Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN DISMENORE PRIMER

DI PUSKESMAS MUARA BADAK

Disusun Oleh :
Wirdaningsih
NIM. P07224420051

KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada Wanita
Dengan Dismenore.

Asuhan Kebidanan pada Wanita Dengan Dismenoreini tidak akan selesai tepat
pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan


Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A.Konsep Dasar Teori Dismenore................................................................. 3
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Wanita Dengan Dismenore
..........................................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................18
BAB IV
PEMBAHASAN……………………………………………………………………..21
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………..25
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita.
Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai
dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil.
Proses menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50
tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus
mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.
Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di
luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika
anda mengalami proses menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah
dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa tidak
terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan.
Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di
keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum
wanita sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area
paha dan pinggang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Dismenore.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Dismenore
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
Dismenore

1
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan haid
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan haid dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Dismenore


1. Pengertian
Dismenore berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal, meno berarti bulan, dan rhea berarti aliran. Dysmenorhea atau
dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi.
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian
bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri
begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-
obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan
relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun
kontraksi yang hebat sering menyebabkan aliran darah ke uterus
terganggu sehingga timbul rasa nyeri (Sukarni, 2013:32)
Dismenore didefinisikan sebagai gejala kekambuhan, atau istilah
medisnya disebut catmenial pelvic pain, merupakan keadaan seorang
perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang berefek buruk
menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena nyeri yang
dirasakannya. Kondisi ini dapat berlangsung 2 hari atau lebih dari
lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan. Keadaan nyeri saat
menstruasi dapat terjadi pada segala usia (Afiyanti;Anggi Pratiwi,
2016:87).

2. Jenis-jenis Dismenore
Ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis dan
kelamin (Manuaba, 2009;59). Dismenore primer dikenal sebutan PMS
(primary dismenorrhea) dan tidak memiliki patofisiologi khusus. Pada

3
umumnya dismenore primer sering dikenal dengan gejala premenstrual
sindroma yang disebabkan oleh kelebihan hormon prostaglandin pada
jaringan endometrium (Afiyanti; Anggi Pratiwi, 2016;88). Dismenore
sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kalinan anatomis
yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid yang disertai
infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks,
pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba,
2009;59).
Dismenore primer pada umumnya dialami para perempuan remaja
pada 6 bulan sampai 2 tahun periode menarche. Kondisi dismenore
primer dapat hilang dengan sendirinya setelah perempuan berusia 25
tahun atau setelah melahirkan pervaginam. Selanjutnya, dismenore
sekunder memiliki sebab patofisiologi khusus misalnya berkenaan dengan
adanya fibromyomas dan endometriosis. Dismenore sekunder dialami
perempuan yang mengalami endometriosis, infeksi panggul, mengalami
penyempitan atau stenosis pada mulut rahim (serviks), kanker uterus dan
ovarium, atau perempuan akseptor IUD. Dismenore primer biasanya
mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15
dan 25. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya
berhenti setelah melahirkan. Nyeri kram mulai 24 jam sebelum
menstruasi dan mungkin bertahan selama 24-36 jam, walaupun nyeri
berat hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram dirasakan pada
abdomen bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke permukaan
dalam paha. Pada kasus berat, nyeri kram dapat disertai muntah dan diare
(Llewellyn-Jones, Derek, 2002:216).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-
12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi
teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang
terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip
hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin
merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah;
biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang
menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction
(penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenore
berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
haid. Vasopressin (disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormon yang
disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang menyempitkan
pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi
pengeluaran excretion = air seni) juga memiliki peran yang sama (Dito
Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:45).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang
menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid, adenomyosis (bentuk
endometritis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflamatory disease (penyakit radang
panggul menahun, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C) D
[intrauterine (contraceptive) device] (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:48- 49).
3. Etiologi Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodik di sisi medial paha (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:49). Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan klasifikasinya.
Faktor-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore
primer, antara lain:
a) Faktor kejiwaan
Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan
masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas (belum mencapai
kematangan) (Dito Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:51).
b) Faktor konstitusi
Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore menurut (Sukarni, 2013:39).
c) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Clithereo dan Pickles menjelaskan bahwa
karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin
yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain
dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare. Nausea, muntah,
flushing menurut (Sukarni, 2013:39).
d) Kelainan organ
Kelainan organ, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hiploplasia uterus (perkembangan rahim yang tak
lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan salauran jalan lahir),
mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri jaringan otot),
dan polip endrometrium menurut (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:51). Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada
wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore Menurut
(Sukarni, 2013:39).
Sedangkan beberapa faktor penyebab dari dismenore sekunder adalah:
1) Endometriosis
2) Fobroid
3) Adenomiosis
4) Peradangan tubafalopii
5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
6) Pemakaian IUD

4. Patofisiologi Dismenore
a) Dismenore Primer
Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada
wanita dengan dismenore dibandingkan dengan wanita - wanita yang
tidak mengeluhkan nyeri menstruasi. Peningkatan produksi
prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2 (PGE2), atau suatu
rasio PGF2α: PGE2 yang tidak memadai, dapat meningkatkan tonus
uterus istirahat, tekanan kontraktil miometrium, frekuensi kontraksi
uterus, dan kontraksi aritmik uterus. Kelainan ini akan menimbulkan
vasokontriksi, iskemia dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan
nyeri. Selain itu, prostaglandin juga menimbulkan hipersensitisasi
serabut-serabut nyeri terhadap bradikidin dan rangsang fisik lainnya.
Bila PGF2α yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi, maka dapat
timbul gejala-gejala sistemik.
Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah
pada fase proliferatif pra-ovulasi, namun akan meningkat selama fase
sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi. Kenyataan
ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks, khususnya
progesteron, berperan dalam peninggian kadar prostaglandin yang
dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini juga konsisten dengan
kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus
ovulatorik.
Faktor-faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun
keluarga, atau kedunya, dapat menetukan sifat nyeri dismenore
primer. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya.

b) Dismenore Sekunder
Endometriosis jaringan endometrium yang membentuk
prostaglandin dapat dijumpai pada ovarium, ligamentum sakrouterina,
cul-de-sac, atau dimanpun pada peritoneum. Uterus retroversi dapat
pula disertai endometriosis.
Leiomioma (fibroid) merupakan berkas-berkas otot polos yang
saling menganyam, yang terbungkus suatu pseudokapsula.
Leiomioma sering kali disertai metroragia, dan juga berkaitan dengan
produksi prostaglandin yang berlebihan. Adenomiosis menjelaskan
suatu keadaan endometrium menginvasi miometrium. Mekanisme
pasti bagaimana adenomiosis menimbulkan dismenore masih belum
jelas. (Mengel MB, 2001).

5. Gejala Klinis Dismenore


Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Gejala utama adalah nyeri
dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikus atau
daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau
kiri. Hal itu dapat menjalar ke paha dan punggung bawah. Gejala lain
mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala,
pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan
sentuhan, pingsan, dan kelelahan. Gejala dismenore sering dimulai segera
setelah ovulasi dan dapat berlangsung sampai akhir menstruasi. Ini karena
dismenore sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormon dalam tubuh
yang terjadi dengan ovulasi Menurut (Sukarni, 2013:44).

6. Penatalaksanaan Dismenore
a) Teknik nafas dalam dan relaksasi
b) Penggunaan kompres hangat
c) Senam (Pilates) atau yoga
d) Istirahat yang cukup
e) Obat anti nyeri jenis non-steroid
f) Obat-obat diuretic
g) Masase
h) Aromaterapi
i) Terapi Akupresur
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan
Dismenore

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia berisiko <12 tahun dapat melakukan preventiv terhadap
kemungkinan dismenore primer (Larasati & Alatas, 2016).
Disminorea sekunder paling sering muncul di usia 30-an atau
40-an (Nurwana, Yusuf Sabilu, 2018).
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :

2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama


Keluhan utama yang diungkapkan adalah nyeri menstruasi yang terjadi
terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung
bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis (Sinaga, E.,
Saribanon et al., 2017).

3. Riwayat kesehatan klien


Perlu dikaji adanya riwayat penyakit tumor / kanker maupun penyakit-
penyakit lain yang diderita pasien, khususnya penyakit kandungan. Riwayat
penyakit berhubungan adanya kemungkinan pengaruh penyakit dengan sistem
hormonal maupun kemungkinan munculnya stres akibat penyakit yang
diderita.

Mioma :
Kista :
Endometritis :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Perlu dikaji juga riwayat penyakit tumor / kanker maupun penyakit-penyakit
lain yang diderita keluarga pasien. Selain itu riwayat penyakit kandungan
seperti sindrom polikistik ovarium maupun endometriosis yang juga
merupakan faktor genetik.

5. Riwayat Haid :
Perlu dikaji riwayat menarche, HPHT, disminorea, serta siklus menstruasi.
Menarche digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosa bukan
disminorea, faktor menarche sangat besar peengaruhnya terhadap kejadian
dismenore primer. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan bagi remaja yang
telah mengalami menarche pada usia berisiko <12 tahun dapat melakukan
preventiv terhadap kemungkinan dismenore primer yang akan dialaminya
(Larasati & Alatas, 2016).

6. Riwayat Obstetrik
kolom riwayat obstetrik yang lalu penting dikaji untuk menegakan diagnosis apakah
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suam U Pen Jeni Pnl Tmp Pen J BB/P Abn Lakta Pen
Ank H M
i K y s g t y K B or si y

pasien termasuk ke dalam disminore skunder atau primer.


7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi yang pernah di
gunakan dan lama pemakaian. Faktor penyebab dari dismenore sekunder
adalah penggunaan IUD.

8. Pola Fungsional Kesehatan


9. Riwayat psikososiokultural Spiritual :
Pola Keterangan

Nutrisi Sofia (2013) dalam (Cholifah, 2015) mengungkapkan bahwa status


gizi yang rendah (underweight) dapat diakibatkan karena asupan
makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat menimbulkan
anemia, sedangkan status gizi lebih (overweight) dapat juga
Mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan lemak yang
berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau
terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ
reproduksi wanita, sehingga darah yang seharusnya mengalir pada
proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat
menstruasi.

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat


endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna
khas.

Istirahat Klien minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehatan klien.

Aktivitas Aktifitas klien merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan klien seperti
aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan.

Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,


Hygiene mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.

Kebiasaan Pengkajian mengenai obat-obatan yang dapat memicu terjadinya


disminore, misalnya mengkonsumsi hormon tambahan (Larasati &
Alatas, 2016).
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum pasien
Kesadaran :composmentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
c. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA : (23,5 cm)

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi rambut
kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : odem/tidak, pucat/tidak
Mata : Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi: Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher : terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada tonsil
atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada :
Payudara : terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya menonjol
pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu ibu jika
terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu mengidap
infeksi. (KIA Kementrian RI, 2016), tidak/ada retraksi pada
payudara, teraba nyeri/tidak, ada massa/tidak
Abdomen : Nyeri perut bagian bawah (Sinaga, E., Saribanon et al.,
2017), bekas operasi ada/tidak
Genetalia : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka parut
tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid eksterna atau
tidak (Varney, 2008)
Ekstremitas : simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak,
odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak

Pemeriksaan Penunjang : USG

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis: Remaja usia …. tahun dengan Disminore Primer/Sekunder

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagnosis Potensial Dismenore Primer : -

Diagnosis Potensial Dismenore Sekunder :

a. Endometriosis

b. Pelvic inflammatory disease


c. Tumor dan kista ovarium

d. Oklusi atau stenosis servikal

e. Adenomyosis

f. Fibroids

g. Uterine polyps

h. Intrauterine adhesions

i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)

j. Intrauterine contraceptive device

k. Transverse vaginal septum

l. Pelvic congestion syndrome

m.Allen-Masters syndrome

Masalah Potensial : Cemas

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi untuk pemberian


terapi dan pemeriksaan lebih lanjut dan menyeluruh.

V. INTERVENSI

1. Jelaskan hasil pemeriksaan

R: Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien maka klien dapat


mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga klien lebih tenang.
2. KIE pada klien mengenai disminore

R: Pengetahuan tentang disminore akan menambah pengetahuan kepada klien


agar lebih bisa memahami kondisinya.
3. KIE tentang pola hidup sehat seperti rajin berolahraga

R: Pengetahuan pola hidup sehat dan olahraga dapat membantu mengurangi


nyeri saat haid
4. KIE tentang psikologis bahwa klien duanjurkan untuk tidak stress

R: stress dapat menyebabkan disminore


5. Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi.

R: Pemeriksaan dan terapi pada dokter spesialis akan mendapatkan pelayanan


yang tepat dan kooperensif

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal/Waktu Pengkajian : 01 Februari 2021/ 10.12 WITA


Tempat Pengkajian : Puskesmas Muara Badak
Nama Pengkaji : Wirdaningsih
S
a. Identitas
Nama : Nn. D
Umur : 15 Thn
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : Man
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Muara Badak Ilir
b. Alasan datang periksa/ Keluhan utama
Pasien Ingin memeriksakan dirinya
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah saat menjelang haid sampai dengan
haid
c. Riwayat kesehatan klien
Tidak/ sedang menderita penyakit seperti hipertensi, kencing manis, sakit kuning,
TBC, Asma, Jantung, kanker serta penyakit kandungan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga tidak ada/ sedang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
kencing manis, sakit kuning, TBC, Asma, Kanker, kelainan hormon, penyakit
kandungan dan penyakit menular atau berpotensi menurun lain.
e. Riwayat Menstruasi
HPHT : 21.01.2021

18
Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama haid 4-7 hari, setiap hari ganti
pembalut 2-3x, warna darah merah segar, encer, pertama haid usia 10 tahun dan
selalu mersakan nyeri saat haid.
f. Riwayat Obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


J
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny BB/PB H M Abnor Laktasi Peny
K

g. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
h. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Pasien tidak nafsu makan


Minum air putih 1,5 L/hari
Eliminasi BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hari

Istirahat Tidak ada tidur siang dan tidur malam 5 jam, tidur kurang nyenyak

Aktivitas Pasien berbaring menahan nyeri, serta mengerjakan tugas kuliah

Personal Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, dan ganti celana dalam
Hygiene 2x/hari

Kebiasaan Tidak ada mengkonsumsi alkohol dan jamu, tidak merokok dan tidak
menggunakan narkoba
Seksualitas Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual

10. Riwayat psikososiokultural Spiritual :

a. Psikologis
Pasien merasa tidak nyaman karena nyeri
b. Sosial
Pasien belum pernah menikah dan ibu pasien selalu berusaha
menenangkan anaknya
c. Kutural
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisi adat istiadat yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
d. Spiritual
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisi adat istiadat yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 98/56
Suhu : 36,70C
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Antropometri
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan :48 kg
LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat, tidak ada massa dan tidak ada edema
Mata : Simetris, sklera warna putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada pengeluaran kotoran/darah, tidak ada edema pada
palpebra
Telinga : Daun telinga lentur, telinga sejajar mata, tidak ada
pengeluaran
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada pengeluaran
Mulut : Bibir simetris dan lembab, tidak ada labioskizis dan
labiopalatoskizis, tidak ada radang pada gusi, lidah tremor
dan tidak ada karang gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada massa, suara nafas
vesikuler
Payudara : Simetris, tidak ada lesi, tidka ada pengeluaran dari puting,
tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada linea dan striae, tidak teraba
massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Ada perdarahan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
tidak ada penggumpalan labia.
Ekstremitas Atas : simetris, jari tangan lengkap, tidak ada edema dan lesi,
CRT < 2 detik, refleks bicep/tricep (+)
Ekstremitas Bawah : simetris, jari kaki lengkap, tidak ada edema dan lesi,
CRT < 2 detik, reflekspatella (+), refleksbabynski (+).
A
Diagnosis : Nn. D usia tahun dengan Dismenore Primer
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak Ada
Masalah Potensial : Tidak Ada
Kebutuhan Segera : Tidak Ada
P

No Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf


1 01 Februari Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa pasien Mhs
2021/ mengalami dismenore primer yaitu rasa nyeri saat
10.25 WITA haid yang tidak disebabkan oleh kelainan pada rahim
dan dapat mengganggu aktivitas fisik, pemeriksaan
yang lainnya dalam batas normal; pasien mengerti
penjelasan yang diberikan
2 10.30 WITA Menjelaskan dan memberikan contoh pada pasien Mhs
bahwa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan
senam dismenore, melakukan kompres hangat, dan
dengan relaksasi nafas dalam ; pasien mengerti
penjelasan yang diberikan
3 10.35 WITA Menjelaskan pentingnya konsumsi makanan bergizi Mhs
selama haid agar terhindar dari anemia atau kurang
darah serta pentingnya istirahat yang cukup ; pasien
mengerti penjelasan yang diberikan
4 10.40 WITA Memberikan tablet tambah darah berupa tablet Fe x Mhs
diminum 1x1 selama 5 hari malam hari, paracetamol
3x1 selama 3 hari dan CTM 2x1 selama 3 hari ;
pasien mengerti penjelasan yang diberikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam kasus Nn. D usia 15 tahun dengan dismenore primer telah dilakukan
asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney, mulai dari pengumpulan data
sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya menggunakan SOAP.
Adapun pembahasan antara teori dan kenyataan yang penulis temukan selama
melaksanakan studi kasus meliputi

A..Pengumpulan data dasar secara lengkap

Penulis melakukan pengkajian terhadap Nn. D di Puskesmas Muara Badak,


tanggal 01 Februari 2021. Nn. D mengatakan setiap menstruasi meraskan nyeri
perut bagian bawah serta nyeri di bagian pinggang pada hari pertama menstruasi.
Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan dapat menimbulkan berbagai
gejala pada remaja, diantaranya konsentrasi buruk, sakit kepala terkadang
disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah dan nyeri perut (kram) atau biasa
disebut dengan dismenore (Priscilla & Ningrum, 2012). Dismenore adalah
ketidaknyamanan selama hari pertama atau hari kedua menstruasi yang sangat
umum terjadi.Dismenore adalah menstruasi yang menimbulkan nyeri dan
merupakan salah satu masalah ginekologis yang paling umum dialami wanita
dari berbagai tingkat usia. Jadi dapat disimpulkan dismenore adalah menstruasi
yang disertai dengan rasa nyeri (kram) pada daerah perut dan terjadi pada hari
pertama, serta merupakan masalah ginekologis yang umum terjadi pada wanita
(Marlinda & Purwaningsih 2013).
Riwayat menstruasi, menarche pada usia 13 tahun, siklus menstruasi 28 hari,
lama menstruasi 7 hari, ganti pembalut 4 kali/ hari. Hubungan antara menarche
dini dengan pola hormonal dari siklus menstruasi merupakan faktor risiko
penting terjadinya dismenore primer. Wanita dengan menarche dini memiliki
konsentrasi hormon estradiol serum lebih tinggi tetapi hormon testosteron dan

21
dehidroepiandosteron dalam konsentrasi yang lebih rendah (Apter D. Early,
2015). Riwayat Keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya dismenore primer. Dua dari tiga wanita yang menderita
dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya.
bahwa riwayat keluarga dismenore merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian dismenore primer (Maryam, 2016).
Pada pengkajian pola fungasional terdapat nutrisi : makan 3x/ hari dengan
porsi sedang, dengan menu nasi, sayur dan lauk. Minum air putih 7 gelas perhari
Wanita dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan
kelebihan berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita dismenore
jika dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal (Charu S & dkk, 2012).
Personal hygine : Mandi 2x/hari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x/hari, ganti
celana dalam 2x/hari. Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat
genetalia, mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.
Pemeriksaan di lakukan pada Nn. D adalah pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
diagnostik. Pada langkah ini didapat kondisi Nn. D dengan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis Tekanan Darah : 98/ 56 mmHg Nadi :82x/ menit
o
Pernafasan : 20x/ menitdan Suhu : 36.7 C. Berat badan : 48 kg, Tinggi Badan :
157cm dan Lila : 25 cm
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik

B. Interpretasi Data Dasar


Interpretasi data dasar meliputi diagnosis keperawatan, masalah dan kebutuhan.
Dari pengkajian data dapat ditegakkan diagnose pada Remaja usia 15 tahun
dengan dismenore primer mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada
miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut.
Adanya kontraksi yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin
yang tinggi dan pelebaran dinding rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga
terjadilah nyeri saat haid (Marlina E. 2012).
C. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial/Diagnosis Potensial
dan mengantisipasi Penanganannya
Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa atau masalah potensial dalam
asuhan kebidanan pada Nn. D usia 15 tahun.

D. Menerapkan Tindakan terhadap Kebutuhan Segera


Pada langkah ini tidak ada tindakan segera

E. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh


Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana Asuhan Kebidanan pada
Nn. D usia 15 tahun dengan dismenore primer di Puskesmas Muara badak
1.Menjelaskan tentang pengertian dismenore
2.Menjelaskan dan mempraktikan cara mengatasi nyeri saat menstruasi
3.Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
4.Memberikan vitamin Fe

F. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman


Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan asuhan sesuai dengan yang
telah direncanakan

23
G. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah.
Secara keseluruhan dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi asuhan
berjalan cukup baik.

24
BAB V

PENUTUP
A.Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn D umur 15 tahun ,didapatkan kesimpulan bahwa
dalam pengkajian telah dilakukan pengumpulan data meliputi data subyektif dan obyektif .
Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnose bahwa Nn D mengalami gangguan menstruasi
yaitu disminorhoe primer,intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada .
dengan demikian seorang bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada remaja
dengan gangguan reproduksi khususnya gangguan menstruasi sesuai dengan standar profesi
kebidanan dan kewenangan ,dan melakukan kolaborasi atau rujukan
B Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan asuhan kebidanan
pada remaja dan pra nikah, sesuai dengan standar profesi bidan dan dapat mengatasi
kesenjangan yang timbul antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan
pengaplikasian teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2.Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan asuhan yang menyeluruh
serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa
remaja.
3.Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif agar lebih aplikatif dalam pelaksanaannya. Selain itu, institusi juga dapat
menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
mempraktekkan dan menerapkannya langsung kepada klien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. and Pratiwi (2016) Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anurogo, Dito, Ari , Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid Yogyakarta:
Andi Yogyakarta\
Arfa, M. 2013. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
pasien post-operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo, Tesis,Universitas Negeri Gorontalo

Buku KIA, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Charu S, Amita R, Sujoy R, Thomas GA. Menstrual characteristics and prevalence
and effect of dysmenorrhea on quality of life of medical students. International
Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. 2012;
4(4):276-94.

Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Icemi Sukarni K, & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Latthe P, Champaneris R, Khan K. Dysmenorrhea. American Family Physician.
2012; 85(4):386-7.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar – dasar obsteri dan gynekologi / Derek
Llewellyn-Jones, Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. 2010. Buku Ajar
Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Marlinda, &Purwaningsih, P. 2013. Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan
dismenore pada remaja putri di Desa Sidoarjo Kecamatan Pati.vol. 1,no, 2,
hh.118-123.33
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

27
Ningsih R. Efektivitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja dengan
dismenore di SMAN kecamatan curup [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia;
2012.
Noor MS, Yasmina A, Hanggarawati CD. Perbandingan kejadian dismenore pada
akseptor pil kb dengan akseptor suntik kb 1 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pasayangan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2010; 9(1):14-17.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta


Priscilla, V& Ningrum, D. 2012.Perbedaan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
dan kompres hangat dalam menurunkan dismenore pada remaja SMA Negeri 3
Padang,vol. 8, no. 2, hh.187-195.
Sari, Diana., Adnil E.N., Defrin., 2015. Hubungan Stres dengan Kejadian
Dismenore Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2): 567-70.
Stres, T., Dengan, R., & Menstruasi, S. (2018). No Title.
Sukarni, I.K., & P, W. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Suslia & Lestari. 2014. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan.eds. 8, vol. 1, Jakarta: P.T Salemba Emban Patria.
Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan kebidanan volume 2 edisi 4. Jakarta :
EGC
26
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. and Pratiwi (2016) Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anurogo, Dito, Ari , Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid Yogyakarta:
Andi Yogyakarta\
Arfa, M. 2013. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
pasien post-operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo, Tesis,Universitas Negeri Gorontalo

Buku KIA, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Charu S, Amita R, Sujoy R, Thomas GA. Menstrual characteristics and prevalence
and effect of dysmenorrhea on quality of life of medical students. International
Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health. 2012;
4(4):276-94.

Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Icemi Sukarni K, & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Latthe P, Champaneris R, Khan K. Dysmenorrhea. American Family Physician.
2012; 85(4):386-7.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar – dasar obsteri dan gynekologi / Derek
Llewellyn-Jones, Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. 2010. Buku Ajar
Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Marlinda, &Purwaningsih, P. 2013. Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan
dismenore pada remaja putri di Desa Sidoarjo Kecamatan Pati.vol. 1,no, 2,
hh.118-123.33
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika

27
Ningsih R. Efektivitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja
dengan dismenore di SMAN kecamatan curup [tesis]. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2012.
Noor MS, Yasmina A, Hanggarawati CD. Perbandingan kejadian
dismenore pada akseptor pil kb dengan akseptor suntik kb 1 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Pasayangan. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 2010; 9(1):14-17.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta :


Rineka Cipta Priscilla, V& Ningrum, D. 2012.Perbedaan pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam
dan kompres hangat dalam menurunkan dismenore pada remaja
SMA Negeri 3 Padang,vol. 8, no. 2, hh.187-195.
Sari, Diana., Adnil E.N., Defrin., 2015. Hubungan Stres dengan Kejadian
Dismenore Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2):
567-70.
Stres, T., Dengan, R., & Menstruasi, S. (2018). No Title.
Sukarni, I.K., & P, W. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Suslia & Lestari. 2014. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan.eds. 8, vol. 1, Jakarta: P.T Salemba
Emban Patria.
Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan kebidanan volume 2 edisi 4.
Jakarta :
EGC
28

Anda mungkin juga menyukai