DOSEN PENGAMPU :
MARDIATUN, M. KEP
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat-Nya sehingga makalah mengenai “Asuhan keperawatan pada Gangguan
Sistem Reproduksi Wanita” ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Mardiatun selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................iii
B. Rumusan masalah........................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................iv
D. Manfaat Penulisan........................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................1
1. Pengertian Menstruasi...................................................................................1
2. Pengertian Gangguan Menstruasi.................................................................1
3. Gangguan- gangguan pada Menstruasi.........................................................2
A. Amenorhea................................................................................................2
B. Oligomenore..............................................................................................7
C. Polimenorea.............................................................................................13
D. Hipermenorea/ Menoragia.......................................................................19
E. Disemenorea............................................................................................26
F. Pre Menstrual Syndrome (PMS).............................................................33
BAB III..................................................................................................................41
TINJAUAN KASUS..............................................................................................41
A. Kesimpulan.................................................................................................41
B. Saran............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Menstruasi
1
3. Gangguan- gangguan pada Menstruasi
E. Amenorhea
a. Pengertian Amenorrhea
b. Etiologi Amenorrhea
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah :
Hymen imperforate: Selaput darah tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar.
2
Menstruasi Anavulatori: Rangsangan hormone - hormone yang
tidak mencukupi untukmembentuk lapisan dinding rahim
sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik ,psikologis,
penambahan berat badan
Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
Disfungsi ovarium : kelainan congenital,tumor
Endometrium tidak bereaksi
Penyakit lain : penyakit metabolik , penyakit kronik , kelainan
gizi, kelainan hepar dan ginjal.
c. Manifestasi Klinis Amenorrhea
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya:
Tidak terjadi haid
Produksi hormon estrogen dan progesterone menurun.
Nyeri kepala
Badan lemah
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya:
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami
pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda - tanda
pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan akan ditemukan
morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang
cepat, Kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
sindroma cushing menyebabkan wajah bulat ( moon
face ) perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:
Sakit kepala
3
Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang
tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan,
yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara.
d. Patofisologi Amenorrhea
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen
IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan
mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium
gonadal disgenesis . Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan
kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea
dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol
tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
(estrogen dan progesterone) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih
untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi
estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.
Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang
merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan
4
GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada keadaan
stress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pada Amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam
reproduksi (indung telur, rahum, perlekatan dalam Rahim) melalui
pemeriksaan :
USG
Histerosalpingografi
Histeroskopi
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH.
f. Penatalaksanaan Amenorhea
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Dalam keperawatan dapat membantu klien untuk belajar
mengendalikan stress dan koping ataupun dapat meberikan motivasi
maupun edukasi.
5
Riwayat kontrasepsi
Diagnose Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status
kesehatan
Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
yang didapat tentang penyakitnya
Intervensi Keperawatan
No DX Kep Tujuan Intervensi
1 Ansietas Ansietas dapat teratasi 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kritea hasil: 2. Pahami situasi yang mebuat
1. Khawatir menurun ansietas
2. Perilaku gelisah 3. Dengarkan pasien dengan
menurun penuh perhatian
3. Perilaku tegang 4. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
4. Tekanan darah 5. Anjurkan keluarga tetap
menurun bersama pasien
6. Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
2 Deficit Deficit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
pengetahuan dapat teratasi dengan menerima informasi
baik, kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media
1. Pemahaman pasien yang menarik
tentang penyakit 3. Menggunakan bahasa yang
meningkat mudah dipahami
2. Pemahaman 4. Berikan kesempatan bertanya
tentang
pengobatan
meningkat
6
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
F. Oligomenore
a. Pengertian Oligomenore
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami
menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika
berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3
bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.
b. Etiologi Oligomenore
7
Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi
buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan
hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap
dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan
stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila
siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh
psikis atau pengaruh penyakit.
