Anda di halaman 1dari 44

MATERNITAS

“Pre-eklampsia”

Dosen: Arni Wianti S.kep, Ners, M.kes

Tingkat: II-B
Disusun Oleh:

Kelompok:
Iyang Teguh

Pebriyanti

Sarah Dea Sugiharto Putri

Sinta Oktaviana

Zikri Azi Al-Ghifari

STIKes YPIB MAJALENGKA


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana.
Makalah ini berisi tentang “Pre-eklampsia”.Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman kita semua.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil
karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segiisimaupunpenulisan kata.Maka dari
itu dengan mengharapkan ridha Allah SWT.kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari anda semua untuk memperbaiki makalah kami dimasa yang akan datang.
Semoga Allah SWT. meridhai makalah ini. Aamiin ya rabbal aamiin.

Majalengka, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang..................................................................................................1

B.Rumusan Masalah.............................................................................................2

C.Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A.Definisi Pre-eklampsia .....................................................................................3

B. Etiologi Pre-eklampsia ....................................................................................5

C.Patofisiologi Pre-eklampsia...............................................................................7

D. Faktor Penyebab Pre-eklampsia ....................................................................12

E. Penatalaksanaan Pre-eklampsia .....................................................................14

BAB III. TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pre-eklampsia 18

BAB IV. PENUTUP

1. Kesimpulan39

DAFTAR PUSTAKA41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan,
masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien
dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi
6rmasalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan
dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan
kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong
persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Preeclampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.Preeclampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur 20 minggu atausegera
setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik (Ammiruddin dkk, 2007).Preeclampsia terjadi karena adanya mekanisme
imunolog yang kompleks, aliran darah ke plasenta berkurang, akibatnyasuplai zat
makanan yang dibutuhkan janin berkurang.Penyebabnya karena penyempitan
pembuluh darah yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan
(Indiarti, 2009 & Cuningham, 2001).Perdarahan, infeksi, dan eklampsia, merupakan
komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi
ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe & Sulistiawati, 2006).

1
B. Rumusan Masalah
1 Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kasus tersebut ?
2 Jelaskan definisi kasus tersebut?
3 Apakah etiologi kasus tersebut?
4 Jelaskan faktor predisposisi dari preeclampsia?
5 Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsi?
6 Apakah perbedaan antara pre-eklampsia ?
7 Bagaimanakan patofisiologi pada kasus pre-eklampsia ?
8 Apakah komplikasi dari yang mungkin terjadi jika ibu tidak tertangani dengan
baik?
9 Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
10 Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia ?
11 Buatlah asuhan keperawatan pada kasus pre-eklampsia !

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan maternitas.
2) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala, etiologi pada
kasus tersbut.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
1. Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatosa. Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).

Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi


setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema
juga dapat terjadi. (Safe Motherhood:2000)

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk


menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg
atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg
atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan
diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih,
maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-
eklampsia.

Edema dapat terjadi di bagian berikut:

1) Bagian depan kaki (pra-tibia)


2) Tangan, jari-jari tangan

3
3) Wajah, kelopak mata
4) Dinding abdomen
5) Daerah sakrum
6) Vulva (Safe Motherhood:2000)

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l dalam
urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l atau
lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.

Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan


berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan”

a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg
atau lebih
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
c. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
e. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)

Temuan Pra-eklampsia Ringan Pra-eklampsia Berat

Tekanan darah diastolik Meningkat sebesar 15- Meningkat >20 mmHg


20mmHg atau nilai atau nilai absolut >100
absolut >90 tetapi <100

Proteinuria Renik atau 1+ 2+ atau semakin besar


secara persisten

Edema generalisata Tidak ada Ada


(termasuk wajah &
tangan)

Sakit kepala Tidak ada Ada


4
Gangguan penglihatan Tidak ada Ada

Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Menurunnya gerakan Tidak ada Ada


janin

Tabel Klasifikasi Pra-eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.

