Diajukan untuk memenuhi Tugas salah satu mata kuliah Tema 12 “Asuhan
Kebidanan pada Masa Nifas”
Tim Penyusun
Kelompok 5
Penyusun
Daftar Isi……………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………...…
Daftar Gambar………………………………………………………………..….…
Bab I Pendahuluan……………………………………………………..…….……..
1. Latar Belakang………………………………………………………………...…
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
3. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………………
Bab II Pembahasan……………………………………………………………..…..
1. D………………………………………………………………..
2. T……………………………………………………………..
3. K………………………………………………………
4. T………………………………………...
5. A……………………………………………..
Bab III Penutup………………………………………………………………..……
Kesimpulan…………………………………………………………………………
Saran………………………………………………………………………………..
Daftar Rujukan/
Pustaka…………………………………………………………….
Lampiran……………………………………………………………………………
..
BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka seharusnya kita sebagai
tenaga kesehatan khusus nya bidan, perlu mengetahui adanya gejala ibu
depresi postpartum. Depresi postpartum dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan psikologis jangka pendek dan jangka panjang, tidak saja pada
wanita penderita tapi juga pada anak dan anggota keluarga lainnya
(Armstrong et al, 2010). Selain itu juga dapat terjadi gangguan hubungan tali
kasih ibu dan anak, kurangnya perhatian ibu dalam merawat, mengasuh serta
membesarkan anaknya. Tugas perkembangan seorang wanita secara kodrati
adalah hamil dan melahirkan. Namun demikian, peristiwa kelahiran dan
persalinan dapat menimbulkan berbagai gangguan emosional pada periode
setelah melahirkan (postpartum periode). Salah satu variasi gangguan
emosional pada wanita paska-salin periode postpartum adalah depresi
postpartum. Kejadian depresi postpartum ini banyak dialami terutama oleh
para wanita yang baru melahirkan pertama kali (primipara mother).
Kebanyakan penderita yang mencari pertolongan datang ke pelayanan
kesehatan, hanya sedikit mengungkapkan perasaan depresi mereka dan hanya
melaporkan gejalagejala fisik yang dirasakan mengganggu. Peran Bidan di
komunitas dan keterlibatan praktisi kesehatan secara profesional sangat
diperlukan untuk melakukan deteksi dan pencegahan depresi postpartum di
masyarakat.
2. Rumusan masalah
Apa saja
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui
BAB II
Pembahasan
1. Risk Assesment Tools Masa Nifas
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penting agar
tercapai kualitas produk yang baik dan tercapainya keselamatan kerja di tempat
kerja yang terjamin sehingga kesejahteraan pekerja dapat lebih ditingkatkan.
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dapat meminimasi risiko
terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa fisik ataupun mental dari pekerja.
Risk Assessment merupakan metode yang digunakan untuk melakukan
identifikasi terhadap risiko bahaya yang memuat daftar berbagai hal pokok untuk
memeriksa keadaan di dalam suatu sistem dengan menghasilkan Risk Rating
terhadap bahaya yang terjadi, sehingga dapat ditentukan prioritas usulan
perbaikannya
Prinsip kerjanya, REACT nanti akan mendeteksi denyut nadi setiap saat pada
media arloji. Apabila denyut nadi lebih dari 151 bpm per menit atau kurang dari
60 bpm per menit, maka alat akan bereaksi. Dengan kata lain, pemancar akan
mengemisikan gelombang yang akan beresonansi dengan gelombang otak.
2. Literatur Review
A. Jurnal 1
Difa Ardiyanti, Siti Muthia Dinni. (2018). Aplikasi Model Rasch dalam
Pengembangan Instrumen Deteksi Dini Postpartum
Depression. Jurnal Psikologi Volume 45, Nomor 2. Universitas
Ahmad Dahlan
B. Jurnal 2
Difa Ardiyanti, Siti Muthia Dinni. (2019). Pengembangan Asipp (Alat
Asesmen Ibu Postpartum) Menggunakan Pemodelan Rasch.
Jurnal Psikologi Vol. 18 No. 2. Universitas Ahmad Dahlan.
Yogyakarta, Indonesia
Berdasarkan hal ini, maka penelitian ini pun menggunakan pemodelan Rasch
dalam analisis datanya. Di Indonesia, sudah ada beberapa riset tentang
penggunaan pemodelan Rasch untuk pengembangan alat ukur psikologis, antara
lain: pengujian alat ukur kesehatan mental di tempat kerja (Aziz, 2015),
pengembangan skala efikasi diri dalam pengambilan keputusan karier siswa
(Ardiyanti, 2016), pengembangan instrumen pengukuran fundamentalisme agama
(Wibisono, 2016), dan pengembangan instrumen deteksi dini postpartum
depression (Ardiyanti & Dinni, 2018). Hasil penelusuran peneliti menunjukkan
bahwa belum ada riset terkait aplikasi pemodelan Rasch untuk pengembangan
skala regulasi emosi, skala kepercayaan diri maternal, dan skala kepuasan
pernikahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ASIPP yang
merupakan instrumen pendukung deteksi dini PPD menggunakan pemodelan
Rasch. Luaran yang diharapkan dari penelitian adalah adanya alat ukur
pendukung deteksi dini PPD yang berkualitas dari segi psikometri sehingga dapat
digunakan sebagai alat asesmen kondisi psikologis wanita pasca melahirkan
terkait tingkat kepercayaan diri maternal, regulasi emosi, dan kepuasan
pernikahannya.
C. Jurnal 3
Brooke Levis, Zelalem Negeri, Ying Sun, Andrea Benedetti, Brett D
Thombs. (2020). Accuracy of the Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) for screening to detect major
depression among pregnant and postpartum women: systematic
review and meta-analysis of individual participant data.
Research The BMJ
3. Depresi sering terjadi pada ibu hamil dan pasca melahirkanwanita dan
dikaitkan dengan hasil yang merugikan untuk ibu, anak yang sedang
berkembang, ibu-bayi, dan hubungan pasangan .Skrining depresi berpotensi
meningkatkan deteksi dan manajemen depresi perinatal. Skrining depresi
melibatkan penggunaan laporan dirikuesioner gejala depresi untuk
mengidentifikasiwanita di atas nilai batas yang telah ditentukan sebelumnya
untukevaluasi lebih lanjut untuk menentukan apakah depresi hadir. Di
Inggris, National Pedoman Institute for Health and Care Excellence
menyarankan agar penyedia layanan kesehatan mempertimbangkan untuk
bertanya wanita hamil atau postpartum dua Whooley pertanyaan, dan
mengelola Edinburgh Skala Depresi Pascanatal (EPDS) atau Kesehatan
Pasien Kuesioner penyaringan kuesioner sebagai bagian penilaian penuh jika
depresi dicurigai.Pedoman tidak merekomendasikan pemberianalat skrining
untuk semua wanita. Nasional InggrisKomite Pemutaran dan Gugus Tugas
Kanada tentang Perawatan Kesehatan Pencegahan merekomendasikan untuk
tidak melakukan skrining. 10 item EPDS adalah yang paling umum
digunakan alat skrining depresi dalam perawatan perinatal; memotong nilai
10 atau lebih tinggi dan 13 atau lebih tinggi adalah yang palingsering
digunakan untuk mengidentifikasi wanita yang mungkindepresi. USPSTF
merekomendasikan skrining wanita hamil dan postpartum dengan
EPDS,tetapi tidak menentukan nilai batas yang sistematis tinjauan dilakukan
untuk mendukung pedoman USPSTF melaporkan kisaran perkiraan akurasi
untuk EPDS nilai batas 10 atau lebih tinggi (1 studi) dan 13 atau 13lebih
tinggi (17 studi) di 23 studi utama, tetapi tidaktermasuk meta-analisis.
Temuan utama dalam penelitian ini adalah : bahwa sensitivitas dan
spesifisitas gabungan dimaksimalkan pada nilai batas 11 atau lebih tinggi di
seluruh standar referensi lain. Untuk wawancara semi-terstruktur, yang
dirancang untuk meniru diagnosis klinis oleh profesional kesehatan mental,
sensitivitas dan spesifisitas menghasilkan 81% dan 88% untuk nilai batas 11
atau lebih tinggi. Pada nilai batas 10 yang biasanya digunakan untuk skrining
depresi, sensitivitas dan spesifisitas masing-masing menghasilkan 85% dan
84%. Akurasi serupa di seluruh standar referensi sama di antara wanita hamil
dan postpartum, dan sesuai berdasarkan studi lain dan karakteristik peserta.
Singkatnya, penelitian (Brooke,dkk. 2020) menemukan bahwa
sensitivitas gabungan dan spesifisitas untuk EPDS dimaksimalkan pada nilai
batas 11 atau lebih tinggi. Selain itu, akurasi tidak tidak berbeda secara
signifikan berdasarkan standar referensi atau karakteristik peserta, termasuk
apakah EPDS diberikan selama kehamilan atau pada periode postpartum.
Klinisi mempertimbangkan skrining untuk depresi dengan EPDS dapat
merujuk pada alat online peneliti (depressionscreening100.com/epds) untuk
mengidentifikasi nilai batas alternatif yang memaksimalkan parameter
lainnya. Uji coba yang dilakukan dengan baik diperlukan untuk menentukan
apakah skrining dengan EPDS dapat meningkatkan hasil kesehatan mental
dan meminimalkan bahaya dan penggunaan sumber daya khususnya pada ibu
nifas.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil literatur review jurnal yang telah kelompok kami dapatkan
sebagian besar alat / risk assesment tools pada masa nifas umumnya yang paling
sering di jumpai adalah alat untuk mengurangi angka kematian ibu yang terkena
depresi postpartum , karena pada dasarnya kejadian depresi postpartum ini banyak
dialami terutama oleh para wanita yang baru melahirkan pertama kali (primipara
mother) antara lain : model rasch , EPDS , ASIPP yang sudah teruji efektif untuk
digunakan dalam mendeteksi adanya kejadian depresi postpartum. Adapun alat
yang di pergunakan sebagai alat pendeteksi endometritis yaitu laparoskopi . Cara
mengkonfirmasi diagnosis endometritis di ambil dari sampel histologi yang
direkomendasikan dengan pengambilan melalui biopsi.
2. Saran
Peran kami sebagai bidan harus mampu melakukan deteksi dan
pencegahan depresi postpartum di masyarakat terutama pada ibu di masa
nifas , karena sebagian besar kejadian depresi postpartum ini menambah
angka kematian ibu di indonesia.
Daftar Rujukan/Pustaka
Difa Ardiyanti, Siti Muthia Dinni. (2018). Aplikasi Model Rasch dalam
Pengembangan Instrumen Deteksi Dini Postpartum Depression. Jurnal Psikologi
Volume 45, Nomor 2. Universitas Ahmad Dahlan
Difa Ardiyanti, Siti Muthia Dinni. (2019). Pengembangan Asipp (Alat Asesmen
Ibu Postpartum) Menggunakan Pemodelan Rasch. Jurnal Psikologi Vol. 18 No. 2.
Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta, Indonesia
Brooke Levis, Zelalem Negeri, Ying Sun, Andrea Benedetti, Brett D Thombs.
(2020). Accuracy of the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) for
screening to detect major depression among pregnant and postpartum women:
systematic review and meta-analysis of individual participant data. Research The
BMJ