Disusun Oleh :
Salwa Selomitha C2014201100
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Makalah ini berjudul
Terapi Hidroponik sebagai Upaya Pencegahan Syndrome Baby Blues terhadap Ibu Hamil
Muda. Salawat dan Taslim senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih kepadanya sepanjang
masa.
Makalah ini berisikan informasi mengenai penelitian yang tercantum dalam jurnal
yang membahas tentang Terapi hidroponik bisa digunakan sebagai bentuk upaya pencegahan
terjadinya baby blues pada ibu hamil muda serta terdapat analisis yang dilakukan oleh penulis
makalah pada jurnal yang dimaksud. Diharapkan makalah ini menjadi acuan kedepannya
untuk pembelanjaran mata kuliah yang dilakukan di masa mendatang.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhai
apa yang telah saya usahakan. Aaamin.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Baby Blues
Baby blues adalah fase ketidakstabilan emosi, ditandai dengan perilaku menangis,
mudah tersinggung, gelisah, kebingungan, dan gangguan tidur. Wanita yang memiliki gejala
tersebut tetapi tidak memenuhi kriteria untuk depresi prenatal mungkin menderita baby blues.
Gejala biasanya muncul dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, mencapai
puncaknya pada 3-5 hari untuk menghilang (Danko et al., 2018).
Postpartum blues atau Baby blues merupakan realita para wanita setelah melahirkan
yang disebabkan oleh faktor hormonal serta perubahan pola hidup akibat kelahiran seorang
bayi (Widyaningtyas, 2019). Kehamilan merupakan awal dari berbagai perubahan fisik dan
psikis yang sangat berpengaruh terhadap emosional seorang wanita yang mengalaminya.
Sikap dan perasaan tertentu pada wanita hamil yang berubah pasti memerlukan adaptasi.
Baby blues dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi kelahiran bayinya serta kesadaran
akan meningkatnya tanggung jawabnya (Pratiwi, Chasanah, & Martuti, 2017).
Gangguan baby blues termasuk dalam depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah
melahirkan, dimana ibu ini merasa sedih yang hebat tanpa sebab yang jelas, dan disertai
dengan gejala lainnya (Suryati, 2008). Pada ibu yang menderita baby blues akan muncul
perasaan kesedihan, kecemasan, perasaan tidak diperdulikan, dan tertutup tentang
perasaannya karena kekhawatiran terhadap bayinya. Padahal memendam perasaan dapat
memperparah kondisi perempuan pasca melahirkan. Ibu yang rentan mengalami baby blues
sering dialami pada ibu hamil anak pertama, dikarenakan untuk pertama kali dia berperan
sebagai seorang ibu, namun bisa juga terjadi pada ibu yang melahirkan anak ke dua dan
seterusnya. Jika ibu tersebut mempunyai riwayat baby blues di kelahiran sebelumnya. Angka
kejadian baby blues di Indonesia pada ibu primipara mencapai 50%-70%.
2.2 Definisi Hidroponik
Hidroponik berasal dari Bahasa latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti
kerja. Arti harfiah dari hidroponik adalah kerja air. Hidroponik juga dikenal dengan sebutan
soilless kultur yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi tanaman hidroponik adalah
tanaman yang ditanam dengan pemanfaatan air dan tanpa penggunaan tanah sebagai media
tanam. Jadi tanaman hidroponik ditanam pada media seperti bata merah, rockwool, kerikil,
arang sekam dan sebagainya. Mengingat sayuran merupakan bahan pangan yang
kandungannya sangat diperlukan bagi kesehatan tubuh, maka dengan menggunakan teknik
hidroponik ini mempermudah kita dalam menanam sayur (Masduki, 2018).
Menurut Maghfiroh, Lianah, Hidayatulah (2019) faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara dalam tanaman yaitu dengan mmenggunakan prinsip teknologi
hidroponik air dan nutrisi. Teknologi hidroponik juga dapat menciptakan tanaman yang unik
dan beraneka ragam dengan kualitan lebih unggul dibandingkan menanam secara
konvensional. Sehingga siapa saja dapat mempraktikkan kegiatan mananam secara
hidroponik tersebut. Dengan aktivitas menanam hidroponik dapat menumbuhkan sikap peduli
dan sabar (Maghfiroh, Lianah dan Hidayatulah, 2019).
2.3 Tahapan Hidroponik
2
Tahapan menanam hidroponik untuk ibu hamil muda (Tallei, Rumengan,& Adam, 2017) :
1. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menanam hidroponik yaitu :
a. benih tanaman
b. netpot (wadah untuk tanaman)
c. rockwool (media tanam yang bersifat menyerap dan menyimpan air)
d. sumbu (digunakan pada beberapa jenis sistem)
e. pupuk
2. Penyemaian
Langkah awal dalam menanam hidroponik yaitu penyemaian. Alat yang digunakan
yaitu rockwool. Cara penyemaian sebagai berikut :
a. Rockwool dipotong menjadi kecil, diletakkan diatas wadah, dan dibasahi dengan
air secukupnya agar basar;
b. Lalu rockwool dilubangi dengan paku untuk tempat bibit;
c. Bibit tanaman dimasukkan kedalam lubang dan wadah disimpan didalam tempat
gelap; bagi tanaman yang menjulang tinggi seperti sawi, bayam dan kangkung,
satu rockwool bisa diisi dengan 2-3 benih, namun untuk yang tumbuh ke samping
seperti pakchoy dan selada cukup 1 benih saja. Untuk cabe dan tomat cukup 1-2
benih.
d. Kelembapan rockwool harus diperiksa secara berkala. Apabila kering maka perlu
ditambah air.
e. Setelah 1-4 hari bibit akan pecah yang ditandai dengan warna putih. Lamanya
pecah tergantung dari jenis tanaman;
f. Benih tanaman yang sudah pecah, wadah ditempatkan didaerah yang terkena sinar
matahari minimal 5 jam sehari.
g. Setelah berdaun 4 tanaman dipindahkan ke instalasi hidroponik.
2.4 Terapi Hidroponik pada Syndrome Baby Blues
Penggunaan hidroponik dengan menanam sayuran diharapkan dapat mengurangi
syndrome baby blues yang nantinya akan dihadapi ibu pasca melahirkan. Dengan cara
mengasosiasikan mengurus tanaman hidroponik dengan mengurus bayi. Harapan ibu
yang sudah mendapatkan terapi hidroponik ini bisa tahu bahwa mengurus bayi sama
halnya mengurus tanaman. Karena jika kita mengurus tanaman dengan sesuai
prosedurnya, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik dan subur sesuai yang kita
harapkan. Mengurus tanaman tentunya akan dibutuhkan kesabaran serta kepedulian
begitu pula dengan mengurus seorang bayi, seorang ibu haruslah peduli, menggendong,
memberi kelekatan serta sabar dalam mengurus bayinya.
Dalam artikel oleh Pramukanto (2008) dijelaskan bahwa praktek terapi hortikular atau
bercocok tanam bertujuan untuk menstimulasi aspek psikologis dilakukan dalam bentuk
aktivitas yang berkaitan dengan perawatan. Melalui pengamatan terhadap pola
pertumbuham makanan diperoleh pemahaman akan adanya keseimbangan yang perlu
dipertahankan dalam merawat tanaman. Pemahaman atas fenomena alam yang dapat di
pelajari melalui siklus hidup dalam merawat tanaman ini menyadarkan manusia akan
adanya analogi serupa dalam siklus hidup manusia.
3
Dengan aktivitas menanam hidroponik dapat menumbuhkan sikap peduli dan sabar
(Maghfiroh, Lianah, dan Hidayatulah, 2019). Apabila ibu yang hamil muda diberikan
pelatihan dengan melakukan penanaman secara hidroponik tentunya melatih kepedulian,
kesabaran, dan ketelitian dalam menjaga dan merawat tanaman, apalagi tanaman
berwarna hijau tentunya memiliki karakteristik sejuk, pasif, tenang dan damai. Cara terapi
hidroponik ini bisa menjadi alternatif untuk bisa merawat masa-masa yang rentan
terhadap syndrome baby blues nantinya karena ketika hamil sudah diberi pelatihan dalam
merawat tanaman yang tidak mudah begitu pula dengan mengurus bayi harus ada
ketelitian, kesabaran, serta kepedulian. Begitulah cara mengasosiasikan terapi hidroponik
ini dengan mengurus bayi.
Kegiatan yang melibatkan tanaman dedaunan juga bermanfaat merelaksasikan
psikologis (Park et al., 2017). Hal ini sangat baik untuk mencegah kecemasan dan
ketegangan pada ibu hamil dan menghindari baby blues nantinya ibu hamil yang tenang
secara psikologis pasti besar kemungkinan tidak mengalami baby blues. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan (Joy, Lee& Park, 2020).
Kegiatan dengan tanaman juga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
menurunkan perilaku emosional, yang di mana keterampilan sosial mencakup tentang
kepedulian terhadap sekitar. Sama halnya dengan merawat tanaman, merawat bayi juga
memerlukan kepedulian dari seorang ibu.
4
Analisis Jurnal metode PICO
1. Problem/Populasi
Pada umumnya angka kejadian baby blues di Indonesia cukup tinggi seperti di
Yogyakarta, sebanyak 46% ibu menderita baby blues (Fatmawati, 2015). Pada penelitian
yang dilakukan di salah satu RSU kota Bandung, terdapat sebanyak 50% atau
setengahnya mengalami baby blues (Fitriana & Nurbaeti, 2016). Sedangkan pada
penelitian yang serupa dilakukan pada salah satu RSU di Surabaya, sebanyak 70% ibu
menderita baby blues (Restyana & Adiesti, 2014).
2. Intervensi
Dalam penelitian ini, penggunaan terapi hidroponik diharapkan dapat mengurangi
gejala baby blues. Dengan cara mengasosiasikan mengurus tanaman hidroponik dengan
mengurus bayi diharapkan ibu yang sudah mendapatkan terapi ini bisa tahu bahwa
mengurus bayi sama halnya dengan mengurus tanaman. Apabila kita mengurus tanaman
dengan sesuai prosedur, maka tanaman itu akan memperlihatkan hasil yang diinginkan.
Dan dalam mengurus tanaman juga dibutuhkan kesabaran. Begitupun halnya dengan
mengurus seorang anak, ibu haruslah peduli, menggendong, memberi kelekatan serta
sabar dalam mengurus anak tersebut.
Bila seorang ibu tidak mampu melakukannya, maka ibu akan stress atau bahkan
depresi dalam mengurus anaknya. Begitu juga dengan mengurus tumbuhan, bila kita tidak
tahu caranya, tidak sabar, tidak peduli, maka tumbuhan akan mati. Begitulah cara
mengasosiasikan terapi hidraponik ini dengan mengurus bayi. Penelitian ini dimaksudkan
untuk menjadikan terapi hidroponik ebagai cara atau solusi yang bisa digunakan ibu
hamil muda yang mengalami syndrome baby blues dengan metode narrative review,
diharapkan dapat menjawab masalah ini dan memberikan solusi yang baik.
3. Comporation
Menurut Maghfiroh, Lianah, Hidrayatullah (2019) faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara dalam tanaman yaitu menggunakan prinsip teknologi hiroponik air
dan nutrisi. Dalam artikel oleh Pramukanto (2008) dijelaskan bahwa praktek terapi
hortikular atau bercocok tanam bertujuan untuk menstimulasi aspek psikologis dilakukan
dalam bentuk aktivitas yang berkaitan dengan perawatan. Melalui pengamatan terhadap
pola pertumbuhan tanaman diperoleh pemahaman akan adanya keseimbangan yang perlu
dipertahankan dalam merawat tanaman.
4. Outcome
Kegiatan yang melibatkan tanaman dedaunan juga bermanfaat merelaksasikan
psikologis (Park et al., 2017). Hal ini sangat baik untuk mencegah kecemasan dan
ketegangan pada ibu hamil dan menghindari baby blues nantinya. Ibu hamil yang tenang
secara psikologis pasti besar kemungkinan tidak mengalami baby blues. berdasarkan
penelitian yang dilakukan (Joy, Lee & Park, 2020).
5
Kegiatan dengan tanaman juga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
menurunkan perilaku emosional, dimana keterampilan sosial mencakup kepedulian
terhadap sekitar. Sama halnya dengan merawat tanaman, merawat bayi juga memerlukan
kepedulian dari seorang ibu.
6
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Pembahasan : Pendidikan psikolog dan kesehatan pada ibu hamil
Sub Pokok Pembahasan : Terapi Hidroponik sebagai Upaya Pencegahan Syndrome Baby
Blues pada Ibu Hamil Muda
Hari/Tanggal : Rabu/12-01-2022
A. Diagnosis Keperawatan
Baby blues dianggap sebagai keadaan fisiologis yang mungkin terkait dengan
modifikasi biologis. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara
intensitas baby blues dan gangguan mood pasca melahirkan (M’Baïlara et al., 2005).
Baby Blues merupakan sebagian besar pengalaman ibu baru di hari-hari awal
setelah mereka membawa pulang bayi mereka. 50% sampai 80% ibu baru seringkali
merasa sedih, marah, dan kadang-kadang cemas (Dalfen, 2009). Beberapa diantara yang
terkena baby blues mungkin akan merasa bereaksi berlebihan terhadap situasi dan lebih
mudah menangis. Banyak pula, ibu dengan baby blues mengalami kesulitan tidur dan
tidak merasa sangat lapar. Kendati merasa tidak berdaya, perempuan yang memiliki Baby
Blues bisa terus merawat bayi mereka dan bahkan untuk diri mereka sendiri.
B. Analisis Situasi
Pada umumnya angka kejadian baby blues di Indonesia cukup tinggi seperti di
Yogyakarta, sebanyak 46% ibu menderita Baby blues (Fatmawati, 2015). Pada penelitian
yang dilakukan di salah satu RSU kota Bandung, terdapat sebanyak 50% atau
setengahnya mengalami baby blues (Fitriana & Nurbaeti, 2016). Sedangkan pada
penelitian yang serupa dilakukan pada salah satu RSU di Surabaya, sebanyak 70% ibu
menderita baby blues (Restyana & Adiesti, 2014).
7
Menurut Dalfen (2009) sekitar 15 – 20 % ibu baru mengalami depresi pasca
melahirkan dan gangguan kecemasan . Dalfen melihat sampai saat ini , masalah tersebut
tidak mendapatkan perhatian intensif dari profesi medis, sedikitnya eksposure dari media
dan rendahnya kesadaran sosial akan hal ini. Padahal depresi pasca melahirkan serta
gangguan kecemasan dapat mempengaruhi ibu dan juga keluarga di salah satu masa yang
paling penting dari kehidupan. banyak informasi yang salah tentang adanya masalah
kesehatan mental pasca melahirkan. Misalnya, Kesalahan informasi yang dapat
menghentikan seorang ibu baru menyadari bahwa dia menderita atau mungkin membuat
ibu baru takut memberitahu siapa pun tentang perasaannya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk belajar bagaimana mengenali dan memperlakukan para perempuan pasca
melahirkan.
C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
8
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan Pembelajaran
9
antara
hidroponik
dengan
penanganan baby
blues pada ibu.
6 menit Evaluasi : Tanya Jawab Melakukan tes Memahami
dengan pertanyaan
memberikan yang didapat
pertanyaan Menjawab
secara random pertanyaan
mengenai materi menurut
yang pemahaman
disampaikan yang didapat.
kepada audien
Memberikan
kesempatan
untuk para
audien
menjawab
pertanyaan yang
diberikan
2 menit Penutup : Membaca Mendengarkan
Kesimpulan kesimpulan Menerima
Terimakasih materi kepada leaflet dengan
Saran audien antusias
Membagikan Mendengarkan
leaflet tentang Menjawab
baby blues dan salam
hidroponik.
Mengucapkan
terimakasih atas
peran audien.
Mengucapkan
10
penutup salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Adanya persetujuan dari dosen pengampu di tempat.
b. Sasaran berada di tempat penyuluhan tepat waktu
c. Metode dan media yang telah disediakan terorganisir dengan baik
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran sangat kooperatif dengan penyuluhan yang dilaksanakan
b. Materi yang disampaikan sesuai dan tersampaikan secara sistematis
c. Sasaran dapat menjawab pertanyaan yang diajukan untuk mengevaluasi seberapa
jauh pemahaman materi yang telah disampaikan
3. Evaluasi Hasil
11
(Materi yang terlampir)
2.1 Definisi Baby Blues
Baby blues adalah fase ketidakstabilan emosi, ditandai dengan perilaku menangis,
mudah tersinggung, gelisah, kebingungan, dan gangguan tidur. Wanita yang memiliki gejala
tersebut tetapi tidak memenuhi kriteria untuk depresi prenatal mungkin menderita baby blues.
Gejala biasanya muncul dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, mencapai
puncaknya pada 3-5 hari untuk menghilang (Danko et al., 2018).
Postpartum blues atau Baby blues merupakan realita para wanita setelah melahirkan
yang disebabkan oleh faktor hormonal serta perubahan pola hidup akibat kelahiran seorang
bayi (Widyaningtyas, 2019). Kehamilan merupakan awal dari berbagai perubahan fisik dan
psikis yang sangat berpengaruh terhadap emosional seorang wanita yang mengalaminya.
Sikap dan perasaan tertentu pada wanita hamil yang berubah pasti memerlukan adaptasi.
Baby blues dipicu oleh perasaan belum siap menghadapi kelahiran bayinya serta kesadaran
akan meningkatnya tanggung jawabnya (Pratiwi, Chasanah, & Martuti, 2017).
Gangguan baby blues termasuk dalam depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu setelah
melahirkan, dimana ibu ini merasa sedih yang hebat tanpa sebab yang jelas, dan disertai
dengan gejala lainnya (Suryati, 2008). Pada ibu yang menderita baby blues akan muncul
perasaan kesedihan, kecemasan, perasaan tidak diperdulikan, dan tertutup tentang
perasaannya karena kekhawatiran terhadap bayinya. Padahal memendam perasaan dapat
memperparah kondisi perempuan pasca melahirkan. Ibu yang rentan mengalami baby blues
sering dialami pada ibu hamil anak pertama, dikarenakan untuk pertama kali dia berperan
sebagai seorang ibu, namun bisa juga terjadi pada ibu yang melahirkan anak ke dua dan
seterusnya. Jika ibu tersebut mempunyai riwayat baby blues di kelahiran sebelumnya. Angka
kejadian baby blues di Indonesia pada ibu primipara mencapai 50%-70%.
2.2 Definisi Hidroponik
Hidroponik berasal dari Bahasa latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti
kerja. Arti harfiah dari hidroponik adalah kerja air. Hidroponik juga dikenal dengan sebutan
soilless kultur yang artinya budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi tanaman hidroponik adalah
tanaman yang ditanam dengan pemanfaatan air dan tanpa penggunaan tanah sebagai media
tanam. Jadi tanaman hidroponik ditanam pada media seperti bata merah, rockwool, kerikil,
arang sekam dan sebagainya. Mengingat sayuran merupakan bahan pangan yang
kandungannya sangat diperlukan bagi kesehatan tubuh, maka dengan menggunakan teknik
hidroponik ini mempermudah kita dalam menanam sayur (Masduki, 2018).
Menurut Maghfiroh, Lianah, Hidayatulah (2019) faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara dalam tanaman yaitu dengan mmenggunakan prinsip teknologi
hidroponik air dan nutrisi. Teknologi hidroponik juga dapat menciptakan tanaman yang unik
dan beraneka ragam dengan kualitan lebih unggul dibandingkan menanam secara
konvensional. Sehingga siapa saja dapat mempraktikkan kegiatan mananam secara
12
hidroponik tersebut. Dengan aktivitas menanam hidroponik dapat menumbuhkan sikap peduli
dan sabar (Maghfiroh, Lianah dan Hidayatulah, 2019).
2.3 Tahapan Hidroponik
Tahapan menanam hidroponik untuk ibu hamil muda (Tallei, Rumengan,& Adam, 2017) :
Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menanam hidroponik yaitu :
a. benih tanaman
b. netpot (wadah untuk tanaman)
c. rockwool (media tanam yang bersifat menyerap dan menyimpan air)
d. sumbu (digunakan pada beberapa jenis sistem)
e. pupuk
Penyemaian
Langkah awal dalam menanam hidroponik yaitu penyemaian. Alat yang digunakan
yaitu rockwool. Cara penyemaian sebagai berikut :
a. Rockwool dipotong menjadi kecil, diletakkan diatas wadah, dan dibasahi dengan
air secukupnya agar basar;
b. Lalu rockwool dilubangi dengan paku untuk tempat bibit;
c. Bibit tanaman dimasukkan kedalam lubang dan wadah disimpan didalam tempat
gelap; bagi tanaman yang menjulang tinggi seperti sawi, bayam dan kangkung,
satu rockwool bisa diisi dengan 2-3 benih, namun untuk yang tumbuh ke samping
seperti pakchoy dan selada cukup 1 benih saja. Untuk cabe dan tomat cukup 1-2
benih.
d. Kelembapan rockwool harus diperiksa secara berkala. Apabila kering maka perlu
ditambah air.
e. Setelah 1-4 hari bibit akan pecah yang ditandai dengan warna putih. Lamanya
pecah tergantung dari jenis tanaman;
f. Benih tanaman yang sudah pecah, wadah ditempatkan didaerah yang terkena sinar
matahari minimal 5 jam sehari.
g. Setelah berdaun 4 tanaman dipindahkan ke instalasi hidroponik.
2.4 Terapi Hidroponik pada Syndrome Baby Blues
Penggunaan hidroponik dengan menanam sayuran diharapkan dapat mengurangi
syndrome baby blues yang nantinya akan dihadapi ibu pasca melahirkan. Dengan cara
mengasosiasikan mengurus tanaman hidroponik dengan mengurus bayi. Harapan ibu
yang sudah mendapatkan terapi hidroponik ini bisa tahu bahwa mengurus bayi sama
halnya mengurus tanaman. Karena jika kita mengurus tanaman dengan sesuai
prosedurnya, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik dan subur sesuai yang kita
harapkan. Mengurus tanaman tentunya akan dibutuhkan kesabaran serta kepedulian
begitu pula dengan mengurus seorang bayi, seorang ibu haruslah peduli, menggendong,
memberi kelekatan serta sabar dalam mengurus bayinya.
Dalam artikel oleh Pramukanto (2008) dijelaskan bahwa praktek terapi hortikular atau
bercocok tanam bertujuan untuk menstimulasi aspek psikologis dilakukan dalam bentuk
13
aktivitas yang berkaitan dengan perawatan. Melalui pengamatan terhadap pola
pertumbuham makanan diperoleh pemahaman akan adanya keseimbangan yang perlu
dipertahankan dalam merawat tanaman. Pemahaman atas fenomena alam yang dapat di
pelajari melalui siklus hidup dalam merawat tanaman ini menyadarkan manusia akan
adanya analogi serupa dalam siklus hidup manusia.
Dengan aktivitas menanam hidroponik dapat menumbuhkan sikap peduli dan sabar
(Maghfiroh, Lianah, dan Hidayatulah, 2019). Apabila ibu yang hamil muda diberikan
pelatihan dengan melakukan penanaman secara hidroponik tentunya melatih kepedulian,
kesabaran, dan ketelitian dalam menjaga dan merawat tanaman, apalagi tanaman
berwarna hijau tentunya memiliki karakteristik sejuk, pasif, tenang dan damai. Cara terapi
hidroponik ini bisa menjadi alternatif untuk bisa merawat masa-masa yang rentan
terhadap syndrome baby blues nantinya karena ketika hamil sudah diberi pelatihan dalam
merawat tanaman yang tidak mudah begitu pula dengan mengurus bayi harus ada
ketelitian, kesabaran, serta kepedulian. Begitulah cara mengasosiasikan terapi hidroponik
ini dengan mengurus bayi.
Kegiatan yang melibatkan tanaman dedaunan juga bermanfaat merelaksasikan
psikologis (Park et al., 2017). Hal ini sangat baik untuk mencegah kecemasan dan
ketegangan pada ibu hamil dan menghindari baby blues nantinya ibu hamil yang tenang
secara psikologis pasti besar kemungkinan tidak mengalami baby blues. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan (Joy, Lee& Park, 2020).
Kegiatan dengan tanaman juga dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
menurunkan perilaku emosional, yang di mana keterampilan sosial mencakup tentang
kepedulian terhadap sekitar. Sama halnya dengan merawat tanaman, merawat bayi juga
memerlukan kepedulian dari seorang ibu.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perempuan yang mengalami Baby Blues sering memendam perasaan karena
kekhawatiran akan stigma-stigma dari orang sekitar. Padahal memendam perasaan dapat
memperparah kondisi perempuan pasca melahirkan. Manusia pada dasarnya makhluk
pencerita, sehingga dalam kondisi bagaimana pun ia membutuhkan orang lain untuk
bercerita.
Perubahan-perubahan serta peran yang dihadapi seorang ibu sangat lah besar,
diperlukan kesiapan diri untuk bisa menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada
dalam merawat bayi dan berperan sebagai seorang ibu. menjadikan terapi hidroponik
sebagai cara atau solusi yang bisa digunakan oleh ibu hamil muda yang mengalami
syndrome baby blues
3.2 Saran
Dengan harapan ibu yang sudah mendapatkan terapi hidroponik ini bisa tahu bahwa
mengurus bayi sama halnya dengan mengurus tanaman. Apabila kita mengurus tanaman
dengan sesuai prosedur, maka tanaman itu akan memperlihatkan hasil yang diinginkan.
Begitulah cara mengasosiasikan terapi hidroponik ini dengan mengurus bayi.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
http://pknk.web.id/index.php/PKNK/article/view/170/160 diakses pada tanggal 10/01/2022
pukul 17:25
Wahyuni, A. S., Ardha, S., & Almeidi Nasution, N. M. (2020). Terapi Hidroponik sebagai Upaya
Pencegahan Syndrome Baby Blues. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-
P3K), Vol. 1 (No. 3) : 218-225.
17