Disusun Oleh:
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah AWT. Yang mana atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat Menyusun makalah yang berjudul “PASIEN KEHILANGAN,
KEMATIAN, BERDUKA, PENYAKIT TEMINAL DAN MENJELANG AJAL” untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun
penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan,
bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Usman Sasyari, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesainya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusun makalah yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian......................................................................................................................3
H. Asuhan Keperawatan..............................................................................................14
BAB III....................................................................................................................................25
PENUTUP...............................................................................................................................25
A. Kesimpulan..................................................................................................................25
B. Saran.............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami
kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurgaperawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal, Kehilangan Dan Berduka ?
2. Bagaimana Teori Kualitias Hidup dan Proses Berduka dan Kehilangan ?
3. Bagaimana Tanda Dan Gejala Penyakit Terminal dan Kehilangan?
4. Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan atau Berduka ?
5. Baagaimana Kriteria Penyakit Terminal?
6. Bagaimana Tipe Dan Jenis Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal, Kehilangan ?
7. Bagaimana Fase Atau Tahapan Pada Penyakit Terminal dan Kehilangan ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Menjelang Ajal dan Kehilangan
atau Berduka ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal,
Kehilangan Dan Berduka
2. Untuk Mengetahui Teori Kualitas Hidup dan Proses Berduka dan Kehilangan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tanda Dan Gejala Penyakit Terminal dan Kehilangan
4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehilangan atau Berduka
5. Untuk Mengetahui Kriteria Penyakit Terminal
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Tipe Dan Jenis Penyakit Terminal dan Kehilangan
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Fase Atau Tahapan Pada Penyakit Terminal dan
Kehilangan
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Menjelang
Ajal dan Kehilangan atau Berduka
9. Untuk Mengetahui Bagaimana Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada
Pasien dengan Kehilangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan
oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit terminal ini
dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi obat-obatan ,tim medis sudah
give up (menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini
mengarah kearah kematian (White,2002).
Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari (Stuart,
2005), seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan
merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus diberikan
kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka,
sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan
merupakan bagian dari proses kehidupan.
Berduka (grieving) Merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Berduka
diwujudkan dengan cara yang unuik pada masng-masing orang dan didasarkan
pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya.
Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka. Berkabung
terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh budaya atau kebiasaan.
H. Asuhan Keperawatan
Penyakit terminal
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat kesehatan sekarang, riwayat ini berisikan mengenai penyakit
yang sedang diderita klien saat ini.
2) Riwayat kesehatan dahulu, yaitu berisikan mengenai keadaan pasien
di masa lalu, apakah sudah pernah opname di rumah sakit untuk
penyakit yang sama.
3) Riwayat kesehatan keluarga pasien, riwayat ini berisikan data apakah
anggota keluarga sudah pernah menderita penyakit yang sama dengan
yang klien alami saat ini.
b. Beberapa perubahan fisik yang mungkin terjadi saat menjelang kematian
1) pasien cenderung kurang respon terhadap keadaan
2) Melambatnya fungsi tubuh
3) pasien mulai tidak sengaja berkemih atau defekasi
4) Jatuhnya rahang pasien
5) Pernafasan pasien mulai terdengar dangkal, dan tidak teratur
6) Peredaran darah mulai terasa perlambatannya, dan teraba dingin pada
bagian ekstermitas, nadi semakin lemah namun epat.
7) pernafasan mulai tidak teratur dan terdengar dangkal
8) Warna pucat pada kulit
9) mata membelalak serta mulai tidak menunjukkan respon terhadap
rangsangan cahaya.
c. Strause et all dalam Milia dan Wijayanti (2018), mengkategorikan
kesadaran pasien terminal dalam 3 kategori:
1) Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Dalam keadaan ini, dokter tidak menyampaikan prohnose dan
diagnose pada keluarga atau klien. Pada keadaan ini Perawat akan
kesulitan karena perawat berkontak langsung dengan pasien dan lebih
dekat dari pada dokte. Perawat kerap disodorkan berbagai pertanyaan
seperti kapan pasien akan sembuh, atau kapan bisa pulang, dsb.
2) Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Dalam keadaan ini, bisa dikatakan klien diberikan kesempatan agar
bisa membuat keputusan tentang semua hal yang sifatnya pribadi
meskipun itu menjadi hal yang berat baginya.
3) Open Awareness/Sadar akan keadaan dan terbuka.
Dalam tahap ini, pasien dan orang di sekitarnya sudah tahu bahwa
ajala sudah menjelang bagi pasien, dan mereka berusaha untuk
menerima serta mendiskusikannya walaupun tetap merasa getir (Milia &
Wijayanti, 2018).
d. Faktor-faktor yang perlu dikaji
1) Kebersihan Diri
2) Rasa nyeri
3) Jalan nafas
4) Aktifitas
5) Nutrisi
6) Eliminasi
7) Perubahan sensori
8) Kebutuhan social
Beberapa hal yang bisa dilakukan perawaat yaitu:
i. Menanyakan pada pasien atau keluarga siapa saja yang ingin
dihadirkan untuk bertemu dengan pasien, dan hal ini bisa
didiskusikan bersama keluarga, missal : teman terdekat, anggota
keluarga lain, sanak kerabat.
ii. Berupaya menggali perasaan yang dirasakan klien sehubungan
dengan sakitnya saat ini hingga perlu dilakukan diisolasi.
iii. Menyarankan saudara dan teman klien untuk lebih sering
mengunjungi serta mengajak orang lain untuk menjenguk.
9) Kebutuhan Spiritual
i. Bertanya kepada klien mengenai harapan hidupnya serta
rencana yang dimiliki klien selanjutnya menjelang kematiannya.
ii. Bertanya kepada klien apakah dirinya ingin didatangkan
pemuka agama untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya.
iii. Mendukung, mendorong, dan klien untuk memenuhi kebutuhan
spiritual sebatas kemampuannya.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres ( tempat perawatan ).
d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.
3. Intervensi
Diagnosa I :
a. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
1) Berikan kepastian dan kenyamanan.
2) Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan
menghindari pertanyaan.
3) Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan
yang berhubungan dengan pengobtannya.
4) Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif Klien yang cemas
mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn penurunan
kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk
masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik.
b. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah
atau sedang Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat
dan dapat dihilangkan denga memberikan informasi akurat. Klien dengan
ansietas berat atauparah tidak menyerap pelajaran.
c. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka.Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan
memberiakan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
d. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping
positif yang akan datang.
Diagnosa II :
a. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan.Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan
sehat Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan
bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan
perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon
berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka
terhdap situasi tersebut.
b. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu. Stategi koping positif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah.
c. Berikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan atribut diri yang
positif. Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan
diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
d. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
e. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan dukungan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit
terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
1) Membantu berdandan.
2) Mendukung fungsi kemandirian.
3) Memberikan obat nyeri saat diperlukandan.
4) Meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )
Diagnosa III :
a. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati. Kontak yang sering dan mengkomuikasikan sikap
perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pembelajaran.
b. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan
perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian
merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
c. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidak takutan.
d. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan post operasi yang dipikirkan
dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
e. Anjurkan keluarga untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan perawatan. Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
meningkatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
f. Anjurkan pasien dan keluarga untuk konsul dengan dokter atau berikan
rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya. Keluarga dengan
masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil
atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan
untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga.
Diagnosa IV:
a. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan
pada klien untuk melakukannya Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi
pada do’a atau praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti
dan tujuan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
b. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan
dan praktik religius atau spiritual klien menunjukkan sikap tak menilai
dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan
keyakinan dan prakteknya.
c. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien
dapat dilaksanakan. Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang
memudahkan refresi dan perenungan.
d. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo’a bersama klien lainnya atau
membaca buku ke agamaan. Perawat meskipun yang tidak menganut agama
atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya.
e. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah
sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel
dan injil RS ) Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan
spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ).
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana Tindakan yang sudah disusun.
Diagnosa I:
a. Membantu klien untuk mengurangi ansietasnya
b. Mengkaji tingkat ansietas klien
c. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka.
d. Memberikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Diagnosa II :
a. Memberikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan.
b. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu.
c. Berikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan atribut diri yang
positif.
d. Membantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi,
menjawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka.
e. Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian. Dengan Cara:
Membantu berdandan.
Mendukung fungsi kemandirian.
Memberikan obat nyeri saat diperlukandan.
Meningkatkan kenyamanan fisik
DIAGNOSA III:
a. Meluangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan
tunjukkan pengertian yang empati.
b. Mengizinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
c. Menjelaskan lingkungan dan peralatan ICU.
d. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan post operasi dan
memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
e. menganjurkan keluarga untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan perawatan.
f. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk konsul dengan dokter atau
memberikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.
DIAGNOSA IV:
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk melakukan ibadah
b. Mengekspesikan pengertian dan penerimaan pentingnya keyakinan dan
praktik religius atau spiritual.
c. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual klien.
d. Menawarkan untuk berdo’a bersama klien lainnya atau membaca buku ke
agamaan.
e. Menawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan
rumah sakit untuk mengatur kunjungan.
5. Evaluasi :
a. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
b. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
c. Klien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa dan selalu bertawakkal.
d. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa akan
kembali kepadanya.
Asuhan Keperawatan pasien Kehilangan dan berduka
1. Pengkajian Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan
koping individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
3. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
1) Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tujuan Khusus :
i. Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
ii. Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
iii. Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
iv. Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan
terbuka.
v. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan
komunikasi dengan orang lain.
3) Intervensi
i. Bina hubungan saling percaya dengan klien. Rasa percaya
merupakan dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung dalam
mengatasi perasaannya.
ii. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan
perasaannya. Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
iii. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. Dengan mengetahui
penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
iv. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak
menghakimi. Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap
perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.
v. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif
dari dirinya. Meningkatkan harga diri.
vi. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan
aktivitasnya. Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
vii. Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang mengikut sertakan klien
dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri
klien.
b. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
1) Tujuan :
i. Klien merasa harga dirinya naik.
ii. Klien mengunakan koping yang adaptif.
iii. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
2) Intervensi
i. Merespon kesadaran diri dengan cara :
Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang
dimilikinya.
Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan
terapeutik perawat – klien.
ii. Menyelidiki diri dengan cara :
Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan
hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan.
Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan
untuk berubah ada pada klien.
Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam
penerimaan terhadap dirinya sendiri.
iii. Mengevaluasi diri dengan cara :
Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif
terhadap masalahnya.
Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian
masalah secara konstruktif.
iv. Membuat perencanaan yang realistik.
Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan
masalah.
Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi
permasalahannya dengan cara menentukan perencanaan yang
realistik.
v. Bertanggung jawab dalam bertindak.
Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting
untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon koping yang adaptif.
Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses
penyelesaian masalah klien.
vi. Mengobservasi tingkat depresi.
Mengamati perilaku klien.
Bersama klien membahas perasaannya.
Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan
selanjutnya disusun dengan tepat.
vii. Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
Menghargai perasaan klien.
Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan
terhadap kenyataan.
Memberikan kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya.
Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
Individu dalam keadaan berduka sering mempertahankan perasaan
bersalahnya terhadap orang yang hilang.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intolenransi aktivitas
1) Tujuan Umum : Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
2) Tujuan khusus :
i. Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan.
ii. Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih.
iii. Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
iv. Klien dapat merawat kukunya sendiri.
3) Intervensi :
i. Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. Sosialisasi
bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
ii. Menganjurkan klien untuk mandi.Pengertian yang baik dapat
membantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan
sendiri.
iii. Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. Diharapkan klien
mandiri.
iv. Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri.
Diharapkan klien mandiri.
v. Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. Diharapkan klien
mandiri. Terapi kelompok membantu klien agar dapat
bersosialisasi dengan klien yang lain.
4. Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan
dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan
menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang
bersifat praktis terhadap sesama.
5. Evaluasi
a. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap
tahap.
b. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka
dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga
konsep kehilangan secara jujur.
c. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-
perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan
mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau sakit
yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau
tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang
dicintai.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Berduka
merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang
dan damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien.
4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu klien untuk
meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi penderitaan klien menjelang
ajal dan melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus
dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga
dan orang terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang
perawatan diperlukan.
5. Setiap orang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau suatu
benda dan selalu mensyukuri suatu kehilangan atau berduka . Peran perawat adalah
untuk mendapatkan gambarang tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku serta memberikan dukungan dalam bentuk empati.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/105978251/Askep-Pada-Klien-Terminal-Dan-Menjelang-Ajal
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/
400626872/Makalah-Kehilangan-Dan-
Berduka&ved=2ahUKEwjpwZzErov0AhVEyDgGHcNfALsQFnoECAoQAQ&usg=AOvVa
w01yCA1Dih5JZjdcpl_lQU4
https://id.scribd.com/presentation/443742367/PPT-PATOFISIOLOGI-PENYAKIT-
TERMINAL
A.
27