Tugas Kel Maternitas Kelompok I
Tugas Kel Maternitas Kelompok I
TUGAS KELOMPOK
“ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMPSI”
OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA NIM
SALLY VIOLETA TAMARA PO71202220011
LASRO THERESIA PO71202222041
RENI HERYANI PO71202220059
KEVIN PO71202220042
MISWIYANTI PO71202220015
VINA FEBRIOLA PO71202220052
SITI KHOLILAH PO71202220029
RUSTINI PO71202220023
WULAN PO71202220048
DONI PO71202220017
A. Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan,
masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang
dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien
dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi
6rmasalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-
penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan
dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan
kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong
persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40
hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Preeclampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.Preeclampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur 20 minggu atausegera
setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik (Ammiruddin dkk, 2007).Preeclampsia terjadi karena adanya mekanisme
imunolog yang kompleks, aliran darah ke plasenta berkurang, akibatnyasuplai zat
makanan yang dibutuhkan janin berkurang.Penyebabnya karena penyempitan
pembuluh darah yang unik, yang tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan
(Indiarti, 2009 & Cuningham, 2001).Perdarahan, infeksi, dan eklampsia, merupakan
komplikasi yang tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi
ibu hamil yang telah diidentifikasi normal (Senewe & Sulistiawati, 2006).
B. Rumusan Masalah
1 Apa saja kemungkinan yang terjadi pada kasus tersebut ?
2 Jelaskan definisi kasus tersebut?
3 Apakah etiologi kasus tersebut?
4 Jelaskan faktor predisposisi dari preeclampsia?
5 Jelaskan tanda dan gejala pre-eklampsia dan eklamsia?
6 Apakah perbedaan antara pre-eklampsia dan eklampsia?
7 Bagaimanakan patofisiologi pada kasus pre-eklampsia dengan eklampsia?
8 Apakah komplikasi dari yang mungkin terjadi jika ibu tidak tertangani dengan
baik?
9 Apakah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk kasus diatas?
10 Bagaimana cara penatalaksanaan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia?
11 Buatlah asuhan keperawatan pada kasus pre-eklampsia dan eklampsia!
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang keperawatan maternitas.
2) Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tanda dan gejala, etiologi pada
kasus tersbut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatosa. Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-
eklampsia.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l dalam
urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l atau
lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg
atau lebih
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
c. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
e. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
2. Eklampsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah – olah gejala – gejala eklamsia timbul dengan tiba
– tiba tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa
eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan
tanda – tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul
serangan kejangan uang diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya
eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum, eklampsia
puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali
persalinan mulai tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului olah pre-eklampsia,
tampak pentingmya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha
untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal
yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre-
eklampsia yang sempurna.
Di negara – negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara
0,3% - 0,7%, sedang di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu
0,05% - 0,1%.
Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya
tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah
diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikian,
eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada;
(2) kejangan karena obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke
dalam vena, dapat timbul kejangan; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,
perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain – lain
B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab
penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
C. Patofisiologi
1. Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena
itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita
eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati
dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada
pre-eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia.
Perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas
pada pre-eklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis
pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat
tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola.
Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam
patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan
eklampsia :
1. Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi
kapiler
2. Endoteliosis kapiler glomeruler.
3. Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
(Kemenkes, 2008)
2) Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis
desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan
plasenta normal seba akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,
menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis, dan konversi
mesoderm menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia
dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium,
sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan
penyempitan, akibat aterosis akut disertai necrotizing teriopathy.
Ginjal.Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai
ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968)
menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan
glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-
tubulus Henle; 4) spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan
sebagai berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan
mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding kapiler glomerulus seolah-
olah terbelah, tetapi ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop electron
disebabkan oleh bertambahnya maktriks mesangial; c) sel-sel kapiler
membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d) penimbunan zat protein
berupa serabut ditemukan dalam kapsul Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertambah dengan
pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti
sel terpecah-pecah.Pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali.
Pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria
dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air.Sesudah
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang,
hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan
buta sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Gangguab penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-
eklampsia daripada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi
menahun. Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
2. Eklampsia
Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik
untuk sementara, asidum laktikum dan asam organic lain naik, dan bikarbonas
natrikus, sehungga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejangan, zat
organic dioksidasi, sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan
asam karbonik menjadi bikarbonas natrikus. Dengan demiian, cadangan alali
dapat pulih kembali.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter
untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan
normal asam urat melewati glomelurus dengan sempurna untuk diserap kembali
dengan sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh
tubulus kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomelurus menyebabkan
filtrasi asam urat mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan
tetapi, kadar asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya,
pemakaian diuretika golongan tiazid menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin
dan tekanan osmotic plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit
yang berat dengan hemokonsentrasi.
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar
tersebut lebih meningkat lagi pada pre-eklampsia.Waktu pembekuan lebih pendek
dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
(Prawirohardjo, Sarwono. 1991)
D. Faktor Penyebab
1. Pre-eklampsia
Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui
dengan pasti, penyakit ini masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001).
Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang
mempunyai faktor predisposisi terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro
(2008) faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
a. Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan
usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Pre-eklampsia yang meningkat di
usia muda dihubungkan belum sempurna organ-organ yang ada di tubuh
wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang
stabil juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia di usia muda. Bertambahnya
umur wanita berkaitan dengan perubahan pada system kardiovskular dan
secara teoritis preeclampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel
yang merupakan bagian dari pembuluh darah. Preeclampsia-eklampsia hampir
secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat
mendapatkan preeclampsia dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
b. Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun,
jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 20
thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran
ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin
(Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dn
gravid pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
preeclampsia-eklampsia.
c. Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling
mugkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada
hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meingkatkan resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko
terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan dapat diturunkan pada anak
perempuannya (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008), ada faktor
keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial
dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeclampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeclampsia pula, sedangkan hanya 8% nak menantu mengalami
preeclampsia.
d. Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi
yang rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian
preeclampsia. Beberpa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang
baik mengurangi terjadinya preekalampsia.
e. Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis.
Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin
itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada
kehamilan kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar
mempunyai risiko untuk berkembangnya preeclampsia. Kejadian preeclampsia
pada kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan
tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat pada
kehamilan kembar tiga dan seterusnya. (Karkata, 2006)
f. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi
endotel pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang
menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.
2. Eklampsia
Faktor risiko pada eklampsia adalah:
1) Primigravida
2) Wanita gemuk
3) Wanita dengan:
Hipertensi esensial, kehamilan kembar, polihidramnion, diabetes, mola
hidatiform
4) Riwayat pre-eklampsia atau eklampsia pada kehamilan sebelumnya
5) Riwayat eklampsia keluarga
E. Penatalaksanaan
1. Pre-eklampsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan
eklampsia; (2) melahirkanjanin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik.
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia
dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin
dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat
badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar dari di
dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau
seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk kehamilan ialah :
(1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan (2) pre-
eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan
janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat; (4) eklampsia.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA UMUM
Initial Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. O
Usia : 29 Usia : 35
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain; sebutkan.......................
......................................................................................................................
Kepala Leher
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri
tekan
Hidung : Simetris
Dada
Abdomen
Uterus :
Pigmentasi :
Linea nigra : Ada
Striae : Ada
Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah
Masalah khusus : Tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas atas: edema Ya/ Tidak
Inspeksi ; Tangan Ny.R terlihat bengkak
Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi
varises Ya / Tidak
Eliminasi
Urine : Frekuensi: 4x dalam sehari
Konsistensi: Kuning jernih
Keluhan: Tidak ada
BAB : Frekuensi: 1x dalam sehari
Konsistensi: Lunak
Keluhan: Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
pola seksualitas
masalah seksualitas ya Tidak, bila ya, sebutkan.....................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Persiapan Persalinan
Senam hamil
Rencana tempat melahirkan: RS Jayakarta
Perlengkapan kehidupan bayi dan Ibu..................................................................
Kesiapan mental ibu dan keluarga........................................................................
Pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan
Perawatan payudara
Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan
dapat juga menurunkan tekanan darah.
a. Data fokus
b. Analisa data
DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera biologis DS:
(hipertensi) Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko ketidakefektifan Hipertensi DS:
perfusi jaringan otak
Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang,
edema.
DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko gangguan Komplikasi kehamilan
hubungan ibu-janin (preeclampsia)
1. DIAGNOSA
Rumusan diagnose keperawatan terkait kasus:
1) Domain 2: Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ
tidak terdengar, proteinuria.
2) Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Hipertensi
ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang, edema.TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC
3) Domain 8: Seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi
kehamilan
2. INTERVENSI
3) Memiliki pengetahuan
manajemen hipertensi dengan
kriteria hasil:
a) Tekanan darah 120/80
b) Mengetahui tanda dan
gejala eksaserbasi
hipertensi
3 Resiko gangguan hubungan Resiko gangguan hubungan ibu- Intervensi keperawatan yang
ibu-janin berhubungan janin teratasi yang dibuktikan disarankan untuk
dengan komplikasi dengan: menyelesaikan masalah:
1) Status janin : Antepartum baik 1) Perawatan prenatal, dengan
kehamilan dengan kriteria hasil: aktivitas:
a) Denyut jantung janin 120 – a) Monitor denyut
160 jantung janin
b) Monitor gangguan
2) Pengetahuan : kehamilan hipertensi (tekanan
a) Pola pergerakan janin baik darah, edema
b) Perubahan anatomi dan pergelangan kaki,
fisiologis kehamilan tangan dan wajah
sesuai tingkat dan proteinuria)
keseimbangan 2) Pencegahan kejang dengan
aktivitas:
3) Kontrol kejang sendiri a) Intruksikan pasien
dengan kriteria hasil: mengenai potensial
a) Mencegah faktor dari faktor resiko
resiko/pemicu kejang b) Intruksikan pasien
untuk memanggil
jika dirasa tanda
akan terjadinya
kejang
c) Intruksikan
keluarga/SO
mengenai
pertolongan pertama
pada kejang
3. IMPLEMENTASI
09.00 WIB 3. Memonitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (pantau
kadar protein dalam urine)
a. Respon subjektif : -
b. Respon objektif :kadar protein dalam urin masih tinggi
Hasil laboratorium : 200mg/24jam
31/06/2022 3
17.00 WIB 1) Memantau denyut jantung janin
RS: -
RO: Denyut jantung janin tidak terdengar
17.30 WIB 2) Mengidentifikasi gangguan hipertensi (tekanan darah, edema pergelangan kaki,
tangan dan wajah dan proteinuria)
RS: Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak
RO: TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat edema pada tungkai
kanan dan kiri
A. EVALUASI
O:
Intake dan output sudah seimbang.
Terdapat edema di area kaki
Berat badan pasien berkurang
Kaki pasien masih terlihat bengkak
Pasien dapat mengubah posisi miring kanan miring kiri
2 01/08/2022 2 S:-
O: Zr. Disa
TD : 130/90 mmHg
S : 36,5o C
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
01/8/2022 3 S:
Pasien mengatakan tungkai kanan kiri bengkak
O:
Denyut jantung janin tidak terdengar
TD: > 130/90 mmHg, hasil lab proteinuria, terdapat
edema pada tungkai kanan dan kiri
A : Masalah belom teratasi
P:
Monitor denyut jantung janin
Monitor gangguan hipertensi (tekanan darah, edema
pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Jawaban:
Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasma setempat atau menyeluruh pada
satu atau beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan buta
sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah persalinan
berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguab penglihatan
secara tetap jarang ditemukan.
Pertanyaan: Apakah seseorang yang menderita tekanan darah tinggi sebelum hamil
dapat menempatkan pada resiko tinggi mengalami pre-eklampsia?
Jawaban:
Ya, karena jika seseorang menderita tekanan darah tinggi sebelum hamil atau selama
paruh pertama kehamilan, seseorang tersebut dianggap menderita hipertensi kronis,
dan orang itu harus memantau secara ketat untuk memastikan bahwa tekanan darah
nya tetap di bawah kontrol dan bayinya dapat berkembang. Kita harus cek juga
apakah ada tanda-tanda pre-eklampsia dan komplikasi lainnya.
Wanita yang menderita hipertensi kronis dan juga menderita pre-eklampsia lebih
beresiko tinggi untuk mengalami berbagai jenis komplikasi dibandingkan dengan
wanita yang hanya menderita salah satunya saja.
Jawaban:
Ya. Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam
kehamilan. Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada
suatu waktu bisa menjadi sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian.
Penyebab terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah peningkatan produksi
trombosit yang diiringi oleh aktivasi dan penggunaan platelet. Kadar trombopoeitin,
suatu sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus
preeclampsia dengan trombositopenia. Gambaran klinis preeclampsia ini akan
semakin buruk bila juga ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini
dikenal dengan HELLP Syndrome, yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver
enzymes (EL), dan low platelet (LP)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta
Angsar D. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawowihardjo
Benson, R.C., Pernollm M.L. 1994. Handbookof Obstetrics and Gyencology. United States:
McGraw-Hill.
Karkata, MK. 2006. ‘Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan’, Indonesian
Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1
Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Roeshadi, R.H. 2004. Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan, Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher
Wiknjosastro H, Prawiroharjo. 2008. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak,
dalam: Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo