Anda di halaman 1dari 87

PEMERIKSAAN FISIK


Epon komala, S.Kep Ners
Tujuan

1.

Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
2. Untuk menambah /mengkonfirmasi/menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status
kesehatan klien dan penatalaksanaan
5. Untuk mengevalusi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan
Pengertian


 Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematis dan komperehensif, memastikan/ membuktikan hasil
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010)

 Merupakan bagian dari pengkajian dalam proses keperawatan


.....

Manfaat Pemeriksaan Fisik


 Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
 Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
 Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
 Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

Indikasi
mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama :
 pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
 Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
 Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
Pendekatan dan tinjauan


• Pemeriksaan fisik yang berorientasi atau hanya berfokus pada permasalahan
• Kunci dalam melakukan pemeriksaan fisik yang cermat dan akurat serta
sitematik
• Tujuan penting yang harus dicapai adalah meminimalkan frekuensi kita
menyuruh pasien berganti posisi

Pendekatan pemeriksaan fisik


 Head to toe
 Sistem tubuh
 Pola fungsi kesehatan
 Gadar / kritis: ABCDE
Langkah-langkah pemeriksaan fisik


 Persiapan alat
 Persiapan tempat
 Persiapkan pasien
 Pemeriksaan fisik
 Informasikan kepada pasien hasil pemeriksaan yang diperoleh
 Pencatatan hasil pemeriksaan
Persiapan alat
1. Stestokop
2. Tensimeter
3. Timbangan
4. Pengukur tinggi badan
5. Refleks hamer
6. Taunge spatel
7. Penlight
8. Termometer
9. Waskom berisi DTT
10.Jam tangan yangdetik
11.Kapas
12.Pita pengukur/metline
13.Tisue
14.Kom sedang
15.Pengalas
16.Hansoen
17.Penutup/ sampiran
Prinsip-prinsip pemeriksaan



Menjelaskan prosedur pemeriksaan
 Perhatikan kenyamanan dan privasi klien
 Sistematis dan konsistensi serta efisiensi
 Melakukan pendekataan head to toe
 Bergerak dari eksternal ke internal
 Memeriksa bagian tubuh yang normal sebelum mengamati yang
abnormal
 Mengamati bagian simetri tubuh
 Membandingkan sisi tubuh dengan sisi lain
 Melakukan pemeriksaan di sisi kanan klien
Teknik pemeriksaan fisik

Inspeksi
 Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. (Dewi Sartika, 2010)
 Memakai indera penglihatan, pendengaran dan penciuman
 Dimulai saat interaksi
 bagian yang diperiksa harus terbuka
 Pencahayaan baik
 Perhatikan
1. ukuran tubuh
2. Perubahan warna
3. Bentuk
4. kesimetrisan
5. Penyimpangan dari normal , posisi
 Jika mungkin hasil observasi dinyatakan dengan ukuran:
• panjang diukur dengan penggaris
• Dibandingkan dengan normal
Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan indera peraba dg sentuhan atau rabaan.
Tindakan meraba dengan satu atau 2 tangan/jari
Menegaskan apa yang dilihat, menemukan apa yang tidak terlihat
Membedakan :
1. Tekstur : dengan ujung jari(1/lebih), kasar, lembut
2. Nodul
3. Dimensi: ukuran
4. Konsistensi : kenyal, lunak, keras
5. Suhu (perkiraan memakai punggung ujung jari, hangat, dingin
6. Benjolan
7. Lembab, kering
8. Bollotement
9. Getaran

Langkah-langkah :
Ciptakan lingkungan yang kondusif
Tangan perawat harus kering dan hangat, kuku jari dipotong pendek
Bagian yang nyeri diperiksa paling akhir
...

Teknik pemeriksaan palpasi :


 Palpasi dangkal: paling banyak digunakan dalam pemeriksaan,


menggunakan ujung jari tangan, kedalamnya 1-2 cm

 Palpasi dalam :dilakukan untuk melakukan pemeriksaan abdomen,


menggunakan 2 tangan yang diletakan di perut,, kedalam 4-5 cm
Perkusi
..

