Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DISMENORE


BESERTA JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas

Disusun oleh :
Kelompok 3
Dwiki Nur Muhammad
Gita Rimayanti
Nurhayati
Putri Diah
Yuyum Yumita Dewi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA 2019-
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Penyakit Dismenore. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Maternitas
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. 
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Majalengka, Februari 2020

Penyusun

 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Dismenore ................................................................................................
B. Klasifikasi ..............................................................................................................
C. Etiologi ..................................................................................................................
D. Patofisiologi ...........................................................................................................
E. Pathway ..................................................................................................................
F. Manifestasi klinis ...................................................................................................
G. Penatalaksanaan .....................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ...............................................................................................................
B. Diagnosa .................................................................................................................
C. Perencanaan ............................................................................................................
D. Pelaksanaan ............................................................................................................
E. Evaluasi ...................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dismenorea merupakan rasa nyeri yang muncul saat haid, biasanya terjadi
pada hari pertama dan kedua (Wong 2008 dan Smith 2003, dalam Novitasari 2012).
Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian wanita
mendapatkan haid tanpa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan haid
disertai dengan keluhan berupa dismenore yang mengakibatkan ketidaknyamanan
serta dampak terhadap gangguan aktivitas (Widjanarko, 2006).
Prosentase masalah dismenorea di dunia sangat besar yaitu dengan rata-rata
lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenorea (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari
54,89% dismenorea primer, dan 9,36% adalah dismenore sekunder (Proverawati,
2012). Selama ini pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang cukup besar pada
masalah kewanitaan baik bagi pelajar (mahasiswi) maupun masyarakatyang
diwujudkan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu dengan adanya program
KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang bertujuan agar seluruh remaja dan
keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku kesehatan
reproduksi sehingga menjadi remaja yang siap sebagai keluarga berkualitas tahun
2015 BKKBN (2001, dalam Amin 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Dismenorea?
2. Bagaimana klasifikasi dari Dismenorea?
3. Bagaimana Etiologi dari Dismenorea?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Dismenorea?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Dismenorea?
6. Apa pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea?
7. Bagaimana Penatalaksanaan dari Dismenorea?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dismenorea?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari Dismenorea
2. Mengetahui klasifikasi dari Dismenorea
3. MengetahuiEtiologi dari Dismenorea
4. Mengetahui Patofisiologi dari Dismenorea
5. MengetahuiManifestasi Klinis dari Dismenorea
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Dismenorea
7. Mengetahui Penatalaksanaan dari Dismenorea
8. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Dismenorea
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid. Dismenorea merupakan
gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja dengan gejala utama termasuk
nyeri dan mempengaruhi kehidupan dan kinerja sehari-hari. Dismenorea ditandai
dengan nyeri panggul (kram) dimulai sesaat sebelum atau pada awal menstruasi dan
berlangsung 1-2 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum menstruasi dimulai, prostaglandin
diproses dengan cepat di awal menstruasi dan bertindak sebagai kontraktor otot polos
yang membantu dalam peluruhan endometrium. Terapi yang optimal dari gejala ini
tergantung pada penyebab yang mendasari. (Ramaihah, 2006)
Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 kategori:
a) Dismenorea primer
Didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan dengan patologi
pelvis makroskopis (yaitu, terjadi karena tidak adanya penyakit panggul). Ini
biasanya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah menarche atau setelah siklus
ovulasi ditetapkan.
b) Dismenorea Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis
genitalis (Manuaba,2007). Sedangkan menurut (Hacker 2007) tanda – tanda
klinik dari dismenorea sekunder adalah endometriosis, radang pelvis,mioma
uteri, dan kista ovarium . Umumnya, dismenorea sekunder terjadi berhari hari,
kebanyakan terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) walaupun ada
juga yang mengalami dismenorea ini pada usia muda (Hermawan, 2012).

B. KLASIFIKASI
a) Nyeri Spasmodik ( Dismenorea Primer )
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut terjadi dihari pertama
dan kedua haid.Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara
mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar
muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun
dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas.
Dismenorea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi
dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak
mengalami hal seperti itu.
b) Nyeri Kongestif ( Dismenorea Sekunder )
Penderita dismenorea kongestif biasanya dirasakan berhari.
Dismenorea kongesif juga memerlukan pengkajian nyeri untuk mengetahiu
sekala nyerinya.
Pengkajian nyeri yang biasanya dilakukan pada saat nyeri haid yaitu
dengan skala nyeri agar mendapatkan diagnosa keperawatan yang tepat dan
merencanakan intervensi yang sesuai (Potter & Perry, 2007).
Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk
pola nyeri dan tindakan untuk mengatasi nyeri. Pengukuran intensitas
keparahan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran nyeri

yaitu :

Kriteria nyeri adalah sebagai berikut :


1. Skala 0 tidak ada rasa nyeri yang dialami.
2. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih dapat
berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan.
3. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis,
menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat
mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih
dapat dikurangi dengan alih posisi.
4. Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti
perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon
terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi.
5. Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapat
berkomunikasi klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang
berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri (Potter
& Perry, 2007).

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dismenorea belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Dismenorea primer umumnya dijumpai pada wanita
dengan siklus haid berevolusi.
Penyebab tersering dismenorea sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik
genitalia interna. Hingga baru-baru ini, dismenorea disisihkan sebagai masalah
psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak dapat dihindari.
a. Dismenorea primer
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore antara lain:
1. Faktor Kejiwaan
Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja
putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya,
misalnya gangguan haid seperti dismenore.

2. Faktor endokrin
Pada umumnya hal ini dihubungkan dengan kontraksi usus yang tidak baik.
Hal ini sangat erat kaitanya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi
prostagladin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak
terkordinasi sehingga menimbulkan nyeri.

b. Dysmenorrhea sekunder
Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:
A. Faktor konstitusi
Seperti kista, tumor atau fibroid.
B. Anomali uterus konginental
Seperti : rahim yang terbalik.
C. Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan endometrium di
luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang membatasi bagian dalam
rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan endometrium ini akan bertambah sebagai
persiapan terjadinya kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini
akan terlepas dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

D. PATOFISIOLOGI
a. Dismenorea primer(primary dysmenorrhea)
Disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam jumlah sekresi
prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi, prostaglandin F2α (PGF2α)
merupakan stimulan miometrium yang kuat dan vasokonstriktor pada endometrium.
Selama peluruhan endometrium, sel-sel endometrium melepaskan PGF2α saat
menstruasi dimulai. PGF2α merangsang kontraksi miometrium, iskemia dan
sensitisasi ujung saraf.
Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang berkepanjangan sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin meningkat
ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenorea dan berhubungan lurus
dengan derajat nyeri.
Peningkatan prostaglandin endometrium sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium setelah penurunan
progesterone pada akhir fase luteal berakibat peningkatan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotrien diketahui dapat meningkatkan
sensitivitas serat nyeri di rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan dalam
endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak merespon baik dengan
pengobatan antagonis prostaglandin. Hormon hipofisis posterior vasopressin dapat
terlibat dalam hipersensitivitas miometrium, berkurangnya aliran darah uterus, dan
nyeri pada dismenorea primer. Peran Vasopresin dalam endometrium mungkin terkait
dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Vasokonstriksi menyebabkan iskemia
dan telah diteliti bahwa neuron nyeri tipe C dirangsang oleh metabolit anaerob yang
dihasilkan oleh endometrium iskemik dan dapat meningkatkan sensitivitas nyeri.
b. Dismenorea Sekunder (secondery dysmenorrhea)
Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling sering
muncul di usia 30-an atau 40-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri
(relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenorea sekunder, namun, secara pengertian penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium dan chronic
pelvic inflammatory disease
E.
PATHWAY

