Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE REMAJA, PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

TOPIK : Dismenore Primer Pada Remaja

Disusun Oleh :
Nursyifa Sofianti
2260351022

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas stase “Remaja,
Pranikah, dan Prakonsepsi” dengan topik Dismenore. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan tugas laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga penulis selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan ini.

Ciparay, 22 Juni 2023

Nursyifa Sofianti

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
A. Definisi............................................................................................................................................6
B. Klasifikasi........................................................................................................................................6
C. Etiologi............................................................................................................................................8
D. Patofisiologi.....................................................................................................................................8
E. Tanda dan Gejala.............................................................................................................................9
F. Penatalaksanaan.............................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................17
ANALISA KASUS SOAP.......................................................................................................................17
A. Data Subjektif..............................................................................................................................17
1. Identitas....................................................................................................................................17
2. Status Kesehatan......................................................................................................................17
3. Riwayat Penyakit.....................................................................................................................17
B. Data Objektif...............................................................................................................................18
B. ANALISA.....................................................................................................................................19
C. PENATALAKSANAAN..............................................................................................................19
BAB IV.....................................................................................................................................................21
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................21
A. Hasil Pengkajian Kasus...............................................................................................................21
B. Pemberian Terapi Obat..................................................................................................................22
BAB V.......................................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita. Proses
menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan
terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses menstruasi
umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50 tahun-an. Setiap wanita
memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus mentruasi terjadi setiap 21 – 35 hari
sekali.
Remaja putri seringkali mengalami nyeri haid yang disebut dengan dismenore.
Dismenore merupakan masalah ginekologi yang paling umum yang dialami wanita baik
remaja maupun dewasa yang akan berdampak pada kesehatan reproduksi wanita
Dismenore berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri atas “dys” berarti
sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran. Dismenore adalah nyeri yang
berlebihan saat menstruasi/ kram pada abdomen bawah yang dapat terjadi 24 jam
sebelum perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam disertai dengan gejala
seperti berkeringat, sakit kepala, mual, muntah. Dismenore terbagi menjadi dismenore
primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri haid tanpa disertai
kelainan panggul, sedangkan dismenore sekunder nyeri haid yang berkaitan dengan
kelainan panggul.
Dismenore memiliki dampak besar pada kualitas hidup, produktivitas kerja,
absensi, interaksi sosial dan dapat juga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar
karena biaya pengobatan, perawatan medis. Selain itu, wanita yang mengalami dismenore
tidak dapat beraktifitas secara normal, contohnya siswi yang mengalami dismenore
primer tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar pun menurun karena
nyeri yang dirasakan. Dismenore sangat umum terjadi, terutama dikalangaan remaja
putri. Sekitar 90% dari remaja putri didunia mengalami dismenore dan lebih dari 50%
wanita haid mengalami dismenore primer. Prevalensi yang lebih besar pada umumnya
pada wanita muda, dengan perkiraan berkisar antara 67% sampai 90% untuk perempuan
yang berusia 17-24 tahun. Di Indonesia, angka kejadian dismenore pada remaja putri

4
pada tahun 2008 sebanyak 64,25% terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenore sekunder. Penyebab dasar dari dismenore primer ditandai dengan peningkatan
kontraktilitas uterus dengan amplitudo kontraksi yang tinggi yang diakibatkan oleh
meningkatnya sintesis dan sekresi prostaglandin F2α
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Dismenore Primer
2. Untuk mengetahui Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi dan Tanda Gejala
Dismenore
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dismenore

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dismenore dapat didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau


menstruasi yang mengalami nyeri.. Nyeri haid ini memiliki banyak sinonim, misalnya
dysmenorrhea, dysmenorrhoea, dismenorhea, dismenore, painful menstruation,
syndrome of painful menstriation, dan menstrual cramps. Kram, nyeri dan
ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut juga dengan
dismenore dan kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi.
Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit.
Istilah dismenore biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat. Dalam kondisi ini,
penderita harus mengobati nyeri tersebut dengan analgesik atau memeriksakan diri ke
dokter dan mendapatkan penanganan, perawatan, atau pengobatan yang tepat.
Dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri
kepala, dan terkadang pingsan.
Banyak wanita yang dismenore mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah
dan terkadang sampai pada daerah panggul yang muncul pada saat menstruasi ataupun
selama menstruasi. Biasanya rasa nyeri yang bersifat seperti kejang ini akan mereda atau
hilang dengan sendirinya setelah darah haid mulai mengalir (Anurogo dkk 2011)

HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
adalah sejenis virus yang

6
menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan dapat
menimbulkan
AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang
bertugas menangkal infeksi.
Sel darah putih tersebut
terutama limfosit
yang memiliki CD4 sebagai
sebuah marker atau penanda
yang berada di
permukaan sel limfosit.
Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh
7
manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang
seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang
masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan
sistem kekebalan yang baik,
nilai CD4
berkisar antara 1400-1500.
Sedangkan pada orang
dengan sistem
kekebalan yang terganggu
(misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai
8
CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus
bisa sampai nol).
B. Klasifikasi

a. Dismenore Primer
Dismenore primer ini tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologi. Ini
merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang nyata.
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih, oleh karena siklus haid pada bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam. Walaupun dalam beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan
paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala,
diare, iritabilitas, dan sebagainya
b. Dismenore Skunder
Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologik (endometrosis,
adenomiosis, dan lain-lain) dan juga karena pemakaian IUD. Dismenore sekunder
seringkali mulai muncul pada usia 20 tahun dan lebih jarang ditemukan serta terjadi
pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Tipe nyeri hampir sama dengan
dismenore primer, namun lama nyeri dapat melebihi periode menstruasi dan dapat
juga terjadi saat tidak menstruasi.

9
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga
tingkat keparahan. Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu :
a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat
melanjutkan kerja sehari- hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat
penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang, diare dan rasa
tertekan.

Sedangkan derajat dismenore dibagi menjadi :


a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas seharihari jarang
terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik, timbul
keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.

C. Etiologi
a. Penyebab Dismenore Primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram
menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang
dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi.
Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel
lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang
otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat.
Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari
kedua dan selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar

10
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan berkurang
seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin
b. Penyebab Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem
reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenore sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani
penyakit atau kelainan yang menyebabkannya. Selain itu bisa juga disebabkan
karena :
1) Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid
2) Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik
3) Endometriosis : nyeri disebabkan
4) Retroflexio uteri fixate
5) Stenosis kanalis servikalis
6) Adanya AKDR : tumor ovarium

D. Patofisiologi

Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi. Pelepasan


prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram
abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi
nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, dan diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing, sinkop, nyeri kepala
dan konsentrasi buruk.
Dismenore juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan selain
adanya peranan hormon, stress atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin
dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel. Adanya
pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan substansi p, akan merangsang
saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus
otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan
pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme

11
otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak akan
dipersepsikan sebagai nyeri
Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial
cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi
miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti
ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat
(severe dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan
bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha
(PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit
pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran
darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer (Elizabeth, 2009).

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang
tajam, rasa kram pada abdomen bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian
punggung, paha, lipat paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai ketika keluar
darah menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah menstruasi dan mencapai puncak
dalam waktu 24 jam. Dismenore dapat pula disertai tanda dan gejala yang memberikan
kesan kuat ke arah sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala sering kencing (urinary
frequency), mual muntah, 24 diare, sakit kepala, lumbagia (nyeri pada punggung),
menggigil, kembung (bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi, dan iritabilitas.
Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah

a. Dimenore primer
Dismenore primer seringkali menimbulkan gejala fisik dan gejala
psikologis. Setiap individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis
sekaligus, namun juga bisa mengalami hanya salah satu gejala, baik fisik maupun
psikologisnya. Tanda gejala yang dapat mucul seperti rasa tidak enak di badan,
lelah, mual dan muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang kala

12
disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, hingga kehilangan keseimbangan dan
kehilangan kesabaran (Anurogo, 2011:65). Seseorang dapat diketahui dengan
pasti bahwa menderita dismenore primer apabila 14 mengalami nyeri pada tiga
kali siklus menstruasi berturut-turut yang kemudian ketika diperiksakan tidak
terdapat adanya kelainan dismenore sekunder (Shah, et al. 2014:166)
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala

b. Dismenore sekunder
1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas
4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
6) Berhubungan dengan kelainan pelvic
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
8) Seringkali memerlukan tindakan operatif
9) Terdapat kelainan pelvic

F. Penatalaksanaan

a. Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus menstruasinya

13
kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi. Berikut ini
adalah langkah-langkah pencegahannya:
a. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.
b. Memiliki pola makan yang teratur
c. Istirahat yang cukup
d. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan tidak
mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui
penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.
e. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya kadar
estrogen.
f. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-
minuman yang hangat
b. Penanganan
Penatalaksanaan dismenorea menurut prawirohardjo (2005) :
a. Konseling holistik
Holistik adalah pelayanan yang diberikan kepada sesama atau manusia
secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual mendapat perhatian
seimbang. Pelayanan holistik merupakan pelayanan yang mencerminkan
komitmen terhadap pelayanan kepada seluruh manusia yaitu secara jasmani,
sosial ekonomi, sosial hubungan, mental dan spiritual Perlu dijelaskan kepada
penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk
kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.Kemudian
diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesic
Pada saat ini banyak beredar obat-obatan analgesic yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat
tidur dan kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat
analgetik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan

14
kafein.Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophen, asam mefenamat, ibu profenn dan sebagainya.Penelitian
menunjukan bahwa pemberian obat herbal dinilai lebih efektif dan aman untuk
pengobatan dismenorea primer, dibandingkan dengan obat asam mefenamat atau
placebo.Namun ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
c. Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani
gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk dalam pola hidup
sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang seperti
peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.
d. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah penekanan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan
penting pada waktu menstruasi tanpa gangguan, tujuan ini dapat dicapai dengan
pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
e. Terapi obat steroid
Terapi dengan obat steroid antiprostaglandin memegang peranan makin
penting terhadap dismenorea primer.Termasuk disini endometasin, ibuproven dan
naproksen kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami
banyak perbaikan.Hendaknya pengobatan diberikan sebelum menstruasi mulai, 1
sampai 3 hari.
f. Dilatasi kanalis servikalis
Dilatasi kanalis servikalismemudahkan pengeluaran darah menstruasi dan
prostaglandin didalamnya. Neurektomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik
antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial
(pemotongan saraf sensorik yang ada di ligamentum infumdibulum) merupakan
tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain gagal.
Selain itu menurut Taruna (2003), ada cara pengobatan lain yang dapat
dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi yaitu:

15
1. Ketika nyeri menstruasi datang, lakukan pengompresan
menggunakan air hangat di perut bagian bawah karena dapat
membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf .
2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, misalnya
melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu
yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur
dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai
natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak
terlalu rentan terhadap nyeri.
3. Apabila nyeri menstruasi cukup mengganggu aktivitas maka dapat
diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa
resep dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping
terhadap lambung.
4. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri
menstruasi muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan
sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka periksakan kondisi
untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea
yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder.
Adapun menurut Dyah (2010), nyeri menstruasidapat diatasi dengan:
1. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di
tempat yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.
2. Mandi dengan air hangat.
3. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
4. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang
mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam
darah.
5. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
6. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai
sumber makanan yang mengandung vitamin B6. Menjaga pola
makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi.Karena
beberapa dari makanan yang kita konsumsi sehari- hari dapat

16
mengurangi atau memperparah nyeri saat menstruasi
terjadi.Perbanyaklah mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, hindari
makanan yang mengandung bahan pengawet
Prevalensi dismenorea ditemukan menjadi 72,7% dan secara signifikan lebih tinggi pada
konsumen kopi, perempuan dengan perdarahan menstruasi (Alaettin, 2010).
Dari seluruh penatalaksanaan dismenorea yang ada diatas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : a.Penanganan Farmakologi
1) Pemberian obat analgesic
2) Terapi hormonal
3) Terapi obat steroid
4) Dilatasi kanalis servikalis
b.Penanganan non Farmakologi
1) Konseling holistik
2) Pola hidup sehat
3) Pengompresan menggunakan air hangat
4) Melakukan posisi knee chest
5) Mandi dengan air hangat.
6) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
7) Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung
kafein yang
dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.
8) Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
9) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan
yang
mengandung vitamin B6

17
G. Pathway HIV

Ovulasi

Hormon Hormon Poliferasi endometrium


Progesteron ↑ Prostaglandin ↑ dan meluruh pada siklus
menstruasi

Kontraksi miometrium dan Kerusakan jaringan


pembuluh darah uterus
18
Nyeri Haid
Dismenore

Keluhan nyeri perut


bagian bawah

Gg. Rasa
Nyeri Haid Nyaman

Cemas dan tegang

Asuhan Kebidanan :

Tidak tahu penanganan Pencegahan :


nyeri haid a. Hindari stress,
b. Memiliki pola makan yang teratur
c. Istirahat yang cukup
Lakukan Konseling Defisit
Pengetahuan d. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti
nyeri,
e. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok
Asuhan Kebidanan : f. Gunakan heating pad (bantal pemanas),
Penanganan : Penanganan :
A. .Penanganan Non Farmakologi
A. .Penanganan Farmakologi
Pola hidup sehat, kompres air hangat, mandi air hangat,
BAB III 1) Pemberian obat analgesic
posisi knee chest, mengkonsumsi buah dan sayuran yang
2) Terapi hormonal
mengandung vitamin B6 ANALISA KASUS 3)
SOAP
Terapi obat steroid

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. A
Umur : 20 tahun
Suku / Kebangsaan : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

19
Alamat Rumah : Kp. Pacet Rt 4/2 Ds. Pakutandang Kec. Ciparay
Status : Belum Menikah
2. Status Kesehatan
1. Datang Pada Tanggal : 17 Juni 2023
2. Alasan Kunjungan : Nyeri perut bagian bawah, pusing, nyeri payudara, nyeri
punggung, mual sejak hari pertama haid, pasien tidak
mengetahui cara menangani nyeri haid
3. Riwayat Menstruasi
a. Haid pertama : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 3x ganti pembalut
d. Dismenore : ya
e. Teratur/tidak : teratur 28 hari
f. Lamanya : 7 hari
g. Sifat darah : encer
h. Keputihan : ya

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma/TBC : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
Lain-lain : tidak ada
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Jantung : Tidak ada
Hipetensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
4. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

20
No Jenis pengkajian Sebelum sakit Setelah sakit

1 Pola nutrisi
a. Makan
Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Jenis Nasi dan lauk Nasi dan lauk
pauk 1 Porsi pauk 1 porsi
Porsi Oral Oral
Cara Besar Besar
Normal Normal
Keluhan Tidak ada Tidak ada

b Minum
3-5 gelas/hari 2-3 gelas/hari
Frekuensi
Air Putih, Air Putih
Jenis Oral Oral
Normal Normal
Cara Tidak ada Tidak ada
Keluhan
2 Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2-3x/hari 2-3x/hari
konsistensi Padat semi Padat semi
lembek lembek
warna Kuning Kuning
Khas feses Khas feses
Bau Tidak ada Tidak ada
Keluhan

b. BAK
Frekuensi 5-6x/hari 3-4x/hari
Warna Kuning jernih Kuning
Bau Khas amoniak Khas amoniak
Cara Mandiri Mandiri
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Pola istirahat
a. siang 2 jam/hari 2 jam/hari
b. malam 5 jam/hari 5 jam/hari

21
Disertai rasa
gelisah
4 Personal Hygiene
a. Mandi
2x/hari 2x/hari
b. Gosok Gigi
2x/hari 2x/hari
c. Ganti Pakaian
2x/hari 2x/hari
d. Cara
Mandiri Mandiri
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada

5 Pola Aktivitas Melakukan Melakukan


aktivitas kuliah, aktivitas seperti
bermain , dan biasa namun lebih
mengerjakan sering istirahat
tugas untuk mengurangi
nyerinya

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80mmHg N : 80 x/m R: 20x/m S: 36,5 C
Tinggi Badan : 155
Berat Badan : 40
IMT : 24  Normal
LILA : 22 cm
2. Kepala
- Rambut : Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak rontok, tidak

ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan dan massa abnormal.