 Merupakan metode pemeriksaan dengan cara mengetuk, dengan
menggunakan jari, tangan, atau alat kecil.
 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh membandingkan dengan bagian tubuh kiri dan
kanan menghasilkan suara
 yang bertujuan untuk mengidentifikasikan batas atau lokas,ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan serta adanya cairan dalam organ
tubuh
Langkah-langkah :


 Buka/lepaskan pakaian yang akan dilakukan pemeriksaan
 Luruskan 3 jari tangan(telunjuk,tengah,manis), tekan bagian ujung
jari dan letakkan dengan kuat pada permukaan yang akan
diperkusi,upayakan jari lain tidak menyentuh permukaan karena
akan mengaburkan suara
 Lenturkan jari tengah kanan ke atas dengan lengan bawah tetap
relaks
 Gerakkan pergelangan tangan kanan dengan cepat,jelas dan relaks
serta ketukkan ujung jari tengan tangan kanan pada jari tengah
tangan kiri, arahkan pada ujung jari tengah tangan kiri dimana
tekanan yang mendesak pada yang diperkusi paling besar
Auskultasi

Merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk


memperjelas pendengaran.

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan


mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh.

Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas dan bising
usus
Pemeriksaan fisik head to toe

 Dilakukan dari kepala secara berurutan sampai ke kaki
 Keadaan umum, TTV, kepala, wajah, mata, telinga, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdonen, ginjal, genetalia,
rektum, ektremitas, punggung

Keadaan Umum
 Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum,
Pemeriksaan tingkat kesadaran
a. secara kualitatif
1. Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya,
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi , memberontak, berteriak-
teriak.
4. Somnolen (Letargi), yaitu kesadaran menurun, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun
....

b. Secara Kuantitatif dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )

1. Menilai respon membuka mata (E)


(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misal
menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon

2. Menilai respon Verbal/respon Bicara (V)


(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
.....

3. Menilai respon motorik (M)


(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) :withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
....


 Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS
disajikan dalam simbol E…V… M… Selanjutnya nilai-nilai
dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
 Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
 Compos Mentis(GCS: 15-14)
 Apatis (GCS: 13-12)
 Somnolen(GCS 11-10)
 Delirium(GCS: 9-7)
 Sporo coma (GCS: 6-4)
 Coma (GCS: 3))
Tanda- tanda vital
 ...

Status fisiologis tubuh seseorang
1. Suhu tubuh
dapat direfleksikan oleh
2. Nadi
indikator TTV
3. Pernapasan
Adanya perubahan TTV
4. Tekanan darah
mengindikasikan perubahan
kesehatan

Normal vital sign dipengaruhi oleh : umur, jenis kelamin, berat badan,
dan kondisi (sehat/sakit)
Pemeriksaan Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan suhu

 Suhu tubuh menunjukkan kehangatan tubuh manusia
 Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas dan diukur dalam unit panas yang disebut
derajat
 Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi
dan anak pada rectal atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan
tingkat akurasi yang tinggi pada orang dewasa bisa per-oral atau
per-rektal
 Suhu normal 36,5-37,5ºC
b, Pemeriksaan tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan dua


metode, yaitu sebagai berikut :

Metode langsung, merupakan metode yang menggunakan kanula atau


jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dengan
manometer

Metode tak langsung, merupakan metode yang menggunakan dua


cara, yaitu sebagai berikut :
 Cara palpasi yang mengukur tekanan sistolik
 Cara auskultasi yang mengukur tekanan sistolik dan distolik. Cara
ini memerlukan stetoskop.
Perhatikan karakteristik suara aliran darah dalam arteri berikut :

1. Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah,


nadanya agak tinggi, terdengar tak-tek….( Suara sistol )
2. Bunyi Korothkof II : Adanya bunyi seperti K I, tapi disertai bising,
terdengar tekss..,atau tekrd…
3. Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada
rendah tanpa bising, terdengar deg..deg…
4. Bunyi Korothkof IV : Saat bunyi jelas seperti K III melemah
5. Bunyi Korothkof V : Saat bunyi menghilang (Suara Diastol )
c. Pemeriksaan denyut nadi

 Nadi adalah sensasi denyutan seperti gelombang yang dapat


dirasakan/dipalpasi di arteri perifer , terjadi karena gerakan/ aliran
darah ketika kontraksi jantung
 Memeriksa denyut nadi merupakan indikator menilai sistem
kardiovaskular.
 Denyut nadi dapat diperiksa mudah menggunakan jari tangan
(palpasi) atau dengan alat elektronik yang sederhana maupun
canggih.
 meraba nadi radial yang termudah, bila tidak teraba nadi carotis
atau apical, pada bayi nadi temporal
Pemeriksaan denyut nadi ini dilakukan pada daerah

1. arteri radialis
2. arteri brakialis
3. Arteri karotis
4. arteri dorsalis pedis,
5. arteri frontalis
6. Arteri temporalis,
7. Arteri apikal,
8. Arteri poplitea
Pola nadi :
Sinus rhytm
Takikardia, 
Bradikardia

Keteraturannya (reguler/ireguler)
Kekuatan
0= tidak ada denyutan
1 =denyutan kurang teraba
2= Denyutan mudah teraba, tak mudah lenyap
3 = denyutan kuat dan mudah teraba
4 = kuat, berdenyut dan tidak hilang dengan tekanan
c. Pemeriksaan pernapasan
 Menghitung frekuensi pernafasan dengan menyilangkan tangan


klien di dada amati pergerakan dinding dada klien

 Pemeriksaan pernapasan merupakan pemeriksaan yang


dilakukan untuk melihat proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida.
 Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama,
kedalaman dan tipe atau pola pernapasan
 Frekuensi Normal :15-20x/menit ,
Takipnea >20X/menit, 
Bradikardia <15x/menit
 Keteraturannya (normal: teratur)
 Kedalaman : dalam/dangkal
 Penggunaan otot-otot bantu pernapasan,( Normal : tidak ada)
PEMERIKSAAN

ANGGOTA TUBUH
1. Pemeriksaan integumen, rambut dan kuku
a. pemeriksaan Integument
a. Inspeksi :

- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :cokelat, biru, pucat, ikterik, merah,kuning
- Identifikasi luka pada kulit
- Kelainan- kelainan pada kulit

b. Palpasi :
Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, turgor/kelenturan keriput/tegang, derajat oedema
berapa?
Derajat 0 : Kembali spontan
Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
Derajat 2 : Kembali dalam 2 detk
Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik

b. Pemeriksaan Rambut
 Inspeksi dan Palpasi :
penyebaran, bau, rontok ,warna. Distribusi merata atau tidak, adakah
alopesia, daerah penyebaran Quality, penurunan jumlah dan
pertumbuhan rambut seperti pada penderita hipotiroitisme ( alopesia ).
Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada penderita anemia
perniciosa, merah dan mudah rontok pada malnutrisi.

c. Pemeriksaan Kuku
 Inspeksi dan palpasi
 Warna,bentuk, kebersihan,,adanya luka/lesi, tekstur kuku
2. Pemeriksaan Kepala
Tujuan:
 mengetahui bentuk dan fungsi kepala


 Mengetahui kelainan yang ada di kepala
Prosedur pelaksaan :
 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
 Palpasi : adanya pembangkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Nyeri tekan,tekstur rambut, fontanella cekung/tidak (padabayi)
3. Pemeriksaan Wajah
Prosedur pemeriksaan
 Inspeksi : Perhatikan ekspresi/kondisi wajah, Warna, struktur wajah klien,
sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak
 bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
 Palpasi : adanya pembangkakan/penonjolan, dan nyeri tekan .
4. Pemeriksaan Mata
Tujuan : Mengetahui bentuk dan fungsi mata


Mengetahui adanya kelainan pada mata
a. Inspeksi :
 Kelengkapan dan kesimetrisan mata
 Adakah ekssoftalmus (menonjol), atau Endofthalmus (tenggelam)
 Kelopak mata/palpebra: adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau
benjolan
 Bulu mata : rontok atau tidak
 Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau
pucat.
 Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil,
midriasis/melebar, pin point/kecil sekali, nomalnya isokor/pupil sama besar.
 Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-
abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras.
b. Palpasi
Periksa adanya massa (benjolan) dan peningkatan tekanan bola mata.
....

C . Pemeriksaan Visus
 Dengan jarak 5 atau 6 m dengan snellen card periksa visus okuli dekstra (OD)


dan Okuli Sinistra (OS)
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/ ~ = Mampu melihat gelap dan terang
~ = Tidak mampu melihat
d. Pemeriksaan lapang pandang
 Haemi anoxia: klien tidak dapat melihat separoh dari medan penglihatan
 Haemoxia: Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang penglihatan
e. Pemeriksaan tekanan bola mata
 Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui
adanya nyeri tekan atau konsistensi bola mata.
f. Pemeriksaan dengan Oftalmoskop
 Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi
interna dari mata.
5. Pemeriksaan Telinga
 Tujuan :Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi pendengaran.

 Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : amati bagian telinga luar/daun telinga, keadaan liang telinga, tanda
tanda pendengaran, pengeluaran cairan, intregritas, warna dan fungsi
pendengaran.
Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan,
dan perforasi
 palpasi : nyeri tekan pada kartilago dan tulang mastoid.

 Uji kemampuan kepekaan telinga :


 dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran
telinga kiri dan kanan
 dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga
kanan dan kiri
Dengan garpu tala:
1. dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan
konduksi suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar
seimbang antara kanan dan kiri
2. dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan
kemampuan pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara,
normalnya klien mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi
udara setelah suara dari kondusi tulang
3. dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan
kemampuan hantaran konduksi udara antara pemeriksa dan klien,
dengan syarat pendengaran pemeriksa normal
RINNE WEBER SCHWABACH HASIL
Positif Tidak ada laterisasi Sama dengan Normal
pemeriksa
Negatif Laterisasi ke Memanjang Tuli konduktif
telinga yang sakit
Positif Laterisasi ke Memendek Tuli sensori neural
telinga yang sehat
 Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau
buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak
merasakan getaran lagi
4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang
telingan klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala terhadap lubang
telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih
mendengarkan suara atau tidak
6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut
 Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau
buku jari yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada
kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
6. Pemeriksaan hidung
 Tujuan :
• Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
• Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya
inflamasi atau infeksi
 Prosedur Pelaksanaan :
• Inspeksi : keadaan septum, bentuk, ukuran, warna,
kesimetrisan, pendarahan, pembengkakan, mukosa
hidung, adakah pembesaran (polip) pengeluaran
cairan, polip dan kelainan yang terjadi pada hidung
• Palpasi dan Perkusi : frontalis dan maksilaris (bengkak,
nyeri dan septum deviasi)
7.Pemeriksaan Mulut, bibir dan Faring
Tujuan :
 Mengetahui bentuk kelainan mulut
Prosedur Pelaksanaan
 a. Inspeksi dan Palpasi

 Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal (labioscheisis, palatoscheisis, atau
labiopalatoseisis), warna bibir pucat, atau merah, adakah lesi dan massa.
 Amati gigi, gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu, gingivitis, warna
lidah, perdarahan dan abses.
 Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak

 Adakah pembesaran tonsil,


T0: Sudah dioperasi,
T1: Ukuran normal,
T2: Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah,
T3: Pembesaran sampai garis tengah,
T4: Pembesaran melewati garis tengah

 •Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak


 •Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
8. Pemeriksaan Leher
Tujuan :

 Menentukan struktur integritas leher
 Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
 Memeriksa sistem limfatik
Prosedur pemeriksaan
 Inspeksi : bentuk leher(ektomorf/endomorf), kesimetrisan,
adanya pembengkakan, peningkatan JVP dan warna kulit
 Inspeksi dan Auskultasi Arteri Karotis : lokasi pulsasi
 Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Tiroid : nodus/difus, pembesaran
batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit,
kelenjar limfe (letak, konsistensi, nyeri dan pembesaran) dan
kelenjar parotis (letak dan terlihat/teraba)
 Auskultasi : bising pembuluh darah
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
 Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan, jaringan parut, perubahan warna, dan massa
 Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada
suprasternal pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada
aorang kurus
 Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal
vena jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah
jarak vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang horizontal

 Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a Cm,( bila di


bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas bidang
horizontal), normalnya JVP =5 – 2 CmHg
 Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan
memasukan cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
9. Pemeriksaan Payudara dan axila
Tujuan :


 Mengetahui adanya massa/ ketidakteraturan dalam jaringan payudara
 Mendeteksi awal adanya kanker payudara

a. Inspeksi
 Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan.
Normalnya melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
 Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
 Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
 Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan Adakah pembesaran
pada kelenjar limfe axillar dan clavikula

b. Palpasi
 Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan. Adakah
benjolan massa atau tidak
10.Pemeriksaan thorax dan Paru
Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak
yaitu :
 Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternum ke bawah


 Garis Parasternalis :garis yang ditarik pada tepi sternum ke bawah
 Garis midclavikula :garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah
 Garis midaxillaries :garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
 Garis mid spinalis :garis yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah
 Garis mid scapula :garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah

Bentuk torak
 Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
 Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
 Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
 Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal

Bentuk vertebrae
 Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
 Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping
 Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang

 Amati pernafasan klien : frekuensi (16 – 24 X per-menit), retraksi intercosta,


retraksi suprasternal, pernafasan cuping hidung.
b. Inspeksi
 perhatikan secara keseluruhan:
• bentuk thorak, ukuran dinding dada, kesimetrisan, keadaan
kulit, ada lesi/tidak,
• pemeriksaan tulang belakang
 amati pernapasana klien:
• Frekuenasi,penggunaan otot-otot tambahan pernapasan, adanya
nyeri dada, adanya retraksi dada, aanya batuk, adanya gangguan
irama napas
b. Palpasi
 Gerakan dinding dada, gerakan diafragma,
 Palpasi costae
 Palpasi vertebrae
 Palpasi taktil fremitus dan /vocal fremitus;
 massa
c. Perkusi
 Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan
mengetuk dengan jari tangan yang satunya, normalnya suara
dinding torak saat diperkusi adalah sonor.
 Hipersonor menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau
penimbunan cairan dalam dinding torak (pnemotorak)
 Batas paru :
 Atas : supraskapularis (3-4 jari dari pundak)
 Bawah : setinggi vertebra torakal x di garis skapula
 Kiri : ICS VII-VIIIKanan : ICS IV-V
Auskultasi
1. Minta pasien untuk bernapas, dengarkan Suara nafas
 Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah, lembut
dan bersih.
 Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih
 Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan bersih
 Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih
2 Suara Ucapan
 Anjurkan klien mengucapkan “tujuh puluh tujuh” berulang-ulang, dengan
stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kanan dan kiri
sama
3. Suara tambahan
 Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
 Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar pada
fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk.
 Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat ekspirasi akibat penyempitan bronkus. Nada
tinggi, seperti peluit. Tanda-tanda pasien Astma, atau tumor,atau terdapat benda
asing
 Pleural tricion rub : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan
pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral bawah dinding
torak. Tanda-tanda pasien inflamasi pada pleura
11. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
 Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada


dinding torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiri selebar 1 Cm, sulit
ditemukan pada klien yang gemuk.
b. Palpasi
 Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
 ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri ) ICS V
Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
 ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
c. Perkusi
 Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar, batas-batas jantung normal adalah :
 Batas atas : ICS II Mid sternalis
 Batas bawah : ICS V
 Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
 Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
d. Auskultasi

 Dengarkan BJ I (SI) Bunyi yang terdengar saat penutupan katup mitral.