8
Oligomenore yang dialami oleh wanita yang terbiasa menjalani
olahraga berat atau berprofesi sebagai atlet mungkin juga
memiliki gejala tambahan lainnya, berupa:
Fraktur stres (tulang retak) terutama pada tulang pinggul,
tulang belakang, atau kaki bagian bawah
Pola makan yang tidak normal
Irama jantung abnormal
Tekanan darah rendah.
d. Patofisiologi Oligomenore
Oligominorea biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus – hipofisis ovarium. Gangguan
hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal
menjadi memanjang. Sehingga menstruasi menjadi lebih jarang
terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3 – 5 tahun pertama setelah
haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya
menoupose. Oligomenorea yang terjadi pada masa –masa ini
merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya
koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada
awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya
menoupose, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormone
dalam tubuh.
e. Pemeriksaan Diagnostik Oligomenorea
Pemeriksaan penunjang berupa:
Pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah ada tanda
perdarahan, kekurangan nutrisi, terjadi infeksi atau
peradangan, dan lain-lain.
Pemeriksaan darah untuk mendeteksi kadar hormon dalam
tubuh, dan fungsi tiroid.
Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar FSH (follicle-
stimulating hormone). Jika kadarnya tinggi, ada
kemungkinan pasien menderita gangguan pada ovariumnya.
9
Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar TSH (thyroid-
stimulating hormone). Jika kadarnya rendah, kemungkinan
pasien menderita hipertiroidisme.
Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon prolaktin. Jika
kadarnya tnggi, kemungkinan pasien menderita prolaktinoma.
Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar LH (luteinizing
hormone). Rasio perbandingan kadar FSH/LH berguna untuk
mendiagnosa penyakit PCOS (polyclystic ovarian syndrome).
Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar 17 -OH. Kadar ini
berguna untuk mendiagnosa apakah pasien menderita
hiperplasia adrenal kongenital.Tes supresi deksametason.
Tes ini dilakukan untuk mendiagnosa apakah pasien
menderita sindrom Cushing.
Pemeriksaan urin untuk mendeteksi tanda kehamilan, infeksi,
atau penyakit menular seksual.
Pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi tanda kanker mulut
rahim dan biopsi untuk mendeteksi kanker jenis lain dari
sistem reproduksi.
Selain itu, dokter juga mungkin menganjurkan pemeriksaan USG
perut dan panggul serta pemeriksaan CT-scan atau MRI.
f. Penatalaksanaan Oligomenorea
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut
uraiannya :
Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan
wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi
dapat memperbaiki keadaan oligomenore.
Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk
memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini
disesuaikan dengan hormon apa yang lebih dibutuhkan.
Contoh : Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang
terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB
10
Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : Lynoral,
Premarin, Progynova, dll.
Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu
rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB
Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : postinor.
11
Diagnose Keperawatan
Deficit pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
saat menstruasi.
Intervensi Keperawatan
12
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
G. Polimenorea
a. Pengertian Polimenorea
b. Etiologi Polimenorea
13
Stress
Diet
Paparan lingkungan dan kondisi kerja
Gangguan endokrinGangguan perdarahan
c. Manifestasi Klinis Polimenorea
14
gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur). Remaja dengan
polimenorea berarti ada gangguan struktur anatomi organ karena ada
endometrium atau hormon yang tidak baik sehingga sulit hamil.
Gangguan ketidakseimbangan hormon dapat terjadi pada saat stres
dan depresi. Bila hal tersebut menjadi beban rohani yang melebihi
kemampuan maksimum rohani, dapat membuat kemampuan tubuh
atau fungsi tubuh kurang terkontrol secara sehat. Gaya hidup
termasuk pola makan yang mempengaruhi metabolisme progesterone
dan estrogen (Kusmiran 2012).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan hormon, hormone yang diperiksa adalah
hormone yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
folikel serta hormone yang folikel keluarkan (prolactin, TSH,
FSH, LH).
USG, untuk mengetahui keadaan endometrium dan kelainan
ginekologi.
Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kelainan darah yang
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan terjadinya
polimenorea.
f. Penatalaksaan Polimenorea
15
Terapi yang diberikan tergantung pada usia, resiko kesehatan, dan
pilihan kontrasepsi. Pada umumnya, terapi farmakologi kondisi
polimenorea meliputi terapi hormonal, seperti hormon estrogen dan
hormonal kombinasi (estrogen dan progesteron), serta tablet
penambah darah untuk mengoreksi kondisi anemia.
16
Pasien-pasien dengan poliminorhea mungkin menceritakan
riwayat
Nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid.
Pemeriksaan fisik
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
B1 (Breathing)
Pernapasan tidak teratur
Frekuensi mengalami peningkatan
B2 (Blood)
Denyut jantung mengalami peningkatan.
Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
B3 (Brain)
Penurunan Konsentrasi
Pusing
Konjungtiva Anemia
B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari
B4 (Bowel)
Nyeri pada adomen Nafsu makan Menurun
B6 (Bone)
Badan mudah capek
Nyeri pada punggung
Diagnose Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
selama masa menstruasi.
Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
pendarahan selama menstruasi.
Ansietas berhubungan dengan keadaan krisis yang pertama
kali dihadapi.
17
Intervensi Keperawatan
18
menurun 2. Dengarkan pasien dengan
2. Perilaku gelisah penuh perhatian
menurun 3. Temani pasien untuk
3. Perilaku tegang mengurangi kecemasan
menurun 4. Anjurkan keluarga tetap
4. Tekanan darah bersama pasien
menurun 5. Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
H. Hipermenorea/ Menoragia
a. Pengertian Hipermenorea
Gangguan haid yang menerangkan bahwa darah haid yang keluar
terlalu banyak dan menerangkan darah haid yang keluar lebih lama
disebut hipermenorea atau menoragia(Baziad, 2008).
Hipermenorea sendiri didefinisikan sebagai suatu kondisi apabila
durasi periode atau lamanya mentruasi > 7 hari dan kehilangan darah
> 80 mL (menggunakan ≥ 5 pembalut). Meski tidak menyebabkan
tinggi nya motalitas, kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya
kualitas hidup seorang remaja baik dari segi fisik, mental, sosial,
maupun material. Banyaknya pengeluaran darah yang terjadi dapat
menyebabkan tingginya kemungkinan anemia pada remaja. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hypermenorrhea,
19
kemungkinan hipermenorea dapat disebabkan karena adanya mioma
uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan
dinding rahim) (Karout et al., 2012)
b. Etiologi Hipermenorea
Hipermenorea menurut Dewi (2012) ,dikelompokan menjadi tiga
kategori:
Gangguan Pembekuan
Peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung
secara simultan diseluruh endometrium serta jaringan
endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone
normal yang bersifat stabil. Estrogen breaktrough bloading
menyebabkan lapisan endometrium menjadi semakin menebal
namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya struktur
endometrium karena tidak sebandingnya jumlahprogesterone
yang ada di banding jumlah progesterone.
Gangguan dalam Organ Pelvis
hipermenorea biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus,
adeommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial. Wanita dengan
perdarahan haid melebihi 200 cc, 50% mengalami fibroid.
Sedangkan 40% pasien dengan adenomiosis mengalami
perdarahan haid melebihi 800 cc.
Gangguan medis lainnya
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan hipermenorea
diantaranya hipotiroid dan sindrom cushing, patofisiologi
terjadinya belum diketahui dengan pasti. Dapat juga terjadi pada
hipertensi, deompensasi kordis dan infeksi dimana dapat
menurunkan kualitas pembuluh darah. Hipermenorea dapat
terjadi pada orang asthenia dan yang baru sembuh dari penyakit
berat karena menyebabkan kualitas myometrium yang tidak baik.
20
rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium
(penebalan dinding rahim).
d. Patofisiologi Hipemenorea
Penyebab paling umum dari perdarahan menstruasi yang berlebihan
adalah:
Kelainan hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium.
Kelainan hormonal tidak terjadi ovulasi atau jarang terjadi. Selama
siklus anovulatoir, korpus luteum tidak membentuk, dan dengan
demikian sekresi siklus normal progesteron tidak terjadi. Tanpa
progesteron, estrogen menyebabkan endometrium untuk terus
berkembang biak, akhirnya tumbuh melampaui suplai darah.
Endometrium menjadi tebal dan mengandung sangat banyak
pembuluh darah. Sehingga menyebabkan perdarahan yang tidak
teratur dan kadang deras dan lama (Barad (2012) dan Zacur
(2012)).
Anovulasi terjadi ketika ovarium tidak memproduksi dan
melepaskan telur (ovulasi) sekali per bulan. Hal ini menyebabkan
periode menstruasi tidak teratur atau tidak ada. Anovulasi umum
terjadi pada remaja dan pada wanita yang mendekati menopause.
21
Pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) sering
tidak ovulasi secara teratur (Zacur, 2012).
Gangguan ginekologi, pertumbuhan abnormal pada rahim,
seperti polip atau fibroid.
Gangguan ginekologi merupakan pertumbuhan uterus yang bersifat
kanker pada rahim dapat menyebabkan perdarahan menstruasi
berat antara lain:
Polip yang kecil, seperti anggur pertumbuhan pada lapisan
rahim.
Fibroid, pertumbuhan dari rahim (miom).
Hiperplasia endometrium lapisan endometrium yang berlebihan
yang dapat menjadi pelopor untuk kanker rahim (Zacur, 2012).
Gangguan perdarahan. (Barad, 2012).
Gangguan perdarahan biasanya karena adanya gangguan
pembekuan darah, antara lain:
Penyakit Von Willebrand Penyakit Von Willebrand paling sering
disebabkan oleh mutasi genetik yang baik merusak kemampuan
untuk membuat faktor von Willebrand atau menyebabkan
produksi cacat bentuk protein (Rick, 2011).
Memiliki jumlah trombosit yang rendah Trombosit berpengaruh
pada pembekuan darah, darah akan menjadi encer jika trombosit
rendah. (Zacur, 2012).
f. Penatalaksanaan Hipermenorea
Menurut (Varney, 2007), dengan pendekatan farmakologis yaitu:
Berikan progestin agonis gonadtropin-releasing hormone
(GnRH), obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dan danasol.
22
Pemberian terapi
Norethindrone 5 mg per oral 2 x sehari selama 10 hari.
Mendroksiprogesteron asetat 10 mg per oral 1 x sehari selama 10
hari
Bagi individu yang mengalami kesulitan dengan jadwal pil
harian depot medrosiprogesteron asetat (DMPA) 10 mg IM
untuk mengurangi aliran menstruasi
23
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus
selama masa menstruasi.
Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
pendarahan selama menstruasi.
Ansietas berhubungan dengan keadaan krisis yang pertama
kali dihadapi.
Deficit pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat.
Intervensi Keperawatan
24
hitung balance cairan 24 jam
5. Berikan asupan cairan
6. Berikan cairan intravena
3 Ansietas Ansietas dapat teratasi 6. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kritea hasil: Pahami situasi yang mebuat
5. Khawatir menurun ansietas
6. Perilaku gelisah 7. Dengarkan pasien dengan
menurun penuh perhatian
7. Perilaku tegang 8. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
8. Tekanan darah 9. Anjurkan keluarga tetap
menurun bersama pasien
10.Lakukan teknik distraksi dan
relaksasi
4 Deficit Deficit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan
pengetahuan dapat teratasi dengan menerima informasi
baik, kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan
1. Pemahaman pasien media yang menarik
tentang penyakit 3. Menggunakan
meningkat bahasa yang
2. Pemahaman tentang mudah dipahami
pengobatan 4. Berikan
meningkat kesempatan
bertanya
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
25
Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
I. Disemenorea
a. Pengertian Dismenorea
b. Etiologi Dismenorea
Dismenorea primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot
rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan
lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan
merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri
yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan
selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun
akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin (Sinaga, 2017).
Dismenorea sekunder
26
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder
dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
Dismenorea sekunder atau ekstrinsik, yang diperoleh, acquired
disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika,
endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servis uteri dan lain-lain).
c. Manifestasi Klinis Dismenorea
Nyeri perut bagian bawah hingga punggung bagian bawah
dan tungkai
Nyeri seperti kran dan hilang timbul
Sakit kepala
Mual
Sembelit atau diare
Sering berkemih
Terkadang muntah (Nugroho,2014)
d. Patofisiologi Dismenorea
27
Rasa nyeri pada dismenorea kemungkinan terjadi karena
f. Penatalaksanaan Dismenorea
Penanganan menurut Prawihardjo (2007 ):
Penerangan dan nasihat
Pemberian obat analgesic
Terapi hormonal
Terapi dengan obat nonsteroid antiprotaglandin
Dilatasi kanalis servikalis.
Penatalaksanaan dismenorea menurut Khusen (2016):
28
Minum hangat
Biji-bijian utuh
Kalsium dan vitamin D
Perubahan pola makan
Kompres perut
Berbaring
Pijat lembut
Olahraga ringan
Kosultasikan ke dokter
Nutrisi
Pola Latihan
29
Skala nyeri 4-6
30
2 DS: Menstruasi Intoleran
Pasien menyatakan mudah ↓ aktivitas
lelah Pendarahan
↓
DO: Anemia
Nadi lemah (TD 90/60 ↓
mmHg) Kelemahan
Px. terlihat pucat ↓
Sclera/ konjungtiva anemi Intoleran aktivitas
Diagnose Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan: Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
1) Skala nyeri 0-1
2) Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan meningkatkan
rangsangan penuh stress kemampuan koping
2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
pemberian analgesic 3. Memudahkan relaksasi, terapi non
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya nafas farmakologi tambahan
berirama lambat, nafas dalam, bimbingan 4. Penggunaan persepsi sendiri atau prilaku
imajinasi untuk menghilangkan nyeri dapat
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping membantu mengatasinya lebih efektif
px 5. Mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
5. Kompres hangat aliran darah
31
Intoleran aktivitas b.d
kelemahan akibat nyeri
abdomen
Tujuan: Pasien dapat
beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
1) Pasien dapat mengidentifikasi faktor–faktor yang
memperberat dan memperingan intoleran aktivitas
2) Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
istirahat tanpa gangguan, dorong istirahat regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan
sebelum makan 2. Tirah baring lama dapat menurunkan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap kemampuan
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam 1. Keterlibatan akan membantu pasien
rencana perawatan merasa stres berkurang,memungkinkan
2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat energi untuk ditujukan pada
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/ penyembuhan
memerlukan perilaku koping yang 2. Memindahkan pasien dari stress luar
digunakan pada masa lalu meningkatkan relaksasi; membantu
4. Bantu pasien belajar mekanisme koping menurunkan ansietas
baru, misalnya teknik mengatasi stres 3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
pada penerimaan masalah stress saat ini,
meningkatkan rasa control diri pasien
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas
32
Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya dilakukan dalam
tindakan yang nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tindakan tersebut harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat
dengan mudah diterapkan.
Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
mampu menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
a. Pengertian PMS
b. Etiologi PMS
Etiologi pre-menstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi
mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah
ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat
retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-
kadang edema (Wiknjosastro, 2008).
Adapun penyebab dari sindrom pramenstruasi menurut Sejati
33
(2009) adalah sebagai berikut:
Faktor Genetik
Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang
sangat penting, yaitu insidensi sindrom
pramenstruasi dua kali lebih tinggi pada kembar
satu telur (monozigot) di banding kembar dua telur.
Faktor Psikologis
Faktor psikis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya
terhadap kejadian PMS. Gejala-gejala sindrom
pramenstruasi akan semakin menghebat jika
didalam diri seorang wanita terus menerus
mengalami tekanan.
Faktor Gaya Hidup
Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap
pengaturan pola makan memegang peranan yang
tak kalah penting. Makan tertalu banyak atau tertalu
sedikit, sangat berperan terhadap gejala- gejala
sindrom pramenstruasi.
34
Depresi dan mudah panik
Insomnia
Mudah tersinggung
d. Patofisiologis PMS
Ketidakseimbangan esterogen – progesterone yang terjadi
selama fase luteal
Bila terjadi kecemasan maka tubuh akan bereaksi secara
otomatis berupa perangsangan hormon dan
neurotransmitter. Terjadi peningkatan secara cepat sekresi
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yang akan
merangsang kelenjar adrenal untuk menghasilkan
kortisol. Keadaan ini dianggap sebagai akibat dari
naiknya aktivitas dalam sistem limbik, khususnya dalam
region amigdala dan hipokampus yang kemudian
menjalarkan sinyal ke bagian posterior medial hipotalamus.
Kortisol ini akan menginhibisi pelepasan LH (Luteinizing
hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) oleh
kelenjar pituitari, hormon estrogen dan progesterone oleh
ovarium, dan menginduksi resistensi hormon estrogen di
organ target. Hal ini yang menyebabkan
ketidakseimbangan hormon estrogen progesteron selama
fase luteal (Bahrun, 2012).
35
menyebabkan perubahan endomorfin, prolaktin, dan aldosteron
yang dapat memperburuk gejala fisik dan psikis PMS. Menurut
penelitian lain defisiensi kalsium, magnesium, mangan, vitamin
B dan E, dan asam linolenik, serta metabolitnya berkaitan
dengan PMS. Pola hidup yang tidak sehat terutama faktor nutrisi
juga berperan menjadi penyebab PMS. Pola nutrisi yang tidak
seimbang berupa diet tinggi garam dan gula, rendah vitamin
(terutama vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C) dan mineral
(magnesium, zat besi, zink, mangan) serta makanan dengan
sedikit kandungan serat dapat menimbulkan PMS. Kurang
berolahraga dan kurang aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS (Rusfiana & Rodiana, 2016).
Penurunan kadar monoamine oksidase pada otak
Penurunan kadar monoamine oksidase pada otak dihubungkan
dengan perubahan mood. Perubahan - perubahan kimia di otak,
bahan kimia tertentu di otak dapat juga memainkan peran dalam
PMS. Ini termasuk kimia rasul otak yang disebut serotonin. Kimia
ini berfluktuasi selama siklus menstruasi. Kimia ini mengatur
suasana hati, dan orang-orang dengan gangguan serotonin dapat
mengembangkan gangguan suasana hati dan depresi yang terkait
dengan PMS. Serotonin rendah juga mengarah pada kelelahan,
mengidam makanan dan kesulitan tidur (Mandal, 2012).
e. Penatalaksanaan PMS
36
Ada juga pemberian hormon progesteron dosis
kecil dapat diberikan selama 8-10 sebelum
menstruasi untuk mengimbangi kelebihan relatif
esterogen. Pemberian hormon testosteron sampai
dalam bentuk methiltesteron sebagai tablet hisap
dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan
esterogen.
37
gastrointestinal pada wanita sindrom
pramenstruasi.
Asam mefenamat
Dosis asam mefenamat digunakan adalah 500
mg, diberikan 3X sehari. Berdasarkan
penelitian dapat mengurangi gejala sindrom
pramenstruasi seperti dismenore dan menoragia
(menstruasi dalam jumlah banyak) namun
tidak semua. Tidak dianjurkan bagi wanita
yang sensitif dengan aspirin atau memiliki
risiko ilkus peptikum.
Obat penenang
Alprazolam atau trizolam dapat digunakan pada
wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan
berlebihan, maupun kesulitan tidur.
Obat antidepresi
Obat ini hanya diberikan pada mereka yang
mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang
parah. Anti depressants, terutama SSRIs
(selective serotonin reuptake inhibitir) atau
penghambat-penghambat pengambilan kembali
serotonin selektif, dapat sangat membantu
mengurangi gejala suasana hati pada sindrom
pramenstruasi.
38
Diuretika
Obat ini dapat meningkatkan kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sodium dan air didalam
urine sehingga jumlah cairan dalam sel-sel
jaringan tubuh berkurang. Obat diuretika seperti
spinororolactone digunakan untuk mengurangi
penahanan cairan dan perut kembung,
sebaiknya penderita mengurangi asupan garam.
39
melekuk untuk mehindari peregangan otot
panggul. Bisa juga menggunakan bantal untuk
menekan lembut perut bagian bawah jika itu
terasa nyaman untuk anda. Jika anda tidur
telentang, sanggalah lutut anda dengan bantal
agar menekuk.
40
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kesimpulan
41
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Dewi, M.U.K. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Lowdermilk, D, L., Perry Shannon E., Cashion Kitty. (2013). Buku Keperawatan
Maternitas Edisi 8 – Buku 2, Penerjemah :dr. Felicia Sidartha & dr. Anesia
Tania. Elsevier (Singapura) Pte Ltd. Salemba Medika
42
Mira Miraturrofi’ah. (2020). KEJADIAN GANGGUAN MENSTRUASI
BERDASARKAN STATUS GIZI PADA REMAJA: JURNAL ASUHAN
IBU DAN ANAK, 5(2): 31-42.
Mitayani & Wiwi, Sartika. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : CV. Trans Info
media.
Nugroho, T., dkk. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016, SDKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat
Tim pokja SLKI DPP PPNI , 2018, SLKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat
Tim pokja SIKI DPP PPNI,2018, SIKI, Jakarta selatan, Dewan pengurus pusat
43