Disusun Oleh :
Wirdaningsih
NIM. P07224420051
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan pada Wanita
Dengan Dismenore.
Asuhan Kebidanan pada Wanita Dengan Dismenoreini tidak akan selesai tepat
pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
A.Konsep Dasar Teori Dismenore................................................................. 3
B. Konsep Dasar ManajemenAsuhan Kebidanan Pada Wanita Dengan Dismenore
..........................................................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................18
BAB IV
PEMBAHASAN……………………………………………………………………..21
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………..25
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita.
Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai
dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil.
Proses menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50
tahun-an. Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus
mentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali.
Namun ada juga wanita yang mengalami siklus yang belum teratur atau di
luar jangka waktu di atas. Menstruasi terjadi selama 3 sampai dengan 7 hari. Jika
anda mengalami proses menstruasi di luar ketentuan umum, konsultasikanlah
dengan dokter kandungan untuk mengetahui penyebabnya dan pastikan bahwa tidak
terdapat kelainan atau penyakit yang berkaitan.
Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di
keluarkan 25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum
wanita sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area
paha dan pinggang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan Dismenore.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Dismenore
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
Dismenore
1
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan haid
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan haid dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Jenis-jenis Dismenore
Ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dismenore
primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis dan
kelamin (Manuaba, 2009;59). Dismenore primer dikenal sebutan PMS
(primary dismenorrhea) dan tidak memiliki patofisiologi khusus. Pada
3
umumnya dismenore primer sering dikenal dengan gejala premenstrual
sindroma yang disebabkan oleh kelebihan hormon prostaglandin pada
jaringan endometrium (Afiyanti; Anggi Pratiwi, 2016;88). Dismenore
sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan kalinan anatomis
yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid yang disertai
infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks,
pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba,
2009;59).
Dismenore primer pada umumnya dialami para perempuan remaja
pada 6 bulan sampai 2 tahun periode menarche. Kondisi dismenore
primer dapat hilang dengan sendirinya setelah perempuan berusia 25
tahun atau setelah melahirkan pervaginam. Selanjutnya, dismenore
sekunder memiliki sebab patofisiologi khusus misalnya berkenaan dengan
adanya fibromyomas dan endometriosis. Dismenore sekunder dialami
perempuan yang mengalami endometriosis, infeksi panggul, mengalami
penyempitan atau stenosis pada mulut rahim (serviks), kanker uterus dan
ovarium, atau perempuan akseptor IUD. Dismenore primer biasanya
mulai 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15
dan 25. Frekuensi menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya
berhenti setelah melahirkan. Nyeri kram mulai 24 jam sebelum
menstruasi dan mungkin bertahan selama 24-36 jam, walaupun nyeri
berat hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram dirasakan pada
abdomen bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke permukaan
dalam paha. Pada kasus berat, nyeri kram dapat disertai muntah dan diare
(Llewellyn-Jones, Derek, 2002:216).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-
12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi
teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang
terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip
hormon kuat yang terdiri dari asam lemak esensial. Prostaglandin
merangsang otot uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah;
biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang
menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi myometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction
(penyempitan pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah
terbukti ditemukan pada cairan haid pada perempuan dengan dismenore
berat. Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
haid. Vasopressin (disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormon yang
disekresi oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang menyempitkan
pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi
pengeluaran excretion = air seni) juga memiliki peran yang sama (Dito
Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:45).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang
menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, di antaranya termasuk
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada di luar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid, adenomyosis (bentuk
endometritis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflamatory disease (penyakit radang
panggul menahun, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C) D
[intrauterine (contraceptive) device] (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:48- 49).
3. Etiologi Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodik di sisi medial paha (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:49). Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan klasifikasinya.
Faktor-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenore
primer, antara lain:
a) Faktor kejiwaan
Faktor kejiwaan atau gangguan psikis, seperti rasa bersalah, ketakutan
seksual takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan
masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas (belum mencapai
kematangan) (Dito Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:51).
b) Faktor konstitusi
Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore menurut (Sukarni, 2013:39).
c) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Clithereo dan Pickles menjelaskan bahwa
karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin
yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain
dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare. Nausea, muntah,
flushing menurut (Sukarni, 2013:39).
d) Kelainan organ
Kelainan organ, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hiploplasia uterus (perkembangan rahim yang tak
lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan salauran jalan lahir),
mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang terdiri jaringan otot),
dan polip endrometrium menurut (Dito Anurogo dan Ari Wulandari,
2011:51). Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada
wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore Menurut
(Sukarni, 2013:39).
Sedangkan beberapa faktor penyebab dari dismenore sekunder adalah:
1) Endometriosis
2) Fobroid
3) Adenomiosis
4) Peradangan tubafalopii
5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
6) Pemakaian IUD
4. Patofisiologi Dismenore
a) Dismenore Primer
Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada
wanita dengan dismenore dibandingkan dengan wanita - wanita yang
tidak mengeluhkan nyeri menstruasi. Peningkatan produksi
prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2 (PGE2), atau suatu
rasio PGF2α: PGE2 yang tidak memadai, dapat meningkatkan tonus
uterus istirahat, tekanan kontraktil miometrium, frekuensi kontraksi
uterus, dan kontraksi aritmik uterus. Kelainan ini akan menimbulkan
vasokontriksi, iskemia dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan
nyeri. Selain itu, prostaglandin juga menimbulkan hipersensitisasi
serabut-serabut nyeri terhadap bradikidin dan rangsang fisik lainnya.
Bila PGF2α yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi, maka dapat
timbul gejala-gejala sistemik.
Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah
pada fase proliferatif pra-ovulasi, namun akan meningkat selama fase
sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi. Kenyataan
ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks, khususnya
progesteron, berperan dalam peninggian kadar prostaglandin yang
dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini juga konsisten dengan
kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus
ovulatorik.
Faktor-faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun
keluarga, atau kedunya, dapat menetukan sifat nyeri dismenore
primer. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya.
b) Dismenore Sekunder
Endometriosis jaringan endometrium yang membentuk
prostaglandin dapat dijumpai pada ovarium, ligamentum sakrouterina,
cul-de-sac, atau dimanpun pada peritoneum. Uterus retroversi dapat
pula disertai endometriosis.
Leiomioma (fibroid) merupakan berkas-berkas otot polos yang
saling menganyam, yang terbungkus suatu pseudokapsula.
Leiomioma sering kali disertai metroragia, dan juga berkaitan dengan
produksi prostaglandin yang berlebihan. Adenomiosis menjelaskan
suatu keadaan endometrium menginvasi miometrium. Mekanisme
pasti bagaimana adenomiosis menimbulkan dismenore masih belum
jelas. (Mengel MB, 2001).
6. Penatalaksanaan Dismenore
a) Teknik nafas dalam dan relaksasi
b) Penggunaan kompres hangat
c) Senam (Pilates) atau yoga
d) Istirahat yang cukup
e) Obat anti nyeri jenis non-steroid
f) Obat-obat diuretic
g) Masase
h) Aromaterapi
i) Terapi Akupresur
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita dengan
Dismenore
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia berisiko <12 tahun dapat melakukan preventiv terhadap
kemungkinan dismenore primer (Larasati & Alatas, 2016).
Disminorea sekunder paling sering muncul di usia 30-an atau
40-an (Nurwana, Yusuf Sabilu, 2018).
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Register :
Mioma :
Kista :
Endometritis :
5. Riwayat Haid :
Perlu dikaji riwayat menarche, HPHT, disminorea, serta siklus menstruasi.
Menarche digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosa bukan
disminorea, faktor menarche sangat besar peengaruhnya terhadap kejadian
dismenore primer. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan bagi remaja yang
telah mengalami menarche pada usia berisiko <12 tahun dapat melakukan
preventiv terhadap kemungkinan dismenore primer yang akan dialaminya
(Larasati & Alatas, 2016).
6. Riwayat Obstetrik
kolom riwayat obstetrik yang lalu penting dikaji untuk menegakan diagnosis apakah
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suam U Pen Jeni Pnl Tmp Pen J BB/P Abn Lakta Pen
Ank H M
i K y s g t y K B or si y
Istirahat Klien minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehatan klien.
Aktivitas Aktifitas klien merupakan salah satu faktor yang mungkin bisa
menyababkan timbulnya masalah pada keadaan klien seperti
aktivitas yang terlalu berat dan melelahkan.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi rambut
kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : odem/tidak, pucat/tidak
Mata : Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi: Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher : terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada tonsil
atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada :
Payudara : terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya menonjol
pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu ibu jika
terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu mengidap
infeksi. (KIA Kementrian RI, 2016), tidak/ada retraksi pada
payudara, teraba nyeri/tidak, ada massa/tidak
Abdomen : Nyeri perut bagian bawah (Sinaga, E., Saribanon et al.,
2017), bekas operasi ada/tidak
Genetalia : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka parut
tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid eksterna atau
tidak (Varney, 2008)
Ekstremitas : simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak,
odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak
a. Endometriosis
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
m.Allen-Masters syndrome
V. INTERVENSI
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
18
Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama haid 4-7 hari, setiap hari ganti
pembalut 2-3x, warna darah merah segar, encer, pertama haid usia 10 tahun dan
selalu mersakan nyeri saat haid.
f. Riwayat Obstetrik
g. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
h. Pola fungsional kesehatan
Pola Keterangan
Istirahat Tidak ada tidur siang dan tidur malam 5 jam, tidur kurang nyenyak
Personal Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, dan ganti celana dalam
Hygiene 2x/hari
Kebiasaan Tidak ada mengkonsumsi alkohol dan jamu, tidak merokok dan tidak
menggunakan narkoba
Seksualitas Pasien belum pernah melakukan hubungan seksual
a. Psikologis
Pasien merasa tidak nyaman karena nyeri
b. Sosial
Pasien belum pernah menikah dan ibu pasien selalu berusaha
menenangkan anaknya
c. Kutural
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisi adat istiadat yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
d. Spiritual
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisi adat istiadat yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 98/56
Suhu : 36,70C
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Antropometri
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan :48 kg
LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak pucat, tidak ada massa dan tidak ada edema
Mata : Simetris, sklera warna putih, konjungtiva merah muda, tidak
ada pengeluaran kotoran/darah, tidak ada edema pada
palpebra
Telinga : Daun telinga lentur, telinga sejajar mata, tidak ada
pengeluaran
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada pengeluaran
Mulut : Bibir simetris dan lembab, tidak ada labioskizis dan
labiopalatoskizis, tidak ada radang pada gusi, lidah tremor
dan tidak ada karang gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada massa, suara nafas
vesikuler
Payudara : Simetris, tidak ada lesi, tidka ada pengeluaran dari puting,
tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada linea dan striae, tidak teraba
massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Ada perdarahan, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
tidak ada penggumpalan labia.
Ekstremitas Atas : simetris, jari tangan lengkap, tidak ada edema dan lesi,
CRT < 2 detik, refleks bicep/tricep (+)
Ekstremitas Bawah : simetris, jari kaki lengkap, tidak ada edema dan lesi,
CRT < 2 detik, reflekspatella (+), refleksbabynski (+).
A
Diagnosis : Nn. D usia tahun dengan Dismenore Primer
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak Ada
Masalah Potensial : Tidak Ada
Kebutuhan Segera : Tidak Ada
P
PEMBAHASAN
Dalam kasus Nn. D usia 15 tahun dengan dismenore primer telah dilakukan
asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney, mulai dari pengumpulan data
sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya menggunakan SOAP.
Adapun pembahasan antara teori dan kenyataan yang penulis temukan selama
melaksanakan studi kasus meliputi
21
dehidroepiandosteron dalam konsentrasi yang lebih rendah (Apter D. Early,
2015). Riwayat Keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya dismenore primer. Dua dari tiga wanita yang menderita
dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya.
bahwa riwayat keluarga dismenore merupakan faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian dismenore primer (Maryam, 2016).
Pada pengkajian pola fungasional terdapat nutrisi : makan 3x/ hari dengan
porsi sedang, dengan menu nasi, sayur dan lauk. Minum air putih 7 gelas perhari
Wanita dengan indeks masa tubuh (IMT) kurang dari berat badan normal dan
kelebihan berat badan (overweight) lebih mungkin untuk menderita dismenore
jika dibandingkan dengan wanita dengan IMT normal (Charu S & dkk, 2012).
Personal hygine : Mandi 2x/hari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x/hari, ganti
celana dalam 2x/hari. Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat
genetalia, mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.
Pemeriksaan di lakukan pada Nn. D adalah pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan
diagnostik. Pada langkah ini didapat kondisi Nn. D dengan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis Tekanan Darah : 98/ 56 mmHg Nadi :82x/ menit
o
Pernafasan : 20x/ menitdan Suhu : 36.7 C. Berat badan : 48 kg, Tinggi Badan :
157cm dan Lila : 25 cm
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik
23
G. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah.
Secara keseluruhan dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi asuhan
berjalan cukup baik.
24
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn D umur 15 tahun ,didapatkan kesimpulan bahwa
dalam pengkajian telah dilakukan pengumpulan data meliputi data subyektif dan obyektif .
Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnose bahwa Nn D mengalami gangguan menstruasi
yaitu disminorhoe primer,intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada .
dengan demikian seorang bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada remaja
dengan gangguan reproduksi khususnya gangguan menstruasi sesuai dengan standar profesi
kebidanan dan kewenangan ,dan melakukan kolaborasi atau rujukan
B Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan asuhan kebidanan
pada remaja dan pra nikah, sesuai dengan standar profesi bidan dan dapat mengatasi
kesenjangan yang timbul antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan
pengaplikasian teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2.Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan asuhan yang menyeluruh
serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa
remaja.
3.Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif agar lebih aplikatif dalam pelaksanaannya. Selain itu, institusi juga dapat
menilai kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
mempraktekkan dan menerapkannya langsung kepada klien.
25
DAFTAR PUSTAKA
Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Latthe P, Champaneris R, Khan K. Dysmenorrhea. American Family Physician.
2012; 85(4):386-7.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar – dasar obsteri dan gynekologi / Derek
Llewellyn-Jones, Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. 2010. Buku Ajar
Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Marlinda, &Purwaningsih, P. 2013. Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan
dismenore pada remaja putri di Desa Sidoarjo Kecamatan Pati.vol. 1,no, 2,
hh.118-123.33
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
27
Ningsih R. Efektivitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja dengan
dismenore di SMAN kecamatan curup [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia;
2012.
Noor MS, Yasmina A, Hanggarawati CD. Perbandingan kejadian dismenore pada
akseptor pil kb dengan akseptor suntik kb 1 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pasayangan. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2010; 9(1):14-17.
Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Latthe P, Champaneris R, Khan K. Dysmenorrhea. American Family Physician.
2012; 85(4):386-7.
Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar – dasar obsteri dan gynekologi / Derek
Llewellyn-Jones, Edisi 6. Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., Manuaba, I. B. G. 2010. Buku Ajar
Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media.
Marlinda, &Purwaningsih, P. 2013. Pengaruh senam dismenore terhadap penurunan
dismenore pada remaja putri di Desa Sidoarjo Kecamatan Pati.vol. 1,no, 2,
hh.118-123.33
Maryam, S. 2016. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
27
Ningsih R. Efektivitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja
dengan dismenore di SMAN kecamatan curup [tesis]. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2012.
Noor MS, Yasmina A, Hanggarawati CD. Perbandingan kejadian
dismenore pada akseptor pil kb dengan akseptor suntik kb 1 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Pasayangan. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 2010; 9(1):14-17.