B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab
penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:

1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas, kehamilan ganda,


hidramnion, dan mola hidatidosa.
2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4) Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.Banyak


teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan.Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab pre-eklampsia adalah teori “iskemia plasenta”.Namun teori belum dapat
menerangkan semuahal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, 1998).
Adapun teori-teori tersebut adalah;

5
a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel sendotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin
meningkat.Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosterone menurun.Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volumeplasma (Y, Joko, 2002).
b) Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada
kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna.Pada pre-eklampsia terjadi kompleks
imun humoral dan aktivasi komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan
terjadinya pembentukan proteinuria.
c) Peran Faktor Genetik
Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.pre-eklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita pre-eklampsia.
d) Iskemik dari Uterus
Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e) Defisiensi Kalsium
Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan
vasodilatasi dari pembuluh darah (Joane, 2006).
f) Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam
pathogenesis terjadinya pre-eklampsia.Fibronektin dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam
darah wanita hamil dengan pre-eklampsia. Kenaikan kadar fibronektin
sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin
akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat Koerniawan).

6
C. Patofisiologi
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu.  Oleh karena
itu,  sebagian besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita
eklampsia yang meninggal.  Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati
dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada
pre-eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia. 
Perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas
pada pre-eklampsia dan eklampsia.  Perdarahan,  infark,  nekrosis,  dan trombosis
pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat
tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. 
Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam
patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)

1) Pathologi dan patogenesis

Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan
eklampsia :
1. Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi
kapiler
2. Endoteliosis kapiler glomeruler.
3. Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
(Kemenkes, 2008)

2) Perubahan anatomi-patologik
Plasenta.  Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis
desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta.  Perubahan
plasenta normal seba akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, 
menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis,  dan konversi
mesoderm menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia
dan hipertensi.  Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium, 
sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma.  Arteria spiralis mengalami konstriksi dan
penyempitan,  akibat aterosis akut disertai necrotizing teriopathy.

7
Ginjal.Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak.  Pada simpai
ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968) 
menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa:  1)  kelainan
glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-
tubulus Henle; 4) spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan
sebagai berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan
mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding kapiler glomerulus seolah-
olah terbelah, tetapi ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop electron
disebabkan oleh bertambahnya maktriks mesangial; c) sel-sel kapiler
membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d) penimbunan zat protein
berupa serabut ditemukan dalam kapsul Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertambah dengan
pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti
sel terpecah-pecah.Pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali.
Pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria
dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air.Sesudah
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang,
hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.

Hati. Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan


tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan mikrosopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada
tepi lobules, disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di
sekitar vena porta. Walaupun umumnya lokasi ialah periportal, namun
perubahan tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat lain. Dalam pada itu,
rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat penyakit dan luas
perubahan pada hati.

8
Otak.Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.

Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus


pada arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena
tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada
diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik,
karena retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan
eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut
menunjukkan adanya hipertensi menahun.

Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan


perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan abses paru-paru.

Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia


jantung biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering
ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan
perdarahan.Sheehan (1958) menggambarkan perdarahan subendokardial di
sebelah kiri septum inteventrikulare pada kira-kira dua pertiga eklampsia yang
meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit.

Kelenjar adrenal.Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa


perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.

3) Perubahan fisiologi patologik

Perubahan patologik yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus


pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.Dengan biopsy ginjal,
Altchek dkk.(1968) menemukan spasmus yang hebat pada arteriola
glomelurus.Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga
hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.Bila dianggap spasmus arteriola
juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah
9
yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan
perifer, agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.Kenaikan berat badan dan
edema disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstitialbelum diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada preeklamsia
dijumpai kadar aldosterone yang rendah dan konsentrasi proklatin yang tinggi
daripada kehamilan normal. Aldosterone penting utuk mempertahankan
volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.Pada preeklamsia
permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke


plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi yanglebih pendek bisa
terjadi gawat-janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenisasi.

Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan


pada pre-eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.

Perubahan pada ginjal.Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran


darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus
mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan
proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.Mekanisme
retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan
dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air.Peranan
kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air belum diketahui benar.

Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat


dari clearance asam urik. Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50% dari
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria atau anuria.

Perubahan pada retina.Pada pre-eklampsia tampak edema retina,


spasma setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang
terlihat perdarahan atau eksudat.

10
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vascular yang
menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila
terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.

Spasmus arteri retina yang nyatamenunjkan adanya pre-eklampsia berat,


walaupun demikian, vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-
eklampsia ringan.

Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan
buta sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Gangguab penglihatan secara tetap jarang ditemukan.

Skotoma, diplopia, dan amblyopia pada penderita pre-eklampsia merupakan


gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan
oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau
dalam retina.

Perubahan pada paru-paru.Edema paru-paru merupakan sebab utama


kematian penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.

Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh


darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada
eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen
oleh otak hanya menurun pada eklampsia.

Metabolisme air dan elektrolit.Hemokonsentrasi yang menyertai pre-


eklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya.Terjadi disini pergeseran
cairan dan ruang intravascular ke ruang intertisial.Kejadian ini yang diikuti
oleh kenaikan hematocrit, peningkatan protein serum, dan sering
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah mengurang, viskositet
darah meningkat, waktu peredaran darah tapi lebih lama.Karena itu, aliran
darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat
hipoksia.Engan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga

11
turunnya hematocrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan
penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.

Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-
eklampsia daripada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi
menahun. Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.

Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukan perubahan


yang nyata pada pre-elampsia.Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan
klorida dala serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonas, dan Ph pun normal.

D. Faktor Penyebab
Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui
dengan pasti, penyakit ini masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001).
Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang
mempunyai faktor predisposisi terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro
(2008) faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
a. Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan
usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Pre-eklampsia yang meningkat di
usia muda dihubungkan belum sempurna organ-organ yang ada di tubuh
wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang
stabil juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia di usia muda. Bertambahnya
umur wanita berkaitan dengan perubahan pada system kardiovskular dan
secara teoritis preeclampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel
yang merupakan bagian dari pembuluh darah. Preeclampsia-eklampsia hampir
secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat
mendapatkan preeclampsia dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
b. Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun,
12
jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 20
thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran
ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin
(Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dn
gravid pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
preeclampsia-eklampsia.
c. Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling
mugkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada
hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meingkatkan resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko
terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan dapat diturunkan pada anak
perempuannya (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008), ada faktor
keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial
dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeclampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeclampsia pula, sedangkan hanya 8% nak menantu mengalami
preeclampsia.
d. Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi
yang rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian
preeclampsia. Beberpa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang
baik mengurangi terjadinya preekalampsia.
e. Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis.
Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin
itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada
kehamilan kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar
mempunyai risiko untuk berkembangnya preeclampsia. Kejadian preeclampsia
pada kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan
tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat pada
kehamilan kembar tiga dan seterusnya. (Karkata, 2006)

13
f. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi
endotel pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang
menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.

E. Penatalaksanaan
1. Pre-eklampsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan
eklampsia; (2) melahirkanjanin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik.
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia
dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin
dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat
badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar dari di
dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau
seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk kehamilan ialah :
(1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan (2) pre-
eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan
janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat; (4) eklampsia.

Penanganan pre-eklampsia ringan


Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran
darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan
vena pada ekstrimitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut
bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar.
Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema

14
berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita
dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Apakah restriksi garam berpengaruh
nyata terhadap pre-eklampsia, masih belum ada persesuaian faham. Ada yang
menyatakan bahwa jumlah garam pada makanan sehari-hari tidak berpengaruh
banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, penulis lain sebaliknya menganjurkan
garam dalam diet penderita.
Pada umumnya pemberian diuretika dan antihipertensiva pada pre-eklampsia
ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses
penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat
obat tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat. Biasanya
dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan dan edema
turun, proteinuria tidak atau mengurang. Setelah keadaan menjadi normal
kembali penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering
daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi
berlangsung. Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal
di rumah sakit. Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan
kadar dalam air kencing berulang kali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan
lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa induksi persalinan yang dilakukan terlalu dini
akan merugikan karena bahaya prematuritas, sebaliknya induksi yang terlambat
dengan adanya insufisiensi plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin.
Bila keadaan janin mengizinkan, ditunggu dengan melakukan induksi persalinan,
sampai kehamilan cukup atau lebih dari 37 minggu.
Beberapa pre-eklampsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini
pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.

Penanganan pre-eklampsia berat


Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah
rimbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi,
dapat difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini
perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklampsia. Sebagai pengobatan untuk

15
mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: (1) larutan sulfas magnesikus
40% sebanyak 10ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan
sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik refleks patella
positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat tersebut, selain
menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis; (2)
Klorpromazin 50mg intramuskulus; (3) Diazepam 20mg intrmuskulus.

Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan


Rangsangan untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari
penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat. Maka dari
itu, pre-eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Tidak boleh dilupakan bahwa kadang – kadang hipertensi timbul untuk
pertama kali dalam persalinan dan dapat menjadi eklampsia, walaupun pada
pemeriksaan antenatal tidak ditemukan tanda – tanda pre-eklampsia. Dengan
demikian, pada persalinan normal pun tekanan darah perlu diperiksa berulang –
ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap protein.
Untuk penderita pre-eklampsia diperlukan analgetika dan sedativa lebih
banyak dalam persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya
perdarahan dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat – syarat telah
dipenuhi, hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum
dengan memberikan narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada susunan
saraf pusat. Anastesia lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi
dan penderita masih somnolen karena pengaruh obat.
Ergometrin menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan
tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III
tidak dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri.
Pemberian obat penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada
kemungkinan setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsia
timbul. Selanjutan obat tersebut obat tersebut dikurangi secara tertahap dalam 3 –
4 hari.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin diancam bahaya hipoksia,
dan pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I,

16
dilakukan sebera seksio-sesarea; pada kala II dilakukan ekstaksi dengan cunam
atau ekstraktor vakum. Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia
neonatorum karena hipoksia intrauterin, pengaruh obat penenang, atau narkosis
umum, sehingga diperlukan resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk
keperluan tersebut perlu disediakan. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)

BAB III
TINJAUAN KASUS

17
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMPSIA

1. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN ANTENATAL/ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU HAMIL

Nama Mahasiswa : Elsa Andriyani Tgl Pengkajian : 02/02/2017


NPM : 34403015280 Rumah Sakit : RS Akper Jayakarta

I. DATA UMUM
Initial Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. O

Usia : 29 Usia : 35

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan : SMA


Alamat/Tepl : Ciracas Alamat/Tlp : Ciracas
Status perkawinan : Kawin Lama perkawinan: 17 th
Tahun : 2014
Kawin : 1 Kali

Riwayat Kesehatan Sekarang


Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2020
datang ke poliklinik untuk memeriksakan kehamilannya, ibu diantar suaminya dengan
keluhan penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya pembengkakan
pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, tekanan darah >
160/110mmHg nadi 88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat

18
proteinuria . Hasil pemeriksaan: TFU 1/3 diatas pusat, DJJ tidak terdengar, sering mengeluh
sakit kepala dan tengkuk bagian belakang tegang.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Komplika Anak
Anak si Nipas
ke Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PB Keadaan &
Kehamilan umur skrg
1 39 minggu - Nor Bidan - - Laki 3200 50 Baik
mal 2 tahun

Pengalaman menyusui : ya/tidak berapa lama: 1 tahun

Riwayat penyakit lalu: Tidak ada


Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Mellitus Jantung
Hipertensi Lain-lain, Sebutkan.......................................................

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain; sebutkan.......................
......................................................................................................................

Riwayat Kehamilan Saat Ini


HPHT: 1 Juli 2020 Taksiran Partus: 8 April 2020
Usia Kehamilan Sekarang: 28 minggu
BB sebelum hamil: 50kg TD sebelum Hamil 110/80 mm/Hg
Riwayat imunisasi TT : ya/tidak, bila ya............. berapa kali diberikan:.....................

19
N BB/TD TFU Letak/presentasi DJJ Usia Keluhan
Janin Gestasi
o
1 58 kg 1/3 Leopold I : bokong (-) 28 mgg Sakit kepala,
. > diatas Leopold II : kanan: Djj (-), edema
160/110 pusat punggung kaki, jari
mmHg Kiri : bagian kecil tangan, wajah

Leopold III : kepala dan kelopak


mata,
Penurunan kepala: belum
Proteinuria
Leopold IV
bagian janin, kepala belum
masuk PAP

II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : G2 P1A0 H 28 Minggu

Keadaan Umum :

Kesadaran: Compos mentis BB: 58Kg, TB:160Cm

Tanda Vital TD : 160/110 mmHg, Nd: 88 x/ menit Sh 360C, RR 20 x/menit

Kepala Leher

Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri
tekan

Mata : Konjungtiva: Tidak pucat Sklera: Tidak ikterik

Terdapat edema pada kelopak mata dan wajah

Pengelihatan kabur

Hidung : Simetris

Pengeluaran: tidak ada, Polip: tidak ada

Mulut : Stomatitis: Tidak ada

Gusi: Tidak epulitis, kemerahan


20
Caries: Tidak ada

Rongga mulut dan lidah: Bersih

Telinga : Simestris, Tidak ada kotoran telinga

Leher : Pembesaran tyroid: Tidak ada

Kelenjar getah bening: Tidak ada

Vena jugularis: Tidak ada

Masalah khusus: Terdapat edema pada kelopak mata Ny.R

Pengelihatan kabur

Dada

Jantung : Bunyi lup-dub

Paru : Tidak ada bunyi wheezing dan sesak

Payudara : Simetris kiri dan kanan

Pengeluaran ASI: Belum ada

Putting susu :Terdapat hiperpigmentasi


Masalah Khusus: Pengeluaran ASI pada riwayat kehamilan pertama dimulai saat
minggu ke 32, Ny. R mengatakan pengeluaran ASI nya agak sedikit dan harus
dipompa terlebih dahulu agar pengeluaran ASI meningkat.

Abdomen
Uterus :

Tinggi pundus uteri; 25 cm, Kontraksi: ya/tidak


Leopold I : kepala / bokong / kosong
Leopold II : kanan: punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Leopold III : kepala/bokong/kosong
21
Penurunan kepala: sudah/belum
Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP

Pigmentasi :
Linea nigra : Ada
Striae : Ada
Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah
Masalah khusus : Tidak ada

Pemeriksaan Panggul Luar


Distansia Spinarum :25cm
Distansia Crimstarum :29cm
Conjungata Eksterna :18cm
Lingkar Panggul :80cm

Perineum dan Genetal


Vagina varises : Tidak ada
Kebersiahannya : Vagina Ny.R terlihat bersih
Keputihan
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemoroid:ya/tidak derajat: - lokasi: -
Berapa lama : - nyrei : ya/tidak
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada vagina Ny.R

Ekstremitas
Ekstremitas atas: edema Ya/ Tidak
Inspeksi ; Tangan Ny.R terlihat bengkak

22
Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi
varises Ya / Tidak

Ekstremitas bawah: edema Ya/ Tidak


Inspeksi ; Kaki Ny.R terlihat bengkak
Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi
varises Ya/ Tidak
Replek patella: + kanan dan kiri
Masalah khusus : Terdapat edema pada ekstremitas bawah dan atas pasien

Eliminasi
Urine : Frekuensi: 4x dalam sehari
Konsistensi: Kuning jernih
Keluhan: Tidak ada
BAB : Frekuensi: 1x dalam sehari
Konsistensi: Lunak
Keluhan: Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur: kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekwensi


Pola tidur saat ini: 5 jam
Kebutuhan ketidaknyamanan: ya/tidak, Lokasi kepala sifat menjalar
Intensitas sedang

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi : Ny.R masih dapat beraktivitas dengan baik


23
Latihan/senam : Ny.R biasanya melakukan senam hamil 2x seminggu
Masalah khusus : Tidak ada

Nutrisi dan Cairan


Asupan Nutrisi : 3x/hari (1 porsi)
Asupan Cairan : 1 lt/hari
Masalah khusus :-

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan:


Tidak ada

pola seksualitas
masalah seksualitas ya Tidak, bila ya, sebutkan.....................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persiapan Persalinan

Senam hamil
Rencana tempat melahirkan: RS Jayakarta
Perlengkapan kehidupan bayi dan Ibu..................................................................
Kesiapan mental ibu dan keluarga........................................................................
Pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan
Perawatan payudara

Obat – obat yang di konsumsi saat ini :


Obat antihipertensi: Fenobarbital 3x30 mg sehar

Hasil pemeriksaan penunjang


24
Proteinuria 0,4 g/24jam
Trombosit 90.000 sel/mm3

Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan
dapat juga menurunkan tekanan darah.

Rangkuman hasil pengkajian


Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017
mengeluh penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya
pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak
mata yang mengindikasikan bahwa Ny.R mengalami gangguan Kelebihan Volume
Cairan, tekanan darah > 140/90 mmHg yang menyebabkan Ny. R mengalami
gangguan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak nadi 88x/mnt suhu 36oC,
dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria. Hasil pemeriksaan: TFU 1/3
diatas pusat, DJJ tidak terdengar yang dapat menimbulkan Resiko gangguan
hubungan ibu-janin, sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang
tegang merupakan tanda dan gejala dari hipertensi akibat pre-eklampsia yang saat ini
sedang dialami.

HPHT 1 Juli 2016

Leopold I : kepala / bokong / kosong


Leopold II : kanan: punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong
Leopold III : kepala/bokong/kosong
Penurunan kepala: sudah/belum
Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP

a. Data fokus

Data subjektif Data objektif


25
Pasien mengeluh penambahan berat Tekanan darah > 140/90 mmHg
badan yang berlebihan, Nadi 88x/mnt
Pasien mengeluh adanya Suhu 36oC
pembengkakan pada kaki (edema), Hasil laboratorium proteinuria
jari tangan dan pada wajah terutama TFU 1/3 diatas pusat,
pada kelopak mata DJJ tidak terdengar
Pasien mengatakan sering mengeluh
sakit kepala dan tengkuk bagian
belakang tegang.

b. Analisa data

Masalah/Problem Etiologi Symptom/Data


Kelebihan volume cairan Gangguan mekanisme DS:
regulasi Pasien mengeluh
adanya pembengkakan
pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah
terutama pada kelopak
mata

DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera biologis DS:
(hipertensi) Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang.

DO:

26
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko ketidakefektifan Hipertensi DS:
perfusi jaringan otak
Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang,
edema.

DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko gangguan Komplikasi kehamilan
hubungan ibu-janin (preeclampsia)

2. DIAGNOSA
Rumusan diagnose keperawatan terkait kasus:

1) Domain 2: Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ
tidak terdengar, proteinuria.
2) Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Hipertensi
ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang, edema.TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC

27
3) Domain 8: Seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi
kehamilan

28
3. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan teratasi Intervensi keperawatan yang
berhubungan dengan yang dibuktikan dengan: disarankan untuk
gangguan mekanisme regulasi 1. Keseimbangan cairan dengan menyelesaikan masalah:
ditandai dengan: criteria hasil: 1. Manajemen cairan dengan
DS: a. Intake dan output aktivitas:
Pasien mengeluh adanya seimbang a. Jaga intake/asupan yang a. Untuk menjaga
pembengkakan pada kaki b. Turgor kulit elastic akurat dan catat output keseimbangan cairan
(edema), jari tangan dan pada c. Berat badan stabil b. Kaji lokasi dan luasnya b. Untuk mengetahui
wajah terutama pada kelopak edema keadaan edema pasien
mata 2. Pengetahuan: Manajemen c. Monitor hasil c. Untuk memantau
Hipertensi laboratorium yang perkembangan hasil
DO: a. Mengetahui efek terapeutik relevan dengan retensi laboratorium pasien
TD > 140/90 mmHg obat yang diberikan cairan (pantau kadar
DJJ tidak terdengar b. Memiliki pengetahuan protein dalam urine)
Proteinuria tentang pemantauan
tekanan darah 2. Manajemen Hipervolemia
c. Pengetahuan tentang dengan aktivitas: a. Untuk mengetahui
strategi mengelola stress a. Timbang berat badan keadaan vital pasien
tiap hari dengan waktu
29
d. Mengetahui pentingnya yang sama
mematuhi pengobatan b. Monitor edema perifer

c. Reposisi pasien dengan


edema dependen secara a. Untuk memantau
teratur perubahan berat badan
d. Tingkatkan integritas pasien secara teratur
kulit (mencegah b. Memantau keadaan
gesekan, hindari edema
kelembaban yang c. Untuk mencegah adanya
berlebihan) pada pasien tekanan pada edema
edema dependen
d. Untuk mencegah adanya
gesekan pada area yang
edema

2. Resiko ketidakefektifan Ketidakefektifan perfusi jaringan Intervensi keperawatan yang

30
perfusi jaringan perifer perifer teratasi yang dibuktikan disarankan untuk
berhubungan dengan dengan: menyelesaikan masalah:
Hipertensi ditandai dengan 1) Status sirkulasi dengan kriteria 1) Monitor tanda-tanda vital
pasien mengatakan sering hasil: dengan aktivitas:
mengeluh sakit kepala dan a) Tidak ada edema perifer  Monitor tekanan darah,
tengkuk bagian belakang b) Wajah tidak pucat nadi, suhu, dan status
tegang, edema. TD > 140/90 pernpasan dengan tepat
mmHgNadi 88x/mnt Suhu 2) Keparahan hipertensi membaik
36oC dengan kriteria hasil:
a) Tidak ada sakit kepala
b) Tidak ada pusing

3) Memiliki pengetahuan
manajemen hipertensi dengan
kriteria hasil:
a) Tekanan darah 120/80
b) Mengetahui tanda dan
gejala eksaserbasi
hipertensi
3 Resiko gangguan hubungan Resiko gangguan hubungan ibu- Intervensi keperawatan yang
ibu-janin berhubungan janin teratasi yang dibuktikan disarankan untuk

31
dengan komplikasi dengan: menyelesaikan masalah:
kehamilan 1) Status janin : Antepartum baik 1) Perawatan prenatal, dengan
dengan kriteria hasil: aktivitas:
a) Denyut jantung janin 120 – a) Monitor denyut
160 jantung janin
b) Monitor gangguan
2) Pengetahuan : kehamilan hipertensi (tekanan
a) Pola pergerakan janin baik darah, edema
b) Perubahan anatomi dan pergelangan kaki,
fisiologis kehamilan tangan dan wajah
sesuai tingkat dan proteinuria)
keseimbangan 2) Pencegahan kejang dengan
aktivitas:
3) Kontrol kejang sendiri a) Intruksikan pasien
dengan kriteria hasil: mengenai potensial
a) Mencegah faktor dari faktor resiko
resiko/pemicu kejang b) Intruksikan pasien
untuk memanggil
jika dirasa tanda
akan terjadinya
kejang

32
c) Intruksikan
keluarga/SO
mengenai
pertolongan pertama
pada kejang

3. IMPLEMENTASI

Tanggal/Jam No. Dx Catatan Tindakan Tanda Tangan


(Respon subjektif, objektif, hasil)
02/02/2017 1 A. Manajemen cairan Zr. Elsa
08.0 WIB 1. Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat output
a. Respon subjektif : pasien mengatakanakan minum sesuai yang
diperintahkan
b. Respon objektif : intake dan output sudah terlihat akurat

08.15 WIB 2. Mengkaji lokasi dan luasnya edema


Zr. Disa
a. Respon subjektif :pasien mengatakan terdapat bengkak dikaki
b. Respon objektif :terdapat edema di area kaki

33
09.00 WIB
3. Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (pantau
Zr. Tantri
kadar protein dalam urine)
a. Respon subjektif : -
b. Respon objektif :kadar protein dalam urin masih tinggi
Hasil laboratorium : 200mg/24jam

B. Manajemen Hipervolemia dengan aktivitas:


09.45 WIB 1. Menimbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama Zr. Vriscillia
g. RS : -
h. RO : BB pasien berkurang 1kg
Zr. Tantri
2. Memantau adanya edema perifer
10.00 WIB
a. RS : -
b. RO :kaki pasien terlihat bengkak
10.15 WIB 3. Melakukan reposisi pasien dengan edema dependen secara teratur Zr. Elsa
RS :pasien mengatakan tidak kesulitan bergerak
RO : pasien dapat mengubah posisi miring kanan miring kiri
Zr. Disa
4. Meningkatkan integritas kulit (mencegah gesekan, hindari kelembaban yang
10.30 WIB
berlebihan) pada pasien edema dependen
RS :pasien mengatakan tidak terjadi lecet dan selalu mengganti pakaian saat
berkeringat

34
RO :pasien miring kanan dan kiri dengan perlahan untuk menghindari

02/02/2017 2 1) Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan Zr. Ratih
11.00 WIB RS : -
RO :
 TD : 130/90 mmHg
 S : 36,5o C
 N : 88 x/menit
 RR : 20 x/menit

02/02/2017 3
17.00 WIB 1) Memantau denyut jantung janin Zr. Elsa
RS: -
RO: Denyut jantung janin tidak terdengar

17.30 WIB 2) Mengidentifikasi gangguan hipertensi (tekanan darah, edema pergelangan kaki, Zr. Tantri
tangan dan wajah dan proteinuria)
RS: Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak
RO: TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat edema pada tungkai
kanan dan kiri
A. EVALUASI

35
No. Tanggal No. Dx SOAP Paraf
KEP
1 03/02/2017 1 S:
 Pasien mengatakan sudah memahami tentang keadaan Zr. Tantri
cairan tubuh secara umum untuk mempertahankannya
dan tetap seimbang.
 Pasien mengatakan bengkak dikaki.

O:
 Intake dan output sudah seimbang.
 Terdapat edema di area kaki
 Berat badan pasien berkurang
 Kaki pasien masih terlihat bengkak
 Pasien dapat mengubah posisi miring kanan miring kiri

A : Masalah belum teratasi


P:
 Menjaga intake/asupan yang akurat dan catat output
 Mengkaji lokasi dan luasnya edema.
 Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan

36
retensi cairan (pantau kadar protein dalam urine).
 Timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama.
 Monitor edema perifer.
 Reposisi pasien dengan edema dependen secara teratur.
 Tingkatkan integritas kulit (mencegah gesekan, hindari
kelembaban yang berlebihan) pada pasien edema
dependen

2 03/02/2017 2 S:-
O: Zr. Disa
 TD : 130/90 mmHg
S : 36,5o C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit

A : Masalah belum teratasi


P:
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernpasan
dengan tepat
 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
 Dukung istirahat/tidur yang adekuat yang membantu
37
penurunan

3/2/2007 3 S:
 Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak

O:
 Denyut jantung janin tidak terdengar
 TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat
edema pada tungkai kanan dan kiri
A : Masalah belom teratasi
P:
 Monitor denyut jantung janin
 Monitor gangguan hipertensi (tekanan darah, edema
pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)

38
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai


klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak
menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi
dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada
klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk
mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan
dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat.

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan


proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatosa. Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-
sebab penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Pre-eklampsia: merupakan kelainan multisystem: ditandai selama
kehamilan oleh:Hipertensi, edema, proteinuria. Umumnya terlihat pada:Primigravida,
kehamilan trimester ke-2. Risiko pre-eklampsia adalah 5-7% pada kehamilan.
Eklampsia: konvulsi (kejang) yang terjadi sebagai komplikasi kehamilan dinamakan
eklamsia.Gambaran utama:Fase tonik dan klonik yang diikuti oleh ketidaksadaran
dengan durasi yang beragam.Sebagian besar kasus didahului oleh hipertensi
intrapartum (PIH), kadang-kadang eklampsia terjadi tanpa tanda-tanda tersebut,
Eklampsia paling sering terjadi pada kehamilan trimester ketiga:Intrapartum,
postpartum

39
2. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya
mahasiswa Akper Jayakarta dapat lebih mengetahui dan memahami tentang Pre-
eklampsia dan Eklampsia. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta

Angsar D. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawowihardjo

Benson, R.C., Pernollm M.L. 1994. Handbookof Obstetrics and Gyencology. United States:
McGraw-Hill.

Karkata, MK. 2006. ‘Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan’, Indonesian
Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1

Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (1991). Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Roeshadi, R.H. 2004. Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan, Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan Kaltim.


http://www.infomedika.com

Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher

Wiknjosastro H, Prawiroharjo. 2008. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak,
dalam: Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

41

Anda mungkin juga menyukai