- Muka : Simetris, muka tidak pucat , tidak odema, tidak ada nyeri

tekan pada dahi, pipi dan rahang.

22
- Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, fungsi

penglihatan baik.

- Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung,

tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

abnormal.

- Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, ada caries

gigi, terdapat gigi berlubang sebanyak 4 gigi, tidak ada

pembengkakan atau perdarahan pada gusi.

3. Leher :
JVP : tidak ada pembengkakan
KGB : tidak ada pembengkakan
Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
Lainnya : -
4. Dada dan Payudara
a. Dada
Jantung : reguler
b. Payudara
Bentuk : simetris
Rasa nyeri : ada rasa nyeri
Benjolan : tidak ada
5. Pemeriksaan Abdomen :
a. Hepar, terdapat pembengkakan : tidak ada pembengkakan
b. Supra Pubik , Terdapat benjolan : tidak dikaji
c. Daerah perut , terdapat nyeri/ benjolan : nyeri perut bagian bawah/ tidak ada
benjolan
d. Kandung Kemih , Penuh atau tidak : tidak penuh
6. Ekstremitas Atas dan Bawah :

23
Varises : tidak ada varises
Lainnya : tidak ada
7. Genetalia : tidak dikaji
8. Anus : tidak dikaji
a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hb : 12,5%

B. ANALISA
Diagnosa : Ny. A usia 20 tahun dengan Dismenore Primer

Masalah : Nyeri haid dan tidak tahu cara penanganannya

C. PENATALAKSANAAN
Hari Tanggal : 17 Juni 2023 Pukul 09.00
1. Memberitahu pasien mengenai hasil pemeriksaan , pasien mengetahui dan mengerti
2. Menganjurkan pasien untuk menjaga pola makan, meningkatkan konsumsi sayur, buah,
daging dan ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B6, pasien mengerti
3. Menganjurkan pasien untuk mengompres perut dengan air hangat , pasien mengerti dan
akan melakukannya
4. Menganjurkan pasien untuk berolahraga rutin untuk mengurangi rasa nyeri dismenore,
pasien mengerti dan akan mencoba melakukannya
5. Melakukan kolaborasi interprofessional dengan advice dokter yaitu memberikan obat
Pereda nyeri asam mefenamat 1x1 , vitamin B6 1x1 untuk mual , dan tablet Fe 1x1
selama menstruasi, pasien mengerti dan akan meminumnya
6. Melakukan konseling pencegahan dan cara mengatasi dismenore , pasien mengerti

24
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian Kasus

Pengkajian kasus HIV pada remaja ini dilakukan di Poli Umum Puskesma
Ciparay DTP Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Hasil pengkajian
diuraikan pada bab 3 dan pembahasan pada bab 4 ini mengenai asuhan yang
diberikan pada pasien Ny.A berusia 20 tahun, berjenis kelamin Perempuan
dating ke puskesmas pada tanggal 17 Juni 2023 pukul 09.00, dan dilakukan
pengkajian saat itu juga dengan keluhan Nyeri perut bagian bawah hingga
menjalar ke punggung disertai pusing dan lemas

25
Selanjutnya dilakukan pencarian data subjektif pada pasien data subjektif
didapatkan melalui pertanyaan tentang biodata pasien , menanyakan keluhan
pasien, menanyakan Riwayat penyakit terdahulu dan Riwayat penyakit keluarga,
pada saat dilakukan pengkajian diperoleh data pasien mengeluh nyeri perut
bagian bawah hingga menjalar ke punggung disertai pusing dan lemas , pasien
mengatakan sedang mentruasi hari pertama

Data objektif yang diperoleh yaitu klien terlihat lemas, tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 80x/m, Pernafasan 20x/m, Suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan
fisik di dapatkan nyeri pada payudara dan pada abdomen bagian bawah. Hal ini
merupakan tanda gejala dari dismenore. Tanda dan gejala yang mungkin
terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang tajam, rasa kram pada
abdomen bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian punggung, paha, lipat
paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai ketika keluar darah
menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah menstruasi dan mencapai puncak
dalam waktu 24 jam. Dismenore dapat pula disertai tanda dan gejala yang
memberikan kesan kuat ke arah sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala
sering kencing (urinary frequency), mual muntah, 24 diare, sakit kepala,
lumbagia (nyeri pada punggung), menggigil, kembung (bloating), payudara yang
terasa nyeri, depresi, dan iritabilitas (Anurogo, 2011).

B. Pemberian Terapi Obat

Therapi diberikan berdasarkan klasifikasi dismenore. Pada nyeri primer diberikan


agen antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sistensis prostaglandin melaluo
penghambatan enzim siklooksigenase, misalnya : ibuprofen (Motrin), naproxen, alleve,
Anaprox, Naproxyn, dan as. Mefenamat (ponstel).

Dengan pemberian obat-obatan ini biasanya wanita akan mengalami efek samping
pada gastrointestinal. Kontra indikasi obat-obatan ini adalah pada wanita dengan alergi,
riwayat ulkus peptikum, sensitive terhadap aspirin, asma dan terjadinya kehamilan.
(Brunner & Suddarth, 2002)

26
Terapi akan baik bila dilaksanakan sebelum gejala menstruasi sampai gejala
berkurang. Dapat juga diberikan kontrasepsi oral, yang berfungsi menghambat
prostaglandin endometrium oleh progesterone. Obat-obatan ini akan menurunkan jumlah
menstruasi sehingga menurunkan konsentrasi prostaglandin. (Price, 2002) Pemberian
analgesic sebelum kram mulai, juga dapat mengurangi rasa nyeri. Aspirin, inhibitor
prostaglandin ringan juga dapat di berikan sesuai dosis, biasanya dianjurkan setiap 4 jam.
Sedangkan, tindakan yang dapat dilakukan untuk nyeri sekunder adalah mengobati
penyakit yang mendasarinya.

Primer Sekunder

Gejala Kram dan disertai gejala sistemik Nyeri, yang terjadi


yang berlangsung sebelum awitan beberapa hari sebelum
sampai 2 – 3 hari setelah awitan awitan, pada ovulasi, dan
pada wanita pada saat melakukan
hubungan seksual

Penyebab Produksi prostaglandin yang Adanya penyakit patologis


berlebih yang mendasari

Penanganan Antiprostaglandin, latihan dan Evaluasi dan pengobatan


kontrasepsi oral untuk penyebab yang
spesifik (penyakitnya)

27
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan pada Tn. H dengan penatalaksanaan skrining HIV
dan pemberian terapi obat ARV didapatkan kesimpulan bahsa pengkajian kasus HIV ini
dilakukan di Poli Pandora Puskesmas Ciparay DTP. Pasien Tn. H berusia 20 tahun,
berjenis kelamin laki-laki dating ke puskesmas pada tanggal 7 Juni 2023 pukul 09.00 ,
dilakukan pengkajian saat itu juga dengan keluhan demam dan gatal-gatal sejak 1 minggu
yang lalu.

28
Terapi ARV diberikan pada pasien dengan jenis obat TLD (Tenofovir 300
mg/Lamivudin 300 mg/Dolutegravir 50 mg), pemberian terapi ARV sangat penting untuk
pasien dengan HIV, pengobatan ARV diminum rutin selama seumur hidup.
B. Saran
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal tersebut terjadi karen penulis masih
dalam tahap pembelajaran sehingga diharapkan untuk kritik dan saran dari pembaca
untuk dapat membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. 2010. Obstetri William. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Anurogo,D. & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta : ANDI

Yogyakarta

29
Manuaba, Ida Bagus. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita .Jakarta : EGC

Indowap.2012. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Penanganan

Dismenore Di Pon.Pes.Al-Muhsin Metro Utara.

Wahyuningrum, T., 2015. Penanganan Dismenore Pada Remaja Putri di Madrasah Aliyah Negeri

Mojosari Kabupaten Mojokerto.

Sandra, G.B. 2015. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Penanganan Dismenorea di

Kelurahan Kedungwinong

30

Anda mungkin juga menyukai