 Dengarkan BJ II bunyi yang terdengar akibat penutupan katup aorta dan
pulmonal.
 Dengarkan BJ III (kalau ada) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic
terdengar LUB- DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak, dewasa
muda dan orang hamil. Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai
dengan oedema/dipsneu berarti abnormal
 BJ III pada klien decompensasi cordis disebut Gallop Rhythm, yang terjadi
akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri, dari
ruang sempit ke ruang yang lebih lebar.
 Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik,
diastolic akibat dari getaran jantung atau pembuluh darah karena arus
turbulensi darah.
13.Pemeriksaan Abdomen
Posisi Klien : supine
Tujuan :
 Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan perut

 Mendengarkan suara peristaltik usus
 Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut dan
benjolan dalam perut
 Teknik pemeriksaan abdomen dengan urutan inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi, karena palpasi dan perkusi dapat
meningkatkan peristakltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran atau 9 Regio :
Prosedur Pelaksanaan :
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen, Amati adanya scar, striae (tanda
peregangan pada ibu hamil)
b. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya
dalam satu menit, normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic
yang panjang dan keras disebut Borborygmi biasanya terjadi pada klien
gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus) pada klien ileus
paralitik.
c. Palpasi
Menanyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
d. Perkusi
Perkusi abdomen dilakukan dg cara tidak langsung, sama seperti pada
perkusi rongga thorak tetapi dengan penekanan lebih ringan dan
ketokan yang lebih perlahan
Palpasi Hepar :
 Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
 Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di bawah
arcus costae 12, pada saat inspirasi lakukan palpasi dan diskripsikan :
 Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari
arcus costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau
berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul atau tajam.
 Normalnya hepar tidak teraba.

Palpasi Lien :
 Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner dari
midclavikula kiri ke arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS
kemudian garis dari arcus costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan
titik Mc. Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke
SIAS dan bagi menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila
ada nyeri tekan, nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada
peradangan pada appendik.

Palpasi dan Perkusi


Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :
Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timpani ke
dullnes merupakan batas cairan acites yang disebut pemeriksaan Shiffing
Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan
acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral
lebih pekak/ dullness. Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

Palpasi Ginjal :
Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.Normalnya
ginjal tidak teraba.
Palapasi titik Mc. Burney
d. Perkusi
 Dengan perkusi abdomen dapat ditentukan : pembesaran organ, adanya
udara bebas, caiaran bebas di rongga perut
 Perhatiakn bunyi dan resistensinya, lakukan pemeriksiaan pada tiap
kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan redup
 Biasanya suara timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran
pencernaan
 Cairan dan feses memberikan suara redup
 Perkusi di daerah epigastrium dan hipokondrium kiri menimbulkan
timpani

Perkusi hepar
Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai dari bawah umbilikus
ke atas, samapi terdengar suara pekak yang merupakan batas bawah hepar
Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk menentukan batas atas
hepar yaitu dari perpindahan suara resonan sampai pekak

perkusi limpa
Pekak limpa seringkali ditemukan diantara ICS 9 dan ICS 11 di garis aksila
anterior kiri
14. Pemeriksaan Genetalia
Posisi Klien : pria berdiri dan wanita lithotomy

Tujuan : 
 Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia
 Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia
 Melakukan perawatan genetalia
 Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil

a. Genetalia Pria
1). Inspeksi :
 Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
 Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
 Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian
bawah (Hipospadia) lubang uretra pada batang penis (Epispadia)
2). Palpasi
 Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
 Scrotum dan testis : Adakah benjolan, nyeri tekan, ukuran penis,
testis normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.
 Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum: hidrocele, hernia
scrotal, spermatocele

b. Genetalia Wanita
 Inspeksi genitalia eksternal : mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris, edema, pengeluaran
 Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak
ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
 Inspeksi vagina dan servik :integritas kulit, massa, pengeluaran
 Palpasi vagina, uterus dan ovarium :letak ukuran, konsistensi dan,
massa
15. Pemeriksaan Rektum dan Anus
Tujuan :
 Mengetahui kondisi anus dan rectum
 Menentukan adanya massa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
 Mengetahui integritas spingter anal eksternal
 Memeriksa kanker rektal
Wanita
 Baringkan pasien pada posisi litotomi atau berbaring miring.
 Kemudian lakukan: Inspeksi anus, Bila kemungkinan terdapat hemoroid,
fistula ani, pengeluaran dan perdarahan
 Palpasi kanul anus dan rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum, serviks
uterus normal atau tampon (teraba melalui dinding rectum ).
Pria
 Inspeksi Posisikan pasien berbaring miring, atau berdiri membungkuk pada
meja pemeriksaan :
 Palpasi :
Palpasi kanul anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan
dan beri pelumas). Kemudian raba pada:
 Dinding rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum atau polip.
 Kelenjar prostat. kemungkinan terdapat hiperplasia benigna, kanker,
prostatitis akut.
Ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan)
Tujuan :
 Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian


 Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
bagian tertentu
Prosedur Pelaksanaan :
 Inspeksi Struktur Muskuloskletal : simetris, pergerakan, integritas ROM,
kekuatan dan tonus otot
 Palpasi : denyutan a. brakialis dan a. Radialis

Ekstremitas bawah
(panggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
 Inspeksi Struktur uskulokletal : simetris, pergerakan, integritas ROM,
kekuatan dan tonus otot
 Palpasi : denyutan aorta femoralis, aorta poplitea dan aorta derails pedis
Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)
a. Inspeksi
 Posture, perasaan tidak nyaman, deformitas sendi, gaya berjalan.
 Selama inspeksi perhatikan persendian dan area di atasnya (kulit, otot,
tendon) pada satu sisi, bandingkan dengan sisi yang lain,
 observasi kesimetrisan,
 observasi deformitas (Varus:kaki bentuk O, Valgus: kaki berbentuk X),

 perubahan warna (Erytema/ kemerahan biasanya ada inflamasi,


Ecchymosis / mungkin mengindikasikan kerusakan otot dibawah otot,
ligament, atau struktur tulang),
 observasi oedema, teksture, turgor.

b. Palpasi
 Obsevasi Suhu dengan menggunakan punggung tangan
 Kelainan bentuk (Deformities)
 Crepitus (KREPP-it-us)à karena pergerakan fragmen tulang pada fraktur
 Tenderness dan rasa tidak nyaman (nyeri)
c.Pergerakan Sendi (ROM)
1. ROM Aktif
 Jika terdapat injuri atau nyeri mulailah dari sisi yang normal terlebih
dahulu
 Bandingkan kesimetrisan ROM diantara sendi
 Observasi nyeri, penurunan ROM, gerakan abnormal

2. ROM Pasif
 Pemeriksa harus memegang dengan lembut tapi dengan kuat
ekstremitas dan persendian

3. Uji Kekuatan Otot


 Jika nyeri atau ada injury, mulailah pada sisi normal.
 Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual atau Manual Muscle Testing (MMT).
Prosedur pelaksanaan MMT
a) Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah


berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus
memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
b) Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang
menghambat.
c) Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
d) Pasien mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada
segmen proksimal.
e) Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik
palpasi pada tendon.
f) Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas,
gerak sendi penuh dengan melawan grafitasi.
g) Melakukan pencatatan hasil MMT.Gunakan taxonomy berikut ini
ketika mencatat dan melaporkan hasil uji kekuatan otot
hasil uji kekuatan otot:

5 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan


gravitasi, dan melawan tahanan maksimal. → Normal
4 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang.→ Good
3 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, tanpa tahanan. → Fair
2 : mampu bergerak dengan luas, gerak sendi penuh, tanpa
melawan gravitasi.
1 : tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi.
0 : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
16. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Adakah Peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku kuduk, mual – muntah,
kejang
a. Pemeriksaan Kaku kuduk
 Penderita berbaring di atas tempat tidur
 Secara pasif kepala penderita dilakukan fleksi dan ekstensi
 Positif jika terdapat tahanan dan dagu klien tidak dapat mencapai dada
b. Pemeriksaan Kernig
 Posisikan pasien untuk tidur terlentang
 Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°)dengan tubuh, tungkai atas
dan bawah pada posisi tegak lurus pula. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih
dari 135° terhadap paha.
 Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut
135°
c.Pemeriksaan Brudzinski
1) Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan
di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, tangan pemeriksa
yang satu lagi ditempatkan di dada pasien untuk mencegah
diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu
menyentuh dada. Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul
dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
2. Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang
difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan
pada sendi panggul
2. Brudzinski III (Brudzinski’s Check Sign)
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua
ibu jari pemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.
17. Pemeriksaan nervus Cranialis

Nervus Cara pemeriksaan


I Olfaktorius

Minta pasien untuk mengidentifikasi aroma iritatif seperti
kopi dgmatatertutup
II Optikus Minta klien membaca snelen chart
III Okulomotorius Kaji 8 pergerakan mata dan reaksi serta akomodasi pupil
terhadap cahaya
IV Troclearis Kaji 8 pergerakan mata
V Trigeminus 1. Sentuhkan kapas pada kornea, utk mnguji refleks
kornea
2. Minta klien unuk menutup mata kemudian sentuhkan
kapas, jarum dan klip kertas secara bergantian pada
kulit wajah
3. Kaji kemampuan klin mengatupkan gigi
VII Fasialis 1. Minta klien untuk tersenyum, mengembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata, kemudian
perhatiakn kesimetrisannya
2. Kaji klien untuk mengidentifikasi rasa asin dan manis
dibagian depan dan pinggir lidah
VIII Vestibularis Kaji kemampuan klien untuk mendengarkan kayta yang
diucapkan pemeriksa
IX Glosofaringus 1. Minta klien untuk mengidentifikasi rasa aasam, asin,
manisbagian posterior lidah
2. Gunakan spatel lidah untuk memeriksa refleks gagas
3. Minta klien untuk menggerakkan lidahnya
X vagus 1. Minta klien untuk mengucapkan kata “ah”dan observasi
gerakan palatum dan faring
2. Kaji adanya suara parau ketika berbicara
XIAccesorius Minta klien untuk mengangkat bahu dan memalingkan wajah
ke sisi yang lain ditahan oleh tangan pemeriksa secara pasif
18. Memeriksa reflek kedalaman tendon
a. Reflek fisiologis
1. Reflek bisep:
 Posisi:dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan lengan
untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk sudut
sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
 Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital.
Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
 Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
 Respon : fleksi lengan pada sendi siku
2. Reflek trisep
 Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik
lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut
kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke
bawah langsung di siku
 Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi
 Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
3. Reflek brachiradialis
 Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus
beristirahat longgar di pangkuan pasien.
 Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi
(sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan. posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi.
 Respons: - flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan
tangan
4. Reflek patella
 posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
 Cara : ketukan pada tendon patella
 Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
5 Reflek achiles
 Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau
dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki
di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
 Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
 Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
 Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
b. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
1. Reflek babinski:
 Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
 Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya.
 Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior
ke anterior
 Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki
dan pengembangan jari kaki lainnya
2. Reflek chaddok
 Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus
lateralis dari posterior ke anterior
 Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
3. Reflek schaeffer
 Menekan tendon achilles.
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
4. Reflek oppenheim
 Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke
distal
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

5. Reflek Gordon
 menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
 Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
6. Reflek gonda
 Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya
dengan cepat.
 Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Anda mungkin juga menyukai