Prostaglandin

Merangsang
miometrium

Kontraksi di uterus

Kurang pengetahuan

DISMINOREA

MK:Intoleransi MK: Nyeri Akut


Aktifitas

MK: Ansietas
F. MANIFESTASI KLINIS
a) Dismenorea primer
1. Haid pertama berlangsung
2. Nyeri perut bagian bawah
3. Nyeri punggung
4. Nyeri paha
5. Sakit kepala
6. Diare
7. Mual dan muntah
b) Dismenorea sekunder
1. Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari, yang
merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital. Dismenorea dimulai
setelah berusia 25 tahun
2. Terdapat ketidak normalan pelvis kemungkinan adanya :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflamatory disease
c. Pelvic adhesion (pelekatan pelvis)
d. Adenomyosis

G. PENATALKSANAAN
a) Disminorea Primer
1. Latihan
a. Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
b. Latihan menggoyangkan panggul
c. Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring terlentang atau
miring
2. Panas
a. Buli-buli atau botol air panas yang di letakkan pada punggung atau
abdomen bagian bawah
b. Mandi air hangat atau sauna
3. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostagladin
4. Istirahat
5. Obat-obatan
a. Kontrasepsi oral, Menghambar ovulasi sehingga meredakan gejala
b. Mirena atau progestasert AKDR, Dapat mencegah kram
b) Disminorea sekunder
1. PRP
a. PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul.
b. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,
anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital. Lakukan
kultur dengan benar.
c. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis
di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi,
sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention
(CDC) adalah sebagai berikut :
 Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri,
di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
 Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g
probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2
kali/ hari selama 14 hari.
 Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis
mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan
antibiotic pe IV.
d. Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap terapi
masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan. 
2. Endometriosis
a. Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b. Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan lain
sesuai anjuran dokter.
3. Fibroid dan polip uterus
a. Polip serviks harus di angkat
b. Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di
rujuk ke dokter.
4. Prolaps uterus
a. Terapi definitive termasuk histerektomi
b. Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan dapat
di ringankan dengan beberapa cara berikut :
 Latihan kegel
 Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat
kandung kemih. 
BAB III
KONSEP ASKEP DISMENORE
1. Asuhan Keperawatan Dismenore
A. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita mengenai kondisinya, pengaruh
budaya atau etnis, gaya hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri atau
perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas sehari-hari. Tuliskan berbagai
pengobatan rumah dan obat obatan yang digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku, fisik, pola diet, pola latihan dan
pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013).

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan untuk wanita yang mengalami gangguan menstruasi menurut Bobak
(2004) meliputi:
a. Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan
dengan :
1) Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak memadai
2) Efek fisiologis dan emosional gangguan
b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan :
1) Perawatan diri
2) Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut
c. Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan :
1) Gangguan menstruasi
d. Risiko tinggi terhadap harga diri rendah yan berhubungan dengan :
1) Persepsi lain tentang rasa tidak nyamannya
2) Ketidakmampuan untuk mengandung
e. Nyeri yang berhubungan dengan :
1) Gangguan menstruasi

C. Perencanaan
Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang dapat diberikan menurut
Proverawati (2009), yaitu:
a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
b. Pemberian analgesik dan tokolitik
c. Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang
d. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
e. Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau
f. Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa
nyeri
D. Pelaksanaan
a. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya
b. Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
c. Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam, berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang
d. Menganjurkan klien untuk cukup istitahat
e. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan sayuran hijau
f. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika
terasa nyeri
E. Evaluasi
Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan peningkatan dalam kualitas hidupnya
kemampuan perawatan diri, dan konsep diri serta gambaran tubuh yang positif (Lowdermilk,
2013).
JURNAL

PENGETAHUAN REMAJA
PUTRI TENTANG PENANGANAN DISMENORE DI SMPN 9 TASIKMALAYA
Abstrak

Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas
hingga ke pinggang dan punggung bagian bawah, timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche
atau pertama kali menstruasi. Dismenore seringkali mengganggu aktifitas sehari – hari.
Beberapa cara untuk menangani dismenore diantaranya dengan kompres hangat, meminum
obat penghilang nyeri, dengan asupan gizi yang baik dan masih banyak lagi. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 62 siswi.
Teknik pengambilan sampel berupa purposive sample. Instrumen yang digunakan adalah
instrumen tertutup, dan analisa yang digunakan analisa univariat. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9
Tasikmalaya sebanyak 31 orang berpengetahuan baik (50%), 25 orang berpengetahuan cukup
(40,3%) dan 6 orang berpengetahuan kurang (9,7%). Disarankan bagi petugas kesehatan
untuk meningkatkan penyuluhan tentang penanganan dismenore agar informasi kesehatan
yang dibutuhkan oleh nden mengenai menstruasi, dismenore dan penanganannya terpenuhi
PENDAHULUAN

Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita


mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan
menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan. Gejala –
gejalanya dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, kram, dan masih
banyak lagi (Maulana, 2008). Salah satu yang paling sering sekali di keluhkan oleh wanita
saat menstruasi adalah dismenore. Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang
terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha
(Badziad, 2003 dalam Mulyani, 2012). Dismenore biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun
sesudah menarche atau pertama kali menstruasi. Dismenore ada yang ringan dan ada yang
samar – samar, ada pula yang berat bahkan beberapa wanita telah pingsan dan ada yang harus
ke dokter karena nyeri yang dialaminya mengganggu aktivitasnya (Asrinah, 2011 dalam
Mulyani, 2012). Ternyata hampir 30 % wanita yang mengeluhkan dismenore adalah anak
gadis dari ibu yang dulunya dismenore, serta sebanyak 7% saudara wanita yang mengalami
dismenore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu mereka dulunya tidak
mengeluhkan dismenore (Yatim, 2001 dalam Mulyani, 2012).
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata – rata lebih dari 50% wanita di setiap
Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka persentasinya sekitar 60% dan di Swedia
sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% wanita produktif yang
terganggu oleh dismenore.
Karena penderita terbanyak adalah pada wanita usia produktif, akibatnya dismenorea juga
menyebabkan ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita telah absen
sekali dan 5-14% berulang kali absen (Anurogo, 2008 dalam Yuniarti, Rejo, & Handayani,
2012). Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30-50%
wanita usia reproduksi dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu
kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga (Paramita, 2010 dalam Purba, Rompas, &
Karundeng, 2014). dan ada yang samar – samar, ada pula yang berat bahkan beberapa wanita
telah pingsan dan ada yang harus ke dokter karena nyeri yang dialaminya mengganggu
aktivitasnya (Asrinah, 2011 dalam Mulyani, 2012). Ternyata hampir 30 % wanita yang
mengeluhkan dismenore adalah anak gadis dari ibu yang dulunya dismenore, serta sebanyak
7% saudara wanita yang mengalami dismenore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun
ibu mereka dulunya tidak mengeluhkan dismenore (Yatim, 2001 dalam Mulyani, 2012).
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata – rata lebih dari 50% wanita di setiap
Negara mengalami dismenore. Di Amerika angka persentasinya sekitar 60% dan di Swedia
sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% wanita produktif yang
terganggu oleh dismenore.
Karena penderita terbanyak adalah pada wanita usia produktif, akibatnya dismenorea juga
menyebabkan ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita telah absen
sekali dan 5-14% berulang kali absen (Anurogo, 2008 dalam Yuniarti, Rejo, & Handayani,
2012). Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30-50%
wanita usia reproduksi dan 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu
kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga (Paramita, 2010 dalam Purba, Rompas, &
Karundeng, 2014). Tetapi ada juga beberapa orang yang mengatasinya dengan tidur, bahkan
ada yang hanya dibiarkan saja.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan metode kuisioner tentang cara menangani
dismenore yang dilakukan oleh peneliti kepada 15 siswi kelas 8i di SMPN 9 Tasikmalaya, 3
orang menjawab dengan cara tidur, 2 orang menjawab dengan minum obat, dan 10 orang
menjawab tidak diatasi atau dibiarkan saja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang
Penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 9
Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 di SMPN 9 Tasikmalaya dengan jumlah
127 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, sebanyak 62 orang,
dengan kriteria inklusi siswi SMPN 9 Tasikmalaya yang mengalami dismenore pada saat
menstruasi, bersedia menjadi responden, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data yang digunakan
adalah analisis univariate.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja
Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya Kota Tasikmalaya mendapatkan hasil
sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Akhir Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang

penangan Dismenore di SMPN 9 Frekuensi Persentase


Tasikmalaya Kategori (%)
Baik 31 50
Cukup 25 40,3
Kurang 6 9,7
Total 62 100

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja
putri di SMPN 9 Tasikmalaya tentang penanganan dismenore dengan pemanasan sebagian besar
mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 32 orang (51,6%). Hal ini kemungkinan
dipengaruhi oleh informasi yang di dapat oleh responden dari orang tuanya, teman sebayanya,
internet maupun dari petugas kesehatan terdekat. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Soekanto (2002 dalam Paramita, 2010) yang mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi yang
diperoleh dari beberapa sumber akan meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang. Bila
seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih
luas (Irmayanti, 2007 dalam Paramita, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja
putri di SMPN 9 Tasikmalaya tentang penanganan dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri
sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 45 orang (72,6%). Berdasarkan
hasil penelitian, menunjukan tingkat pengetahuan remaja putri yang pernah mengalami
dismenore tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya yang meliputi: penanganan
dengan cara pemanasan, dengan cara mengkonsumsi obat penghilang nyeri, dengan melakukan
peregangan, dengan cara menghindari konsumsi kafein, dengan asupan gizi yang baik, dan lain –
lain, ada pada kategori baik yaitu sebanyak 31 orang siswi (50%).
KESIMPULAN

Tingkat pengetahuan siswi SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8 tentang penanganan dismenore dengan
cara pemanasan dalam kategori baik sebanyak 30 orang siswi (48,4%), penanganan dismenore
dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam kategori baik yaitu sebanyak 45 orang
(72,6%), penanganan dismenore dengan cara melakukan peregangan dalam kategori kurang
sebanyak 24 orang (38,7%), penanganan dismenore dengan cara menghindari konsumsi kafein
dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan dismenore dengan asupan gizi yang
baik dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan dismenore dengan cara lain -
lain dalam kategori baik sebanyak 32 orang (51,6%).

SARAN
Diharapkan dapat lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang penanganan dismenore terutama
ke sekolah - sekolah menengah pertama dan sekolah - sekolah menengah atas karena pada usia
tersebut siswi akan lebih membutuhkan informasi sebanyak – banyaknya agar bisa
mengaplikasikannya di kehidupan sehari - hari.

DAFTAR PUSTAKA
Devi, M. (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Dharmauni, N. P. D. (2012). Gambaran Pengetahuan Remaja Puteri tentang Penanganan
Dismenore Primer Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 4 Unggaran. Retrieved June 25, 2015,
from http://perpusnwu.web.id/karyailmiah
Epidemiologi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menntruasi yang dapat
mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa
sakit di daerah perut maupun pinggul. Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis
nyeri; yaitu dismenore spasmodic dan dismenore kongestif, dan ada tidaknya kelainan atau
penyebab yang dapat diamati; yaitu dismedore primer dan dismenore sekunder. Penyebab
dari nyeri haid ini belum ditemukan secara pasti meskipun telah banyak penelitian yang
dilakukan untuk mencari penyebabnya. Ada beberapa factor yang menyebabkan dismenore
yaitu factor psikologis, factor endokrin, factor konstitusi,anomaly uterus congenital dan
endometriosis.

B. SARAN
Disarankan bagi wanita banyak mengkonsumsi makanan yang berzigi dan olah raga
secara teratur dan disarankan bagi wanita agar mengupayakan pola hidup sehat dan periksa
kesehatan secara berkala dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari,Dewi.2013.Pengaruh Desminore Pada Remaja.Denpasar:Fmipa Undiska


Dito,Anugro.2011. Penyakit pada Kehamilan.Jakarta:Erlangga
Bruner & Sudart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai