Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


DOSEN PENGAMPU : DIYAN MARIA KRISTIN, SST.,M.KES

“PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA NIFAS”

DISUSUN OLEH :
YASINTA ADI INA GALLA
PO530324019496
TINGKAT 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG
PROGAM STUDI DIII-KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat-NYA makalah yang berjudul “Perubahan Psikologis pada Masa Nifas”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memberikan
informasi kepada para mahasiswa serta guna memenuhi tugas yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Makalah ini sangat
kami harapkan. Akhirnya, semoga Makalah ini berguna bagi kita semua.Amin.

Kupang,16 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Tujuan.............................................................................................................................3
BAB 2....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas..........................................................................4
B. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas.....................................................................11
C. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas............................................12
D. Peran Bidan pada Masa Nifas.....................................................................................13
BAB III................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (purperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik.
Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan
psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang
hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa
nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis
yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan
khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan dari
penyesuaian yang normal yang umum terjadi. Banyak wanita yang menunjukan
gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta
gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam
masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik
abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal,
riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya..

B. Tujuan
Untuk mengetahui perubahan pikologis pada masa nifas dan peran bidan dalam
memberikan asuhan nifas pada ibu.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap
bayinya, berada di bawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang di
perlukan tentang apa yang harus di ketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
merasa tanggung jawab luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “ibu”.
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang
wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah
persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan
dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung
jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
1. Fungi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga.
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
4. Harapan, keinginan dan inspirasi saat hamil dan melahirkan.

A. Fase Adaptasi Psikologi Ibu Nifas

Fase-fase adaptasi psikologi yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara
lain :

5
1. Fase Taking In

Fase ini merupakan merupakan periode ketergantungan. Pada saat ini fokus
perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Rubin (1961) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima, suatu waktu dimana ibu baru memerlukan
perlindungan dan perawatan.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 – 3 hari.
Penelitian yang lebih baru (Ament, 1990) mendukung pernyataan Rubin, kecuali
bahwa wanita sekarang berpindah lebih cepat dari fase menerima. Fase menerima
yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama pascapersalinan. Selama beberapa
jam atau beberapa hari pasca persalinan, wanita sehat yang dewasa tampaknya
mengesampingkan semua tanggung jawab sehari-hari. Mereka bergantung kepada
orang lain sebagai respons terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makanan.
Pada fase ini suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua
sangat suka mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan
pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata.
Pemusatan, analisis, dan sikap yang menerima pengalaman ini membantu oang tua
untuk berpindah ke fase berikutnya. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran
barunya sering mempersempit tingkat persepsi ibu. Oleh karena itu, informasi yang
diberikan pada waktu ini mungkin perlu diulang. Ketidaknyamanan yang biasanya
dialami pada fase ini antara lain rasa mules, nyeri luka jahitan (bila ada), kurang
tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat
cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
- Kekecewaan pada bayinya.
- Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
- Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
- Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

6
2. Fase Taking Hold

Fase ini adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari pascapersalinan.


Dalam fase ini, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan
dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Ia berespons dengan penuh semangat untuk memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah
seorang ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara
langsung.
Dalam 6 – 8 minggu pasca persalinan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-
tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Harapan yang realitis
mempermudah kelangsungan fungsi-fungsi keluarga selanjutnya sebagai suatu
unit. Beberapa wanita sulit menyesuaikan diri terhadap isolasi yang dialaminya
karena ia harus merawat bayi dan tidak suka terhadap tanggung jawab dirumah dan
merawat bayi.
Ibu yang terlimat memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut :
- Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak.
- Wanita karier.
- Wanita yang tidak punya cukup banyak teman/keluarga untuk dapat berbagi.
- Ibu yang berusia remaja.
- Wanita yang tidak bersuami.
Pada fase ini tidak jarang terjadi depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa timbul
akibat berbagai faktor. Secara psikologis, ibu mungkin jenuh dengan banyaknya
tanggung jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa kehilangan dukungan yang
pernah diterimanya dari anggota keluarga dan teman-teman ketika dia hamil.
Beberapa ibu menyesal tentang hilangnya hubugan antara ibu dengan anak yang
belum lahir. Beberapa yang lain mengalami perasaan kecewa ketika persalinan dan
kelahiran telah selesai.
Keadaan depresif biasanya ditandai oleh perilaku yang khas (menarik diri,
7
kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis). Ketika tugas-tugas dan
penyesuaian telah dijalankan dan dapat dikendalikan, tercapailah suatu keadaan
stabil. Pada saat ini, tanggung jawab baru sebagai orang tua, yang harus dihadapi
selama hidup, mulai menjadi pusat perhatian.

3. Fase Letting Go

Pada fase ini, ibu dan keluarganya bergerak maju sebagai suatu sistem dengan para
anggota saling berinteraksi. Hubungan antarpasangan, walaupun sudah berubah
dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan banyak karakteristik awal.
Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi
dalam beberapa hal, tidak melibatkna anak pasangan ini harus berbagi kesenangan
yang bersifat dewasa. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya
pada minggu ketiga atau keempat setelah anak lahir. Beberapa memulai hubungan
lebih awal, yakni segera setelah hal itu dapat dilakukan tanpa wanita merasa nyeri.
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan
diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa
sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk :
. a. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan;
b. Memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu rasakan serta
meminta dukungan dan pertolongannya;
c. Membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat
bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan
percaya diri;

8
d. Mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:


1. Fisik, berupa istirahat, asupan gizi, dan lingkungan bersih.
2. Psikologi berupa dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
3. Sosial, berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold, dan letting go yang
merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang
diraasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri
dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun
perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani
ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya
mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang
dialaminya tidak bertambah berat.

9
B. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehesif, mendeteksi masalah, serta
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi
keluarga berencana, menyusui, serta pemnerian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d. Membarikan pelayanan keluarga berencana.
e. Memulihkan kesehatan umum
f. Mempertahankan kesehatan psikologis.
g. mencegah infeksi dan komplikasi
h. memperlancar pembentukan ASI

10
C. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Ibu Masa Nifas

Cara mengatasi gangguan psikologi pada Ibu selama masa nifas diantaranya :
a. Berikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu
bila terlihat sedang sedih.
b. Menyarankan pada ibu untuk beristirahat dengan baik, berolahraga yang
ringan, bernbagi cerita dengan orang lain, bersikap flesibel, bergabung dengan
orang-orang baru.
c. menyarankan pada ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
d. Mempersiapkan persalinan dengan lebih baik yaitu tidak hanya
menekankan pada materi, tapi yang lebih penting dari segi psikologis dan
mental ibu.
e. Dengan cara pendekatan terapeutik. Ini bertujuan menciptakan hubungan
baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
- Dapat memahami dirinya
- Dapat mendukung tindakan konstruktif
f. Meningkatkan suport mental/dukungan keluarga.
g. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
h. Beritahu suami mengenai apa yang sedang dirasakn ibu, mintalah
dukungan dan pertolongannya

11
i. Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan
kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri.
j. Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri
sendiri

D. Peran Bidan pada Masa Nifas

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang Bidan dalam menjalankan perannya selama
ibu dalam masa nifas diantaranya yaitu :
a. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin melalui IMD.
b. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu
setelah melahirkan.
c. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada
ibu agar tumbuh rasa percaya diri.
d. Memberikan bantuan dalam merawat bayi
e. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat –
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Dalam menjalani masa nifas
(peurperium) ibu akan mengalami fase taking in, taking hold dan letting go. Dalam
melalui fase – fase tersebut Ibu nifas memerlukan asuhan dari seorang bidan agar
masa nifasnya berjalan dengan lancar. Peran bidan sangat mempengaruhi masa
nifas ibu dalam mencegah maupun mengatasi gangguan psikologi terutama pada
ibu yang baru pertama kali melahirkan.

B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti
tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal
mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan bayinya tetap baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,2008.AsuhanKebidananNifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia. (hlm:
87-96).
Saleha,2009.AsuhanKebidananPadaMasaNifas.Jakarta:Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85- 100).
Saifudin.2002.BukuPanduanPraktisPelayananMaternaldanNeonatal.Jakar ta :
YBPSP.
Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)

14

Anda mungkin juga menyukai