya rasa nyeri berkurang.
Pada saat memberikan asuhan tidak hanya penatalaksanaan pemberian
aromatherapy lavender saja tetapi juga klien diberikan Pendidikan kesehatan
personal hygiene, istirahat dan nutrisi.
Dengan demikian aromatherapy lavender dapat dijadikan pengobatan
nonfarmakologi pada ibu nifas untuk mengurangi nyeri pada luka perineum.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, H. (2015). Effects of Prenatal Perineal Massage and Kegel Exercise on the
Episiotomy Rate, 4(4), 61–70. https://doi.org/10.9790/1959-04476170
Astuti, Judistiani, Rahmiati, & Susanti, 2015). (2016). Aromaterapi Lavender dapat
Menurunkan Intensitas Nyeri Perineum pada Ibu Post Partum Lavender
Aromatherapy Reduced the Intensity of Perineal Pain among Post Partum
Women, 4(September), 123–128.
Bahiyatun. (2009). Buku ajaran asuhan kebidanan nifas normal. (Monica Ester, Ed.).
Jakarta: 2009. https://doi.org/KTD
Bedwell C1, Dowswell T, Neilson JP, Lavender T.(2011). The use of transcutaneous
electrical nerve stimulation (TENS) for pain relief in labour: a review of the
evidence.Midwifery. 2011 Oct;27(5):e141-8. doi:
10.1016/j.midw.2009.12.004. Epub 2010 Feb 18.
Clinic, D., Alfirdaus, S., & Village, K. (2011). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap
Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus
Kingking Kabupaten Tuban ( The Influence of Cold Compress Towards
Perineum Injury of Post-Partum, 43–46.
Danuatmaja, B., & Meiliasari, M. (2008). Persalinan Nomal Tanpa Rasa Sakit. (Y.
Harlinawati, Ed.). Jakarta: Puspa Swara.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2017). Gambaran AKI dan AKB di Wilayah Periangan
Timur.
Divisi, R., Laboratorium, U., & Malang, S. A. (n.d.). Efek Latihan Kegel pada Kekuatan
Otot Dasar Panggul Ibu Pasca Persalinan The Effect of Kegel Exercise on Pelvic
Floor Muscle Strength in Post Delivery Mother, 26(2), 120–123.
Dönmez, S., & Kavlak, O. (2015). Effects of Prenatal Perineal Massage and Kegel
Exercises on the Integrity of Postnatal, (April), 495–505.
Ergul Aslan, R. (2017). Asian Nursing Research. The Effects of Cold Application to the
Penerapan Manajemen Nyeri Non Farmakologi 51
Dengan pendekatan Hasil Penelitian pada Wanita di setiap Daur Kehidupannya
Perineum on Pain Relief After Vaginal Birth, 11, 276–282. Retrieved from
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/
Farrag, E., & Eswi, S. (2016). Effect Of Postnatal Kegel Exercises on Episiotomy Pain
and Wound Healing Among Primiparous Women, 5(3), 24–31.
https://doi.org/10.9790/1959-0503032431Hassan Zaky, N. (2016). Effect of
pelvic rocking exercise using sitting position on birth ball during the first stage
of labor on its progress. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 05(04), 19–
27. https://doi.org/10.9790/1959-0504031927
Hidayat, A., & Sujiatini. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. (W. Kristiyanasari,
Ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Hutagaol. (2007). Perbedaan pengaruh Intervensi MWD dan TENS dengan MWD,
TENS dan Traksi Leher Manual terhadap Pengurangan Nyeri Kepala pada
Cervical Headche. http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-3982-
Hutagalung.pdf
Geetha, P., & Shanmugam, R. S. (2015). Effectiveness of Ice Pack Application on the
Level of Pain in Episiotomy Wound, 4(11), 1607–1611. Retrieved from
www.ijsr.net%0ALicensed Under Creative Commons Attribution CC BY
Group, O., Design, P., Lamongan, R. S. M., Sampling, S. R., Test, S. R., Kunci, K., … Luka,
N. (2010). DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN Evi Nur Imamah *,
Tarmi **, Heny Ekawati ***, 2(Vi), 1–7.
Islam, U., & Alauddin, N. (2017). Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
universitas islam negeri alauddin makassar 2017.
Journal, I. N., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Kuala, U. S., Keperawatan, J.
I., … Kuala, U. S. (2006). HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU
NIFAS Of Parturition Women Pendahuluan, 41–51.
Kheirkham, M. (2014). comparing the effects of Aromatherapy With Rose Oil and
Warm Food Bath on Anxiety in first Stage of Labor in Nulliparous Women.
Leksana, Ery. (2011). Mengatasi Nyeri Persalinan. CDK 185. Vol. 38 No 4. Juni-Juli
2011.www.kalbemed.com/Portals/6/25_185Opinipendekatanfarmakologis
.pdf
Mahmudah, R., & Dyah, P. A. (2017). Penerapan Teknik Active Birth Terhadap
Kemajuan Persalinan Kala 1 Fase Aktif.
Putri, A. D. (2016). Pengaruh kompres dingin terhadap tingkat nyeri luka perineum
pada ibu nifas di rsu pku muhammadiyah bantul, 55.
Prawitasari, E., Yugistyowati, A., & Kartika Sari, D. (2015). Penyebab Terjadinya
Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 3(2), 77.
https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(2).77-81
Rahmawati, E. S., Nu, S., Prodi, T., & Kebidanan, D. I. I. I. (n.d.). Pengaruh Kompres
Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti
Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban ( The Influence of Cold Compress
Towards Perineum Injury of Post- Partum Mothers at Delivery Clinic ( BPS ) of
Siti Alfirdaus , , 0–4.
Rosyati Pastuty. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. (M. Ester, Ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rukiyah yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan III (NIFAS). (lia yulianti, Ed.). Jakarta:
trans info media jakarta.
Sriwenda, D. (2014). Efektifitas Latihan Birth Ball terhadap Efikasi Diri Primipara
dengan Persalinan Normal Efectivity of Birth Ball Exercise o n Self Efficacy of
Primiparous with Normal Labor, 141–147.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. salemba medika. Jakarta.
Sri Astuti, Tina Dewi Judistiani, Lina Rahmiati, A. I. S. (2015). Asuhan kebidanan masa
nifas & menyusui. (R. Astikawati, Ed.). Jl. H. Baping Raya 100 Ciracas, Jakarta
13740.
Vivian Nanny Lia Dewi, T. S. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba
Medika. Jakarta
Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Wenniarti. (2016). pengaruh terapy ice pack terhadap perubahan skala nyeri pada
ibu post episiotomi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(1), 377–382.
Wirakusumah, F. F., Mose, J. C., & Budi Handono. (2014). OBSTETRI FISIOLOGI ilmu
kesehatan reproduksi. Jakarta: EGC, 2010.
Wulandari, H. (2011). Di susun oleh: Sibela Mojosongo.
Yohanna, W.S. (n.d). Analisa Faktor –faktor yang berhubungan dengan persalinan