Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

“KEHAMILAN DENGAN KOMPLIKASI PENYAKIT PENYERTA KEHAMILAN“

DOSEN PENGAMPUH : DIYAN MARIA KRISTIN, SST,M.KES

DISUSUN OLEH

NAMA : YASINTA ADI INA GALLA

NIM : PO530324019496

KELAS : 1 B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
PROGAM STUDI DIII-KEBIDANAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan
diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer,2001). Saat hamil, kondisi kesehatan ibu
akan menentukan sehat-tidaknya pertumbuhan janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu
sendiri bisa menjadi penyebab menurunnya daya tahan ibu yang kemudian memicu
munculnya beberapa penyakit. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi
yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-organ
penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional yang
dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi beberapa penyakit.

Jika seorang wanita mengidap penyakit bawaan atau penyakit tertentu yang cukup
serius, harus waspada dan berhati-hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan
perawatan dan pengobatan yang teratur, umumnya kehamilan dapat berjalan dengan
lancar. Walaupun demikian, risiko munculnya sesuatu yang tidak diinginkan dapat saja
terjadi.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa sajakah penyakit yang dialami oleh ibu selama kehamilan ?
1.2.2 Apa sajakah penanganan penyakit – penyakit yang di derita ibu selama hamil ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja penyakit – penyakit yang di derita ibu selama
hamil dan ntuk mengetahui penanganan penyakit – penyakit yang di derita ibu selama
hamil. Dan untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan tentang
penyakit – penyakit yang di derita ibu selama hamil.

1.4 Manfaat Penulisan


a) Manfaat teoritis
Sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru, khususnya ilmu
kebidanan.
b) Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menambah wawasan bagi
mahasiswa kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hipertensi Dalam Kehamilan


2.2.1 Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga
hipertensi ringan.
Gejalanya :
Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
a. Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
b. Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
c. Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu
yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan
psikologis.

2.1.2 Hipertensi Karena Kehamilan


Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan

1). Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan
48 jam pasca persalinan.
2). Lebih sering pada primigravida
3). Risiko meningkat pada :
a. Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
b. Diabetes mellitus
c. Faktor herediter
d. Masalah vaskuker
4). Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat.
5). Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran
berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :

1). Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin


2). Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia
3). Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
dan pertimbangan terminasi kehamilan.

2.1.3 Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan
oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya
tanda ini akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika
kadarnya lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam
urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya ada
beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :
1) Ibu hamil untuk pertama kali
2) Ibu dengan kehamilan bayi kembar
3) Ibu yang menderita diabetes
4) Memiliki hipertensi sebelum hamil
5) Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
6) Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
7) Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya akan
ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, di
samping infeksi dan perdarahan.
Gejala Yang Muncul :
1) Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang rutin.
2) Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan
didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
3) Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa
juga muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini
terjadi pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan
atau parah.
Aspek Klinik Dari Preeklampsia :

1) Gambaran klinik : Dua gejala yang sangat penting preeklampsia adalah


hipertensi dan proteinuria.
2) Tekanan darah : Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme
arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda peringatan awal dari
preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna dari pada tekanan sistolik,
Tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau lebih yang menetap menunjukkan
keadaan abnormal.
3) Kenaikan Berat Badan : Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat
mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg
perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia.
4) Proteinuria : Merupakan indikator penting untuk menentukan beratnya
preeklampsia.
5) Nyeri kepala : Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital yang
tidak sembuh dengan analgetik biasa
6) Nyeri epigastrium : Sering merupakan gejala preeklampsia berat
7) Gangguan penglihatan : Disebabkan vasospasme, iskemia dan perdarahan
petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.

Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat


1) Preeklampsia ringan:
a) Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg
b) Proteinuria (+)
2) Preeklampsia berat:
a) Tekanan diastolik > 110 mmhg
b) Proteinuria (++)
c) Oliguria
d) Hiperrefleksia
e) Gangguan penglihatan
f) Nyeri epigastrium
2.1.4 Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
1) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
2) Lebih banyak istirahat.
3) Diet biasa.
4) Tidak perlu diberi obat-obatan.
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
1) Diet biasa
2) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
3) Tidak perlu obat-obatan
4) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis
atau gagal ginjal akut
5) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
6) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
7) Kontrol 2 kali seminggu
8) Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
9) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
10) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan
terminasi kembali
11) Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
12) Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

2.1.5 Penanganan Preeklampsia Berat


1) Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan
pemberian obat kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia).
Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di
daerah kamar bersalin, tidak diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan
dengan penerangan yang cukup. Penderita yang ditangani dengan aktif bila
didapatkan satu atau lebih keadaan yaitu :
a. Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
b. Adanya tanda-tanda impending eklampsia
c. Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low
platelet) atau kegagalan penanganan konservatif
d. Adanya gawat janin atau IUGR
2) Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan kejang (sama dengan penanganan kejang pada eklampsia).
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.

2.1.6 Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi
dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.

Tanda dan Gejala :


Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan,
mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.
1) Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema
paru.
2) Penanganan Eklampsia : Tujuannya untuk menghentikan dan mencegah
kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit khususnya krisis
hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan ibu seoptimal
mungkin.
3) Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin
untuk ibu.
Penanganan kejang :
1) Beri obat antikonvulsan.
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker
oksigen, oksigen).
3) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
4) Aspirasi mulut dan tenggorokan.
5) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi.
6) Beri O2 4-6 liter/ menit
Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin
1) Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam
rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi
karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit.
2) Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi
bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan sebagainya.
3) Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan jika sudah
menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau
tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa ditolong lagi.
4) Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah. Bila
perlu, tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan atau
kehamilan dapat diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan dilakukan dengan
induksi atau bedah caesar.

2.1 Anemia Dalam Kehamilan


2.2.1 Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin (Hb)
atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin normal :
1) Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
2) Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia :
1) Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan.
2) Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang.
3) Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut:
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara
32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia
anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan
darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan
setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada triwulan
pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir

2.2.2 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas:


1) Keguguran.
2) Partus prematurus.
3) Partus lama karena inersia uteri.
4) Perdarahan post partum karena atonia uteri.
5) Syok.
6) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum.
7) Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung,
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.

2.2.3 Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :


Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi untuk
pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak
berat besi. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah
persediaan zat besi dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang. Selama masih
mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan
ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan zat besi.
Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
a Kematian mudigah (Keguguran).
b IUFD.
c Prematuritas.
d Kematian janin waktu lahir (stillbirth).
e Dapat terjadi cacat-bawaan.
Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya
masukan unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan,
misalnya karena perdarahan.
Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita
hamil diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita
dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur –sayur yang
banyak mengandung mineral dan vitamin.
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat
kekurangan asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12.
Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Penanganan :
a. Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas
ferosus.
b. Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein).
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau
kandungan protein tinggi.
3) Anemia hipoplastik (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan
yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
4) Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung
cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia
hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin
pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan
diberikan obat-obatan penambah darah.

2.3 Penyakit Jantung

Kehamilan dan penyakit jantung akan saling mempengaruhi pada individu


yang bersangkutan. Kehamilan akan memberatkan penyakit jantung. Sebaliknya,
penyakit jantung akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan, lain halnya pada kehamilan dengan jantung yang normal. Tubuh dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan sistem jantung dan pembuluh darah. Jika
seorang wanita hamil mengidap penyakit jantung akan terjadi perubahan-perubahan
berikut:

1. Meningkatnya volume jantung, yang dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan


mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu, lain menetap. Kondisi ini
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan tubuh ibu dan janin yang dikandungnya.
2. Jantung dan diafragma (sekat rongga dada) terdorong ke atas karena
pembesaran rahim.

Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat memperberat penyakit


jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat
terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:

 Cepat merasa lelah


 Jantung berdebar-debar
 Sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis)
 Bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda.
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan :

a) Kelas I
 Tanpa pembatasan kegiatan fisik.
 Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa.
b) Kelas II
 Sedikit pembatasan kegiatan fisik.
 Saat istirahat tidak ada keluhan.
 Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti: kelelahan,
jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris.
c) Kelas III
 Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik.
 Saat istirahat tidak ada keluhan.
 Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung.
d) Kelas IV.
 Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun.

Komplikasi :

Komplikasi pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian,
abortus.

Komplikasi pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin,
APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat.

2.4 Diabetes Melitus


Diabetes mellitus (DM) pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali
saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM
(tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar
menderita DM akibat hamil.

      Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar
gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen,
steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi
hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.

Diagnosis :

Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya.


Terutama dilakukan pada ibu dengan faktor resiko berupa beberapa kali keguguran,
riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan
cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat
DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran
kemih berulang selama hamil.

Klasifikasi :

 Tidak tergantung insulin (TTI), Non Insulin Dependent diabetes mellitus


(NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar
gula darah.
 Tergantung insulin (TI), Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan
memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.

Komplikasi :

Komplikasi maternal : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE,


kematian ibu.

Komplikasi fetal : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta,


makrosomia, kematian intra uterin.

Komplikasi Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma


lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma
gawat nafas, polisitemia.
2.5 Berat Bayi Lahir Rendah
2.5.1 Pengertian
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2500 gr. Dahulu disebut dengan prematur, Pada tahun 1961
(WHO) semua bayi yang baru lahir kurang atau sama dengan 2500 gr disebut Low
Birt Weight Infant atau disebut dengan BBLR . Untuk mendapatkan keseragaman
pada kongres Eoeropean Perinatal Medicine ke II diLondon tahun 1970 disusun
sebagai berikut yaitu: bayi kurang bulan adalah bayi dalam masa kehamilan kurang
dari 37 minggu.

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Prematuritas murni
Yaitu neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai masa kehamilan
b. Dismaturitas

Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, hal ini dikarenakan bayi mengalami gangguan
pertumbuhan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

2.5.2 Etiologi
BBLR dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor ibu, janin, faktor
lingkungan, faktor uterus dan placenta.
a. Faktor ibu, meliputi penyakit yang di derita oleh ibu misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, dan psikologis, nefritis akut,
dan lain-lain. Usia saat hamil dari umur 16 tahun atau lebih dari 35 tahun,
multigravida yang jaraknya kehamilan terlalu dekat dan lain-lain. Keadaan
sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi, perkawinan yang tidak sah, sebab
lain karena ibu perokok, peminum alkohol atau narkotik.
a. Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom.
b. Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi zat-zat beracun.
c. Faktor uterus dan placenta, meliputi gangguan pembuluh darah, gangguan
insersi tali pusat, kelainan bentuk placenta, pekapuran placenta.
2.5.3 Karakteristik :
1. Berat kurang dari 2.500 gram.
2. Panjang badan kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50
kali per menit dan frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

2.5.4 Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan


a. BBL dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda
berikut:
1. Sesak nafas.
2. Frekuensi pernafasan 60×/ menit.
3. Gerak retraksi dada.
4. Malas minum.
5. Panas / suhu badan bayi rendah.
6. Kurang aktif.
7. BBLR.
b. BBL dinyatakan sakit berat apabila di temukan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Sulit minum.
2. Sianosis sentral.
3. Perut kembung.
4. Periode apnoe.
5. Kejang atau periode kejang-kejang kecil.
6. Perdarahan.
7. Sangat kuning.
8. BBL < 1500 gram.
2.5.5 Klasifikasi BBLR
Klasifikasi di tentukan dengan cara menimbang bayi baru lahir dan sesuai
dengan beratnya, maka bayi akan di golongkan dalam :
a. BBLR, berat lahir 1500-2500 gram
b. BBLSR, berat badan lahir <1500 gram
c. BBLER, berat lahir < 1000 gram
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan lain :

1). Hipertensi Dalam Kehamilan


a. Hipertensi esensial : Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini
termasuk juga hipertensi ringan.
b. Hipertensi Karena Kehamilan : Hipertensi yang disebabkan atau muncul selama
kahamilan
c. Preeklampsia : Bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria
dan oedema
d. Eklampsia : Didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi
dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
2). Anemia Dalam Kehamilan
Suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit
dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin (Hb) normal:
a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia:
a. Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan:

a. Anemia defisiensi besi (62,3%) : anemia akibat kekurangan besi.


b. Anemia megaloblastik (29,0%) : Terjadi akibat kekurangan asam folat.
c. Anemia hipoplastik (8,0%) : Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru.
d. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%) : Disebabkan penghancuran / pemecahan
sel darah merah yang langsung cepat dari pembuatannya.
3.2 Saran
Dalam mempelajari asuhan kebidanan kehamilan, seorang calon bidan diharapkan
mengetahui penyakit yang diderita ibu selama kehamilan sehingga mampu memberikan
asuhan kebidanan dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Ilham M.2019.SLE dalam Kehamilan.Surabaya: Airlangga University Press

Lalenoh Christine Diana.2018.Preeklamsia Berat dan Eklamsia.Yogyakarta: CV Budi Utama

Taber Ben-zion.2015.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta: Kedokteran EGC

Varney Helen.2004.Varney’s Midwifery Fifth Edition.US: Jones & Barlet Learning

Leveno J. Kenneth.2003.Obstetri Wiliams.Jakarta: Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai