Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI WANITA

DOSEN PENGAMPU :

MARDIATUN, M. KEP

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ALUNA NURMALIA LUTHFA (P07120421001)


GHINA AULIA SYAFIATUN (P07120421013)
MELIA HARDIANTI PUTRI (P07120421028)
NUROL PUTRI HIFZI RIZKI (P07120421034)
ZULHAN JAUHARI (P07120421046)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat-Nya sehingga makalah mengenai “Asuhan keperawatan pada Gangguan
Sistem Reproduksi Wanita” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Mardiatun selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 25 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................iii
B. Rumusan masalah........................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................iv
D. Manfaat Penulisan........................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................1
1. Pengertian Menstruasi...................................................................................1
2. Pengertian Gangguan Menstruasi.................................................................1
3. Gangguan- gangguan pada Menstruasi.........................................................2
A. Amenorhea................................................................................................2
B. Oligomenore..............................................................................................7
C. Polimenorea.............................................................................................13
D. Hipermenorea/ Menoragia.......................................................................19
E. Disemenorea............................................................................................26
F. Pre Menstrual Syndrome (PMS).............................................................33
BAB III..................................................................................................................41
TINJAUAN KASUS..............................................................................................41
A. Kesimpulan.................................................................................................41
B. Saran............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai.


menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar
dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi
yang terjadi disaat saat awal memang cenderung tidak teratur setelah
pertama kali datang bulan berikutnya bisa saja menghilang, dan hal ini
merupakan kondisi yang normal. seiring bertambahnya usia menstruasi
akan datang secara teratur (Proverawati, 2009; h. 62).
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi. Gangguan reproduksi disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi,
misal kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki
kadar FSH dan LH tinggi (Manuaba (2008) dan Kasdu (2005).
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat di golongkan dalam:
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
1) Hipermenorea atau menoragia
2) Hipomenorea
b. Kelainan siklus:
1) Polimenorea
2) Oligomenorea
3) Amenorea
c. Perdarahan di luar haid: Metroragia
d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid:
1) Premenstrual tension ( ketegangan prahaid )
2) Mastodinia
3) Mittelschmerz ( rasa nyeri pada ovulasi )
4) Dismenorea (Sarwono, 2008)

iii
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat


disusun rumusan masalah makalah ini yaitu :
1. Apa itu menstruasi?
2. Apa itu gangguan menstruasi?
3. Apa saja gangguan-gangguan pada menstruasi?
4. Bagaiamana asuhan keperawatan pada gangguan menstruasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai menstruasi


2. Untuk mengetahui penjelasan gangguan menstruasi
3. Untuk mengetahui gangguan-gangguan pada menstruasi
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan
menstruasi

D. Manfaat Penulisan

Memperkaya ilmu keperawatan mengenai Gangguan pada Sistem


reproduksi wanita.

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang


disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut
sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun
dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45
– 55 tahun).
Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari. Menstruasi
atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal
ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.

2. Pengertian Gangguan Menstruasi

Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal


merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang
berobat ke dokter atau tempat pertolongan pertama( dr. Sarwono.2011).
Gangguan menstruasi adalah keadaan dimana terjadi hal abnormal
pada system reproduksi wanita yang menyebabkan beberapa keadaan
terjadi seperti pendarahan saat haid.
Menurut Proverawati pada kenyataanya tidak semua wanita memiliki
siklus menstruasi yang normal, yaitu siklus setiap wanita tidak memiliki
pola tertentu. Sedangkan berdasarkan penelitian Titik Sugiyanti bahwa
55,7% remaja mengalami siklus menstruasinya yang tidak teratur. Dan
hanya 44,3% remaja 54 yang siklus menstruasinya teratur. Hal tersebut
dapat dipngaruhi beberapa faktor yaitu faktor Hormon, Psikis/ Stress,
Aktivitas, Gizi, sampai dengan pola makan.

1
3. Gangguan- gangguan pada Menstruasi

Menurut World Health Organization (WHO) gangguan menstruasi


sering mempengaruhi kualitas hidup remaja dan wanita dewasa muda,
terutama remaja yang menderita dismenorea dan menstruasi berat.
Gangguan menstruasi sering memengaruhi kualitas hidup remaja dan
wanita dewasa muda dan bisa menjadi indikator masalah mendasar yang
serius. Gangguan menstruasi yang paling umum terjadi adalah frekuensi
menstruasi yang tidak teratur, sindrom pramenstruasi, durasi menstruasi
tidak teratur, dismenorea, polimenorea dan oligomenorea.
Gangguan menstruasi dan pembahasannya dapat dibagi menjadi
berikut:

E. Amenorhea

a. Pengertian Amenorrhea

Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3


bulan berturut-turut. Dibedakan pembagian antara amenorrhea
primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (wiknjosastro,2008).

Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara


abnormal yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan
berat badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa
dan tidak disertai problem psikologik (Kumala,2005)

b. Etiologi Amenorrhea
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah :
 Hymen imperforate: Selaput darah tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar.

2
 Menstruasi Anavulatori: Rangsangan hormone - hormone yang
tidak mencukupi untukmembentuk lapisan dinding rahim
sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik ,psikologis,
penambahan berat badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi ovarium : kelainan congenital,tumor 
 Endometrium tidak bereaksi
 Penyakit lain : penyakit metabolik , penyakit kronik , kelainan
gizi, kelainan hepar dan ginjal.
c. Manifestasi Klinis Amenorrhea
 Tanda dan gejala yang muncul diantaranya:
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormon estrogen dan progesterone menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah
 Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya:
 Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami
pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda - tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
 Jika penyebanya adalah kehamilan akan ditemukan
morning sickness dan pembesaran perut.
 Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang
cepat, Kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
 sindroma cushing menyebabkan wajah bulat ( moon
face ) perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
 Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:
 Sakit kepala

3
 Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang
tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
 Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan,
yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara.

d. Patofisologi Amenorrhea
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen
IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan
mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium
gonadal disgenesis . Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan
kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea
dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol
tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
(estrogen dan progesterone) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih
untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi
estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.
Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang
merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan

4
GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada keadaan
stress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.

e. Pemeriksaan Diagnostik
Pada Amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam
reproduksi (indung telur, rahum, perlekatan dalam Rahim) melalui
pemeriksaan :
 USG
 Histerosalpingografi
 Histeroskopi
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH.

f. Penatalaksanaan Amenorhea
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Dalam keperawatan dapat membantu klien untuk belajar
mengendalikan stress dan koping ataupun dapat meberikan motivasi
maupun edukasi.

g. Asuhan Keperawatan pada Pasien Amenorhea


 Pengkajian
Identitas pasien, keluarga, alamat, tanggal lahir
 Pemeriksaan Keperawatan
 Tanyakan haid terakhir
 Keluhan nyeri di perut
 Pemasangan KB
 Riwayat kehamilan

5
 Riwayat kontrasepsi
 Diagnose Keperawatan
 Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan
 Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
yang didapat tentang penyakitnya

 Intervensi Keperawatan
No DX Kep Tujuan Intervensi
1 Ansietas Ansietas dapat teratasi 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kritea hasil: 2. Pahami situasi yang mebuat
1. Khawatir menurun ansietas
2. Perilaku gelisah 3. Dengarkan pasien dengan
menurun penuh perhatian
3. Perilaku tegang 4. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
4. Tekanan darah 5. Anjurkan keluarga tetap
menurun bersama pasien
6. Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
2 Deficit Deficit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
pengetahuan dapat teratasi dengan menerima informasi
baik, kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media
1. Pemahaman pasien yang menarik
tentang penyakit 3. Menggunakan bahasa yang
meningkat mudah dipahami
2. Pemahaman 4. Berikan kesempatan bertanya
tentang
pengobatan
meningkat

6
 Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.

 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

F. Oligomenore

a. Pengertian Oligomenore
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami
menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika
berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3
bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.

b. Etiologi Oligomenore

Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat


juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan
hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti
kehilangan berat badan berlebih. Oligomenore dapat juga terjadi pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini
dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita
normal.

7
Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi
buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan
hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap
dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan
stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila
siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh
psikis atau pengaruh penyakit.

Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada :

 Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium


(PCOS)
 Stress dan depresi
 Sakit kronik  Pasien dengan gangguan makan (seperti
anorexia nervosa, bulimia)
 Penurunan berat badan berlebihan
 Olahraga berlebihan, misal atlit
 Adanya tumor yang melepaskan estrogen
 Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah menstruasi
 Penggunaan obat-obatan tertentu, dsb.

c. Manifestasi Klinis Oligomenore


 Gejala oligomenore di antaranya adalah:
 Jarak antara haid lebih dari 35 hari 
 Mengalami haid kurang dari 9 kali dalam setahun
 Siklus menstruasi yang tidak teratur
 Perdarahan yang lebih sedikit pada saat haid daripada
biasanya

8
Oligomenore yang dialami oleh wanita yang terbiasa menjalani
olahraga berat atau berprofesi sebagai atlet mungkin juga
memiliki gejala tambahan lainnya, berupa:
 Fraktur stres (tulang retak) terutama pada tulang pinggul,
tulang belakang, atau kaki bagian bawah
 Pola makan yang tidak normal
 Irama jantung abnormal
 Tekanan darah rendah.
d. Patofisiologi Oligomenore
Oligominorea biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus – hipofisis ovarium. Gangguan
hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal
menjadi memanjang. Sehingga menstruasi menjadi lebih jarang
terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3 – 5 tahun pertama setelah
haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya
menoupose. Oligomenorea yang terjadi pada masa –masa ini
merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya
koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada
awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya
menoupose, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormone
dalam tubuh.
e. Pemeriksaan Diagnostik Oligomenorea
Pemeriksaan penunjang berupa:
 Pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada tanda
perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi atau
peradangan, dan lain-lain.
 Pemeriksaan darah untuk mendeteksi kadar hormon dalam
tubuh, dan fungsi tiroid.
 Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar FSH (follicle-
stimulating hormone). Jika kadarnya tinggi, ada
kemungkinan pasien menderita gangguan pada ovariumnya.

9
 Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar TSH (thyroid-
stimulating hormone). Jika kadarnya rendah, kemungkinan
pasien menderita hipertiroidisme.
 Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon prolaktin. Jika
kadarnya tnggi, kemungkinan pasien menderita prolaktinoma.
 Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar LH (luteinizing
hormone). Rasio perbandingan kadar FSH/LH berguna untuk
mendiagnosa penyakit PCOS (polyclystic ovarian syndrome).
 Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar 17 -OH. Kadar ini
berguna untuk mendiagnosa apakah pasien menderita
hiperplasia adrenal kongenital.Tes supresi deksametason.
 Tes ini dilakukan untuk mendiagnosa apakah pasien
menderita sindrom Cushing.
 Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tanda kehamilan, infeksi,
atau penyakit menular seksual.
 Pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi tanda kanker mulut
rahim dan biopsi untuk mendeteksi kanker jenis lain dari
sistem reproduksi.
Selain itu, dokter juga mungkin menganjurkan pemeriksaan USG
perut dan panggul serta pemeriksaan CT-scan atau MRI.
f. Penatalaksanaan Oligomenorea
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut
uraiannya :
 Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan
wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
 Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi
dapat memperbaiki keadaan oligomenore.
 Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk
memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini
disesuaikan dengan hormon apa yang lebih dibutuhkan.
Contoh : Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang
terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB

10
Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : Lynoral,
Premarin, Progynova, dll.
Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu
rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB
Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : postinor.

 Pada oligomenore yang disebabkan keduanya memiliki


ketidakseimbangan hormonal yang sama untuk jumlah
estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat
dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang mengandung
estrogen dan progesteron dengan jumlah seimbang seperti :
Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon,
Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette, dll.

Dalam penatalaksaan keperawatan, perawat dapat membantu


klien dalam mengatasi nyeri yang dialami dengan
mengakajarkan teknik non-farmakologis.
g. Asuhan Keperawatan pada Pasien Oligomenore
 Pengkajian
 Data dasar: Pengumpulan data pada pasien dan keluarga
dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan
melalui pemeriksaan penunjang.
 Data pasien: Identitas pasien, usia, status perkawinan,
pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan
pendidikan terakhir.
 Keluhan utama: pasien biasanya datang dengan keluhan
periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, haid
yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.

11
 Diagnose Keperawatan
 Deficit pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
saat menstruasi.
 Intervensi Keperawatan

No DX Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut nyeri akut dapat 1.identifikasi
menurun dengan local,karakteristik,durasi,
kritea hasil: frekuensi, kualitas dan intensitas
1.keluhan nyeri nyeri
menurun 2.identifikasi skala nyeri
2. meringis menurun 3.berikan teknik non
3.kesulitan tidur farmakologis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
4. gelisah menurun 4.ajrakan teknik non
5.frekuensi nadi farmakologis
menurun 5.kolaborasi pemberian analgetic
2 Deficit Deficit pengetahuan 5. Identifikasi kesiapan
pengetahuan dapat teratasi dengan menerima informasi
baik, kriteria hasil: 6. Sediakan materi dan media
3. Pemahaman pasien yang menarik
tentang penyakit 7. Menggunakan bahasa yang
meningkat mudah dipahami
4. Pemahaman 8. Berikan kesempatan bertanya
tentang
pengobatan
meningkat

12
 Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

G. Polimenorea

a. Pengertian Polimenorea

Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang


menyebabkan wanita berkali-kali mengalami menstruasi dalam
sebulan, bisa dua atau tiga kali atau bahkan lebih. Normalnya, siklus
menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari dengan durasi sekitar 2-8
hari. Wanita yang mengalami polimenorea memiliki siklus
menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari dengan pola yang teratur
dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari
biasanya (Sinaga dkk 2017).

b. Etiologi Polimenorea

Menurut Saryono dan Sejati penyebab polimenorea adalah gangguan


hormonal, mengakibatkan gangguan ovulasi (pendeknya masa luteal),
kongesti ovarium karena peradangan dan endometriosis (Saryono dan
Sejati 2009 dalam Murti 2016).

Menurut Kusmiran (2012) factor risiko dari variabilitas siklus


menstruasi sebagai berikut:

 Berat badan, penurunan berat yang akut dan sedang


menyebabkan gangguan fungsi ovarium.
 Aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat
dapat membatasi fungsi menstruasi.

13
 Stress
 Diet
 Paparan lingkungan dan kondisi kerja
 Gangguan endokrinGangguan perdarahan
c. Manifestasi Klinis Polimenorea

Tanda-tanda gangguan siklus menstruasi adalah kejang pada


punggung dan otot terasa kencang, payudara yang lebih berat, sakit
kepala, jerawat bermunculan, waktu tidur yang tidak normal,
gangguan pada mood, bengkak- bengkak pada tubuh dan perdarahan
lebih sakit dari biasanya oligomenore (Ahira 2010 dalam Murti
2016).

Menurut Sinaga (2017) polimenorea terjadi dengan adanya gejala


seperti:

 Siklus menstruasi kurang dari 21 hari


 Menstruasi terjadi 2 atau 3 kali dalam sebulan
 Jumlah perdarahan relative sama atau lebih banyak dari
biasanya
 Anemia
 Stress
d. Patofisiologi Polimenorea

Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon


dalam tubuh. Gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya
seperti stres, kelelahan, gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi,
Siklus haid yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibat faktor
hormonal. Seorang wanita yang memiliki hormon estrogen dan
progesterone secara berlebihan memungkinkan terjadinya haid dalam
waktu yang lebih cepat.

Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem


hormonal pada aksis hipotalamus yang dapat mengakibatkan

14
gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur). Remaja dengan
polimenorea berarti ada gangguan struktur anatomi organ karena ada
endometrium atau hormon yang tidak baik sehingga sulit hamil.
Gangguan ketidakseimbangan hormon dapat terjadi pada saat stres
dan depresi. Bila hal tersebut menjadi beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani, dapat membuat kemampuan tubuh
atau fungsi tubuh kurang terkontrol secara sehat. Gaya hidup
termasuk pola makan yang mempengaruhi metabolisme progesterone
dan estrogen (Kusmiran 2012).

e. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan hormon, hormone yang diperiksa adalah
hormone yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
folikel serta hormone yang folikel keluarkan (prolactin, TSH,
FSH, LH).
 USG, untuk mengetahui keadaan endometrium dan kelainan
ginekologi.
 Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kelainan darah yang
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan terjadinya
polimenorea.
f. Penatalaksaan Polimenorea

Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat


disembuhkan. Polimenorea yang berlangsung terus-menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang
keluar terus-menerus. Hal ini memicu terjadinya anemia.

Selain itu, kondisi polimenorea dapat memicu terjadinya gangguan


kesuburan, karena adanya gangguan proses ovulasi.

Tujuan terapi polimenorea adalah untuk mengontrol perdarahan serta


mencegah terjadinya perdarahan berulang yang dapat menyebabkan
komplikasi, seperti anemia dan gangguan kesuburan.

15
Terapi yang diberikan tergantung pada usia, resiko kesehatan, dan
pilihan kontrasepsi. Pada umumnya, terapi farmakologi kondisi
polimenorea meliputi terapi hormonal, seperti hormon estrogen dan
hormonal kombinasi (estrogen dan progesteron), serta tablet
penambah darah untuk mengoreksi kondisi anemia.

Pemberian obat NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs),


seperti ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat, menunjukkan
penurunan kejadian perdarahan. Pemberian obat NSAIDs akan
menurunkan level prostaglandin yang tinggi pada pasien dengan
kondisi perdarahan yang lebih intens.

Penatalaksaan keperawatan, perawat dapat membantu klien dalam


mengajarkan teknik non- farmakologis dalam menangani nyerinya,
membantu klien dalam pergerakan apabila kesusahan dan menenangi
klien apabila sewaktu-waktu dirinya mengalami panik.

g. Asuhan Keperawatan pada Pasien Polimenorea


 Pengkajian
 Identitas klien
 Umur : Rata rata terjadi pada usia 16-42 tahun
 Riwayat kesehatan
 Keluhan utama: Nyeri Saat Haid
 Riwayat penyakit sekarang
 Siklus menstruasi tak teratur (siklus haid lebih pendek dari
biasa ( kurang dari 21 hari).
 Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid
biasa
 Nyeri
 Tegang pada payudara
 Cepat emosi dan pusing
 Riwayat penyakit dahulu

16
 Pasien-pasien dengan poliminorhea mungkin menceritakan
riwayat
 Nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid.
 Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
 B1 (Breathing)
 Pernapasan tidak teratur
 Frekuensi mengalami peningkatan
 B2 (Blood)
 Denyut jantung mengalami peningkatan.
 Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)

 B3 (Brain)
 Penurunan Konsentrasi
 Pusing
 Konjungtiva Anemia
 B4 (Bladder)
 Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
 B4 (Bowel)
 Nyeri pada adomen Nafsu makan Menurun
 B6 (Bone)
 Badan mudah capek
 Nyeri pada punggung
 Diagnose Keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
selama masa menstruasi.
 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
pendarahan selama menstruasi.
 Ansietas berhubungan dengan keadaan krisis yang pertama
kali dihadapi.

17
 Intervensi Keperawatan

No DX Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut nyeri akut dapat 1.identifikasi
menurun dengan local,karakteristik,durasi,
kritea hasil: frekuensi, kualitas dan intensitas
1.keluhan nyeri nyeri
menurun 2.identifikasi skala nyeri
2. meringis menurun 3.berikan teknik non
3.kesulitan tidur farmakologis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
4. gelisah menurun 4.ajrakan teknik non
5.frekuensi nadi farmakologis
menurun 5.kolaborasi pemberian analgetic
2 Resiko Cairan dapat 1. Monitor status hidrasi ( mis.
ketidakseimbanga membaik dengan Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
n cairan kritea hasil : dan tekanan darah)
1. Asupan cairan 2. Monitor berat badan harian
meningkat 3. Monitor hasil pemeriksaan
2. Dehidrasi menurun laboratorium(mis. Hematocrit,
3. Tekanan darah Na, K, Cl)
menurun 4. Catat intake-output dan hitung
balance cairan 24 jam
5. Berikan asupan cairan
6. Berikan cairan intravena
3 Ansietas Ansietas dapat teratasi 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kritea hasil: Pahami situasi yang mebuat
1. Khawatir ansietas

18
menurun 2. Dengarkan pasien dengan
2. Perilaku gelisah penuh perhatian
menurun 3. Temani pasien untuk
3. Perilaku tegang mengurangi kecemasan
menurun 4. Anjurkan keluarga tetap
4. Tekanan darah bersama pasien
menurun 5. Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi

 Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.

 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

H. Hipermenorea/ Menoragia

a. Pengertian Hipermenorea
Gangguan haid yang menerangkan bahwa darah haid yang keluar
terlalu banyak dan menerangkan darah haid yang keluar lebih lama
disebut hipermenorea atau menoragia(Baziad, 2008).
Hipermenorea sendiri didefinisikan sebagai suatu kondisi apabila
durasi periode atau lamanya mentruasi > 7 hari dan kehilangan darah
> 80 mL (menggunakan ≥ 5 pembalut). Meski tidak menyebabkan
tinggi nya motalitas, kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya
kualitas hidup seorang remaja baik dari segi fisik, mental, sosial,
maupun material. Banyaknya pengeluaran darah yang terjadi dapat
menyebabkan tingginya kemungkinan anemia pada remaja. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hypermenorrhea,

19
kemungkinan hipermenorea dapat disebabkan karena adanya mioma
uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan
dinding rahim) (Karout et al., 2012)

b. Etiologi Hipermenorea
Hipermenorea menurut Dewi (2012) ,dikelompokan menjadi tiga
kategori:
 Gangguan Pembekuan
Peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung
secara simultan diseluruh endometrium serta jaringan
endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone
normal yang bersifat stabil. Estrogen breaktrough bloading
menyebabkan lapisan endometrium menjadi semakin menebal
namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya struktur
endometrium karena tidak sebandingnya jumlahprogesterone
yang ada di banding jumlah progesterone.
 Gangguan dalam Organ Pelvis
hipermenorea biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus,
adeommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial. Wanita dengan
perdarahan haid melebihi 200 cc, 50% mengalami fibroid.
Sedangkan 40% pasien dengan adenomiosis mengalami
perdarahan haid melebihi 800 cc.
 Gangguan medis lainnya
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan hipermenorea
diantaranya hipotiroid dan sindrom cushing, patofisiologi
terjadinya belum diketahui dengan pasti. Dapat juga terjadi pada
hipertensi, deompensasi kordis dan infeksi dimana dapat
menurunkan kualitas pembuluh darah. Hipermenorea dapat
terjadi pada orang asthenia dan yang baru sembuh dari penyakit
berat karena menyebabkan kualitas myometrium yang tidak baik.

Menurut (Manuaba, 2009) Penyebab terjadinya menoragia


(hipermenorea) kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran

20
rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium
(penebalan dinding rahim).

c. Manisfestasi Klinis Hipermenorea


 Masa menstruasi lebih dari 8 hari
 Terdapat gumpalan darah dan perdarahan pervaginam lebih
dari 80 ml/hari
 Mengganti pembalut lebih dari 6 kali perhari
 Perdarahan yang banyak hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari 5. Siklus menstruasinya tetap/teratur
 Aliran menstruasi yang lebih dari 80 cc dalam beberapa jam
Tekanan darah akan lebih tinggi (Proverati, dkk, 2009)

d. Patofisiologi Hipemenorea
Penyebab paling umum dari perdarahan menstruasi yang berlebihan
adalah:
 Kelainan hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium.
Kelainan hormonal tidak terjadi ovulasi atau jarang terjadi. Selama
siklus anovulatoir, korpus luteum tidak membentuk, dan dengan
demikian sekresi siklus normal progesteron tidak terjadi. Tanpa
progesteron, estrogen menyebabkan endometrium untuk terus
berkembang biak, akhirnya tumbuh melampaui suplai darah.
Endometrium menjadi tebal dan mengandung sangat banyak
pembuluh darah. Sehingga menyebabkan perdarahan yang tidak
teratur dan kadang deras dan lama (Barad (2012) dan Zacur
(2012)).
Anovulasi terjadi ketika ovarium tidak memproduksi dan
melepaskan telur (ovulasi) sekali per bulan. Hal ini menyebabkan
periode menstruasi tidak teratur atau tidak ada. Anovulasi umum
terjadi pada remaja dan pada wanita yang mendekati menopause.

21
Pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering
tidak ovulasi secara teratur (Zacur, 2012).
 Gangguan ginekologi, pertumbuhan abnormal pada rahim,
seperti polip atau fibroid.
Gangguan ginekologi merupakan pertumbuhan uterus yang bersifat
kanker pada rahim dapat menyebabkan perdarahan menstruasi
berat antara lain:
 Polip yang kecil, seperti anggur pertumbuhan pada lapisan
rahim.
 Fibroid, pertumbuhan dari rahim (miom).
 Hiperplasia endometrium lapisan endometrium yang berlebihan
yang dapat menjadi pelopor untuk kanker rahim (Zacur, 2012).
 Gangguan perdarahan. (Barad, 2012).
Gangguan perdarahan biasanya karena adanya gangguan
pembekuan darah, antara lain:
 Penyakit Von Willebrand Penyakit Von Willebrand paling sering
disebabkan oleh mutasi genetik yang baik merusak kemampuan
untuk membuat faktor von Willebrand atau menyebabkan
produksi cacat bentuk protein (Rick, 2011).
 Memiliki jumlah trombosit yang rendah Trombosit berpengaruh
pada pembekuan darah, darah akan menjadi encer jika trombosit
rendah. (Zacur, 2012).

e. Pemeriksaan Diagnostik Hipermenorea


Uji laboratorium harus mencakup hemoglobin dan hematokrit untuk
menentukan apakah perdarahan yang terjadi pada wanita mengarah
ke keadaan anemia atau gejala penyakit lainnya (Varney, 2007).

f. Penatalaksanaan Hipermenorea
Menurut (Varney, 2007), dengan pendekatan farmakologis yaitu:
 Berikan progestin agonis gonadtropin-releasing hormone
(GnRH), obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dan danasol.

22
 Pemberian terapi
 Norethindrone 5 mg per oral 2 x sehari selama 10 hari.
 Mendroksiprogesteron asetat 10 mg per oral 1 x sehari selama 10
hari
 Bagi individu yang mengalami kesulitan dengan jadwal pil
harian depot medrosiprogesteron asetat (DMPA) 10 mg IM
untuk mengurangi aliran menstruasi

g. Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipermenorea


 Pengkajian
 Identitas Klien
Meliputui nama,umur, jenis kelamin, MR, pekerjaan.
 Riwayat Kesehatan
 Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat
menganggu siklus menstruasi  
 Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas
seksual tivitas seksual
 Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
 Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya
teratur atau tidak, banyak atau sedikit.
 Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
 Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan
hipermenorea.
 Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah
waktu menstruasi.  
 Nyeri : lokasi( di punggung  Nyeri : lokasi( di punggung,
simpisis, paha, abdom , simpisis, paha, abdomen,dll),
intensitas, kualita en,dll), intensitas, kualitas, pola,gejala s,
pola,gejala  penyerta, serta koping terhadap nyeri.
 Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan
diri, merasa tidak adakekuatan, merasa tidak berguna.
 Diagnose Keperawatan

23
 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
selama masa menstruasi.
 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
pendarahan selama menstruasi.
 Ansietas berhubungan dengan keadaan krisis yang pertama
kali dihadapi.
 Deficit pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat.
 Intervensi Keperawatan

No DX Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut nyeri akut dapat 1.identifikasi
menurun dengan kritea local,karakteristik,durasi,
hasil: frekuensi, kualitas dan intensitas
1.keluhan nyeri nyeri
menurun 2.identifikasi skala nyeri
2. meringis menurun 3.berikan teknik non
3.kesulitan tidur farmakologis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
4. gelisah menurun 4.ajrakan teknik non
5.frekuensi nadi farmakologis
menurun 5.kolaborasi pemberian
analgetic
2 Resiko Cairan dapat membaik 1. Monitor status hidrasi ( mis.
ketidakseimbangan dengan kritea hasil : Frekuensi nadi, kekuatan
cairan 1. Asupan cairan nadi, dan tekanan darah)
meningkat 2. Monitor berat badan harian
2. Dehidrasi menurun 3. Monitor hasil pemeriksaan
3. Tekanan darah laboratorium(mis.
menurun Hematocrit, Na, K, Cl)
4. Catat intake-output dan

24
hitung balance cairan 24 jam
5. Berikan asupan cairan
6. Berikan cairan intravena
3 Ansietas Ansietas dapat teratasi 6. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kritea hasil: Pahami situasi yang mebuat
5. Khawatir menurun ansietas
6. Perilaku gelisah 7. Dengarkan pasien dengan
menurun penuh perhatian
7. Perilaku tegang 8. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
8. Tekanan darah 9. Anjurkan keluarga tetap
menurun bersama pasien
10.Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
4 Deficit Deficit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
pengetahuan dapat teratasi dengan menerima informasi
baik, kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan
1. Pemahaman pasien media yang menarik
tentang penyakit 3. Menggunakan
meningkat bahasa yang
2. Pemahaman tentang mudah dipahami
pengobatan 4. Berikan
meningkat kesempatan
bertanya

 Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.

25
 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

I. Disemenorea

a. Pengertian Dismenorea

Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang


otot uterus (Mitayani, 2011).

Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang


paling sering menyebabkan wanita – wanita muda pergi ke dokter
untuk konsultasi dan pengobatan (Prawihardjo, 2007).

Dismenorea dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu dismenorea primer


dan sekunder.

b. Etiologi Dismenorea
 Dismenorea primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot
rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan
lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan
merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri
yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan
selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun
akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin (Sinaga, 2017).
 Dismenorea sekunder

26
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder
dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
Dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yang diperoleh, acquired
disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika,
endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servis uteri dan lain-lain).
c. Manifestasi Klinis Dismenorea
 Nyeri perut bagian bawah hingga punggung bagian bawah
dan tungkai
 Nyeri seperti kran dan hilang timbul
 Sakit kepala
 Mual
 Sembelit atau diare
 Sering berkemih
 Terkadang muntah (Nugroho,2014)

d. Patofisiologi Dismenorea

Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi.

Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan

frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol

uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen

bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap

prostaglandin meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran

keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan

diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing, sinkop,

nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004).

27
Rasa nyeri pada dismenorea kemungkinan terjadi karena

peningkatan sekresi protaglandin dalam darah haid, yang

meningkatkan intensitas kontraksi uterus yang normal.

Prostaglandin menguatkan kontraksi otot polos miometrium dan

konstriksi pembuluh darah uterus sehingga keadaan hipoksia

uterus yang secara normal menyertai haid akan bertambah berat.

Kombinasi kontraksi uterus dan hipoksia ini menimbulkan rasa

nyeri yang intensif pada dismenorea. Prostaglandin dan

metabolitinya juga dapat menyebabkan gangguan GI, sakit

kepala, serta sinkop.

e. Pemeriksaan Diagnostik Dismenorea


Pemeriksaan penunjang menurut (Mityani, 2010) yang
dapat dilakukan pada klien dismenore adalah:
 Tes laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap: normal
 Urinalisis: normal
 Tes diagnostik tambahan
 Laparoskopi: penyikapan atas adanya endomeriosi atau
kelainan pelvis yang lain.

f. Penatalaksanaan Dismenorea
Penanganan menurut Prawihardjo (2007 ):
 Penerangan dan nasihat
 Pemberian obat analgesic
 Terapi hormonal
 Terapi dengan obat nonsteroid antiprotaglandin
 Dilatasi kanalis servikalis.
Penatalaksanaan dismenorea menurut Khusen (2016):

28
 Minum hangat
 Biji-bijian utuh
 Kalsium dan vitamin D
 Perubahan pola makan
 Kompres perut
 Berbaring
 Pijat lembut
 Olahraga ringan
 Kosultasikan ke dokter

g. Asuhan Keperawatan Dismenorea


 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan
dengan mengadakan wawancara mengenai aspek-aspek
umum seperti:
 Riwayat Penyakit

 Riwayat penyakit dahulu

pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan


riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus
menstruasi. Dismenore primer biasanya mulai sesaat setelah
menarche. Kadang-kadang pasien mengemukakan riwayat
kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.

 Riwayat Penyakit Sekarang

 Riwayat Penyakit Keluarga

 Nutrisi

 Pola Latihan

 Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya

 Konsep diri (body image)

29
 Skala nyeri 4-6

 Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6

 B1 (Breath) : Pernapasan tidak teratur


 B2 (Blood) : Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg), Akral Basah
dan dingin
 B3 (Brain) : Penurunan Konsentrasi, Pusing, Konjungtiva Anemia
 B4 (Bladder) : Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
 B5 (Bowel): Nyeri pada adomen, Nafsu makan Menurun
 B6 (Bone): Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.
 Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya


rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang
terlokalisir. Bising usus normal
 Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan
pelvis adalah normal.
 Analisa Data
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS: Menstruasi Nyeri akut
Penyebab timbulnya ↓
nyeri: disminore. Regresi korpus luteum
Nyeri dirasakan ↓
meningkat saat aktivitas progesteron↓
Lokasi nyeri abdomen ↓
Skala nyeri 4-6 Miometrium terangsang
Nyeri sering dan terus – ↓
menerus Kontraksi&disritmia uterus↑

DO: Aliran darah ke uterus↓
Wajah tampak menahan ↓
nyeri Iskemia

Nyeri menstruasi

30
2 DS: Menstruasi Intoleran
Pasien menyatakan mudah ↓ aktivitas
lelah Pendarahan

DO: Anemia
Nadi lemah (TD 90/60 ↓
mmHg) Kelemahan
Px. terlihat pucat ↓
Sclera/ konjungtiva anemi Intoleran aktivitas

3 DS: Menstruasi Ansietas


Px. menyatakan merasa ↓
gelisah Nyeri menstruasi

DO: Kurang pengetahuan
Pucat ↓
Memperlihatkan kurang Ansietas
inisiatif

 Diagnose Keperawatan

 Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi


 Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
 Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

 Intervensi Keperawatan
 Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan: Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
1) Skala nyeri 0-1
2) Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan meningkatkan
rangsangan penuh stress kemampuan koping
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas farmakologi tambahan
berirama lambat, nafas dalam, bimbingan 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku
imajinasi untuk menghilangkan nyeri dapat
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping membantu mengatasinya lebih efektif
px 5. Mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
5. Kompres hangat aliran darah

31
 Intoleran aktivitas b.d
kelemahan akibat nyeri
abdomen
Tujuan: Pasien dapat
beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
1) Pasien dapat mengidentifikasi faktor–faktor yang
memperberat dan memperingan intoleran aktivitas
2) Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan
sebelum makan 2. Tirah baring lama dapat menurunkan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap kemampuan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

 Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen


Tujuan: Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
1) Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
2) Pasien menunjukkan relaksasi
3) Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stress

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam 1. Keterlibatan akan membantu pasien
rencana perawatan merasa stres berkurang,memungkinkan
2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat energi untuk ditujukan pada
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ penyembuhan
memerlukan perilaku koping yang 2. Memindahkan pasien dari stress luar
digunakan pada masa lalu meningkatkan relaksasi; membantu
4. Bantu pasien belajar mekanisme koping menurunkan ansietas
baru, misalnya teknik mengatasi stres 3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
pada penerimaan masalah stress saat ini,
meningkatkan rasa control diri pasien
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas

32
 Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.

 Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.

J. Pre Menstrual Syndrome (PMS)

a. Pengertian PMS

Premenstruasi sindrom (premenstrual sindrome atau premenstrual


tension-) adalah gabungan dari gejala fisik dan atau fisiologis yang
biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum
haid dan menghilang setelah haid datang (Mitayani, 2009).
Premenstrual syndrome adalah sindrom yang terjadi pada
perempuan 2-14 hari sebelum menstruasi. Premenstrual syndrome
adalah salah satu gangguan umum yang terjadi pada wanita (Rizka,
dkk., 2016)
Prementual syndrome (sindrom pramenstruasi) adalah gejala-
gejala tidak nyaman yang umumnya didalami oleh wanita pada hari-
hari menjelang menstruasi.

b. Etiologi PMS
Etiologi pre-menstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi
mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah
ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat
retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-
kadang edema (Wiknjosastro, 2008).
Adapun penyebab dari sindrom pramenstruasi menurut Sejati

33
(2009) adalah sebagai berikut:
Faktor Genetik
Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang
sangat penting, yaitu insidensi sindrom
pramenstruasi dua kali lebih tinggi pada kembar
satu telur (monozigot) di banding kembar dua telur.
 Faktor Psikologis
Faktor psikis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya
terhadap kejadian PMS. Gejala-gejala sindrom
pramenstruasi akan semakin menghebat jika
didalam diri seorang wanita terus menerus
mengalami tekanan.
 Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap
pengaturan pola makan memegang peranan yang
tak kalah penting. Makan tertalu banyak atau tertalu
sedikit, sangat berperan terhadap gejala- gejala
sindrom pramenstruasi.

c. Manifestasi Klinis PMS

Adapun gejala dari sindrom pramenstruasi sering ditemui


adalah menurut Mitayani (2009) sebagai berikut:
 Gejala fisik
 Perut kembung
 Nyeri payudara
 Nyeri panggul
 Kram di rahim
 Nyeri dibagian tengah perut
 Nyeri kepala
 Konstipasi atau diare
 Edema perifer
 Berat badan bertambah

 Gejala Emosional dan Mental


 Kecemasan
 Letih, lelah

34
 Depresi dan mudah panik
 Insomnia
 Mudah tersinggung
d. Patofisiologis PMS
 Ketidakseimbangan esterogen – progesterone yang terjadi
selama fase luteal
Bila terjadi kecemasan maka tubuh akan bereaksi secara
otomatis berupa perangsangan hormon dan
neurotransmitter. Terjadi peningkatan secara cepat sekresi
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yang akan
merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan
kortisol. Keadaan ini dianggap sebagai akibat dari
naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam
region amigdala dan hipokampus yang kemudian
menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial hipotalamus.
Kortisol ini akan menginhibisi pelepasan LH (Luteinizing
hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) oleh
kelenjar pituitari, hormon estrogen dan progesterone oleh
ovarium, dan menginduksi resistensi hormon estrogen di
organ target. Hal ini yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormon estrogen progesteron selama
fase luteal (Bahrun, 2012).

 Interaksi antara esterogen, progesteron dan aldosteron


Banyak kondisi atau faktor yang berperan dalam terjadinya PMS
pada remaja. Rendahnya kadar progesteron diduga menjadi
penyebab utama terjadinya PMS. Faktor yang terkait dengan
PMS adalah kenaikan perbandingan estrogen terhadap
progesteron, tepat sebelum fase menstruasi terjadi. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa peningkatan rasio ini terkait dengan
penurunan kadar endofin otak. Kadar endorfin otak diketahui
berpengaruh meningkatkan perasaan senang. Pertambahan kadar
estrogen juga berdampak pada pemekatan konsentrasi aldosteron,
hormon yang dapat meretensi air dan natrium. Perubahan ini

35
menyebabkan perubahan endomorfin, prolaktin, dan aldosteron
yang dapat memperburuk gejala fisik dan psikis PMS. Menurut
penelitian lain defisiensi kalsium, magnesium, mangan, vitamin
B dan E, dan asam linolenik, serta metabolitnya berkaitan
dengan PMS. Pola hidup yang tidak sehat terutama faktor nutrisi
juga berperan menjadi penyebab PMS. Pola nutrisi yang tidak
seimbang berupa diet tinggi garam dan gula, rendah vitamin
(terutama vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C) dan mineral
(magnesium, zat besi, zink, mangan) serta makanan dengan
sedikit kandungan serat dapat menimbulkan PMS. Kurang
berolahraga dan kurang aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS (Rusfiana & Rodiana, 2016).
 Penurunan kadar monoamine oksidase pada otak
Penurunan kadar monoamine oksidase pada otak dihubungkan
dengan perubahan mood. Perubahan - perubahan kimia di otak,
bahan kimia tertentu di otak dapat juga memainkan peran dalam
PMS. Ini termasuk kimia rasul otak yang disebut serotonin. Kimia
ini berfluktuasi selama siklus menstruasi. Kimia ini mengatur
suasana hati, dan orang-orang dengan gangguan serotonin dapat
mengembangkan gangguan suasana hati dan depresi yang terkait
dengan PMS. Serotonin rendah juga mengarah pada kelelahan,
mengidam makanan dan kesulitan tidur (Mandal, 2012).

e. Penatalaksanaan PMS

Terapi yang diberikan setelah diagnosis ditetapkan dengan


tepat. Terapi dibedakan menjadi 2 yaitu terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi.
 Terapi farmakologi
Beberapa terapi menurut Sejati (2009) sebagai
berikut: Untuk mengatasi sindrom pramenstruasi
biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika
untuk mengatasi retensi cairan dan edema pada kaki
dan tangan.

36
Ada juga pemberian hormon progesteron dosis
kecil dapat diberikan selama 8-10 sebelum
menstruasi untuk mengimbangi kelebihan relatif
esterogen. Pemberian hormon testosteron sampai
dalam bentuk methiltesteron sebagai tablet hisap
dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan
esterogen.

Yang perlu diperhatikan adalah hati-hati dalam


memonitor gejala individu, karena siklus menstruasi
dan gejala sindrom pramenstruasi bervariasi maka
penyebabnya harus dikenali terlebih dahulu sebelum
mengambil satu tindakan pengobatan. Terapi obat
yang biasa digunakan antara lain:
 Obat anti peradangan non-steroid atau
nonsteroidal Anti- inflamasi (NSAIDS)
NSAIDS seperti ibuprofen atau sodium
naproksen dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit kepala, kegelisahan, nyeri karena
kram rahim, dismenore. Penggunaan obat ini
seperti asam mefenamat (ponstel) dan sodium
naproksen (anaprox dan aleve), berdasar pada
teori bahwa gejala-gejala sindrom
Pramenstruasi berhubungan dengan
prostaglandin.
Perlu diperhatikan penggunaan dalam waktu
yang lama dari NSAIDS dapat menyebabkan
pendarahan perut atau borok- borok.
Penggunaan NSAIDS dan diuretika pada waktu
bersamaan dapat menyebabkan permasalahan
ginjal. Semua pengguna NSAIDS harus
memperhatikan gangguan dasar yang
berkenan dengan ginjal atau alergi

37
gastrointestinal pada wanita sindrom
pramenstruasi.
 Asam mefenamat
Dosis asam mefenamat digunakan adalah 500
mg, diberikan 3X sehari. Berdasarkan
penelitian dapat mengurangi gejala sindrom
pramenstruasi seperti dismenore dan menoragia
(menstruasi dalam jumlah banyak) namun
tidak semua. Tidak dianjurkan bagi wanita
yang sensitif dengan aspirin atau memiliki
risiko ilkus peptikum.
 Obat penenang
Alprazolam atau trizolam dapat digunakan pada
wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan
berlebihan, maupun kesulitan tidur.
 Obat antidepresi
Obat ini hanya diberikan pada mereka yang
mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang
parah. Anti depressants, terutama SSRIs
(selective serotonin reuptake inhibitir) atau
penghambat-penghambat pengambilan kembali
serotonin selektif, dapat sangat membantu
mengurangi gejala suasana hati pada sindrom
pramenstruasi.

SSRIs efektif didalam mengurangi gejala-gejala


tingkah laku dan gejala fisik dengan
kemanjuran yang serupa untuk terapi awal
maupun terapi lanjutan. Efek samping umum
dari SSRIs antara lain: kesulitan untuk tidur,
mengantuk, kelelahan, kebosanan, keadaan
gugup, sakit kepala, gemetar lembut dan
difungsi seksual.

38
 Diuretika
Obat ini dapat meningkatkan kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sodium dan air didalam
urine sehingga jumlah cairan dalam sel-sel
jaringan tubuh berkurang. Obat diuretika seperti
spinororolactone digunakan untuk mengurangi
penahanan cairan dan perut kembung,
sebaiknya penderita mengurangi asupan garam.

Spironolactone merupakan satu antagonis


aldosteron yang serupa dengan hormon-hormon
steroid adalah satu-satunya obat diuretik yang
sangat efektif membebaskan gejala-gejala
sindrom pramenstruasi. Diuretik lain seperti
Thiazide, belum ditemukan memiliki sifat
menguntungkan dalam perawatan pada wanita-
wanita dengan sindrom pramenstruasi.

 Terapi non farmakologi


Ada beberapa jenis terapi non farmakologi
menurut Misaroh (2009) sebagai berikut:
 Olahraga teratur dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan gejala sindrom pramenstruasi.
Seperti jogging, jalan cepat atau berenang.
 Kompreslah bagian perut atau bagian punggung
yang terasa sakit dengan botol berisi air hangat.
Untuk mengurangi rasa sakit saat menstruasi,
cobalah mandi dengan air hangat atau bisa minum
air hangat.
 Pijatlah perut bagian bawah dengan ringan,
buatlah gerakan melingkar dengan ujung jari
anda.
 Tidurlah dengan cara meringkuk dan lutut

39
melekuk untuk mehindari peregangan otot
panggul. Bisa juga menggunakan bantal untuk
menekan lembut perut bagian bawah jika itu
terasa nyaman untuk anda. Jika anda tidur
telentang, sanggalah lutut anda dengan bantal
agar menekuk.

40
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Kesimpulan

Menstruasi merupakan tanda bahwa siklus masa subur telah


dimulai. menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan
keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah menstruasi.
(Proverawati, 2009; h. 62).
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi. Gangguan reproduksi disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon. (Manuaba (2008) dan Kasdu (2005).
Dari materi yang kami dapat dapat disimpulkan banyak penyakit
yang berkaitan tentang menstruasi namun hanya beberapa penyakit yang
kami bahas pada makalah ini.
B. Saran

Diharapkan pembaca untuk menambah terus literatur lain, guna


meningkatkan dan memperdalam pengetahuan, tentang psikososial dan
budaya dalam keperawatan, khususnya konsep Kesehatan spiritual dan
hubungan antara spiritual dengan sehat sakit.
Terus belajar tanpa ada kata akhir, karena seiring berjalannya
waktu, tentu akan selalu ada penelitian baru.

41
DAFTAR PUSTAKA

Abraham,M. Rudolph, 2006. Buku Ajar Pediatri, volume 2. Jakarta : EGC

Aulia. (2009). Kupas tuntas menstruasi. Yogyakarta: Milestone.

Baradero, D.W.M., Siswadi, Y. 2007. Klien Dengan Gangguan Sistem


Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC. PP: 12

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,TBS-SP,


Jakarta.Johnson, S.R., 2004.

Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Bobak, Lowdermilk dan Jansen (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Jakarta : EGC

Dewi, M.U.K. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

Devi Rosita dan Asmawahyunita. (2017). SKRINING GANGGUAN


MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS VII DI SMP AL HIKMAH
KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA: Akademi Kebidanan
Bakti Utama Pati, 8(01): 52-66.

Dr. Irna Nursanti dkk. 2018. Buku Ajar Maternitas.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Lowdermilk, D, L., Perry Shannon E., Cashion Kitty. (2013). Buku Keperawatan
Maternitas Edisi 8 – Buku 2, Penerjemah :dr. Felicia Sidartha & dr. Anesia
Tania. Elsevier (Singapura) Pte Ltd. Salemba Medika

Manuaba. 2009. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

42
Mira Miraturrofi’ah. (2020). KEJADIAN GANGGUAN MENSTRUASI
BERDASARKAN STATUS GIZI PADA REMAJA: JURNAL ASUHAN
IBU DAN ANAK, 5(2): 31-42.

Mitayani & Wiwi, Sartika. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : CV. Trans Info
media.

Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, T., dkk. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.

Prawirohardjo Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 4. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Proverawati, Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Yogyakarta: Nuha Medika

Sianipar, Olaf. 2009. Pravelensi Gangguan Menstruasi dan Faktor-faktor yang


Berhubungan pada Siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jaktim.
Majalah Kedokteran. Vol 59 No7.

Sinaga, E. et al. (2017) Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas


Nasional IWWASH Global One. Available at:
http://ppi.unas.ac.id/wpcontent/uploads/2017/06/

Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016, SDKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat

Tim pokja SLKI DPP PPNI , 2018, SLKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat

Tim pokja SIKI DPP PPNI,2018, SIKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat

Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono  

43

Anda mungkin juga menyukai