PENDAHULUAN
Eklamsia. Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seseorang
wanita dengan preeklamsia.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Tinjauan Teori (Konsep eklampsia)
2. Mengetahui Tinjauan Asuhan Keperawatan eklampsia
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang
pertama kali diungkapkan oleh Volhard (1918), yang didasarkan pada
pengamatan langsung pembuluh-pembuluh darah halus di bawah kuku,
fundus okuli, dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari
perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang
terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah
dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa
vasospasme itu sendiri meninmbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkontraksi.
Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel
dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Dengan demikian konstituen
darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel.
Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di
sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan
kerusakan organ lain yang terkadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
3
2. Proteinuria samar sampai + 1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk hipertensi berat dalam kehamilan antara lain
sebagai berikut
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 2+ persisten atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. Oliguria
7. Kejang
8. Kreatinin meningkat
9. Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru
2.1.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada ibu hamil yang
mengalami hipertensi adalah sebagai berikut.
1. Deteksi dini prenatal
Waktu pemeriksaan prenatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia
kehamilan 36 minggu stelah itu setiap minggu
4
2. Penatalaksanaan di rumah sakit
Penatalaksanaan di rumah sakit yang perlu dilakukan ibu hamil yang
mengalami hipertensi adalah:
a. Pemerikasaan terinci dan diikuti oleh pemantauan keadaan ibu
setiap hari untuk mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada
ibu seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium,
dan pertambahan berat badan yang pesat
b. Menimbang berat badan ibu setiap hari mulai dari pertama kali ibu
masuk rumah sakit
c. Analisis proteinuria ibu saat masuk rumah sakit dan selanjutnya
minimal setiap 2 hari
d. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam
kecuali antara tengah malam dan pagi hari
e. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, hematokrit, trombosit,
dan enzim hati dalam serum, serta frekuensi yang ditentukan oleh
keparahan hipertensi
f. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume ciran amniom, baik
secara klinis maupun USG
g. Terminasi kehamilan. Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak
membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan untuk dilakukan
terminasi janin (persalinan) demi kesejahteraan ibu dan janin.
Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena.
Apabila tampaknya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria
untuk kasus-kasus yang lebih parah
3. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya mempertahankan
kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan
dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah
lama menjadi perhatian
4. Penundaan persalinan pada hipertensi berat
Ibu dengan hipertensi berat biasanya harus segera menjalani
persalinan. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian di seluruh
5
dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan
ibu dengan hipertensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap
kelompok tertentu ibi hamil dengan hipertensi berat yang bertujuan
memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu
2.1.7 Komplikasi
1. Perubahan kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi
2. Perubahan hematologis
3. Gangguan fungsi ginjal
4. Edema paru
2.1.8 Pencegahan
1. Non – medis
a. Restriksi gram: tidak terbukti dapat mencegah terjadinya
preeklamsia
b. Suplementasi diet yang mengandung hal – hal berikut ini.
Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh,
misalnya omega-3 PUFA
Antioksidan : vitamin C, vitamin E, CoQ10,N-
Acetylcysteine, asam lipotik
Elemen logam berat : zinc, magnesium, kalsium
c. Tirah baring tidak terbukti untuk mencegah terjadinya preeklamsia
dan mencegah persalinan pretern
2. Medis
a. Diuretika : tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia bahkan
memperberat hipovolemia.
b. Anti – hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia.
c. Kalsium : 1.500 – 2.000 mg/ hari
d. Zinc : 200 mg/ hari
e. Obat anti – trombotik :
Aspirin dosis rendah : rata – rata di bawah 100 mg/hari.
Tidak terbukti mencegah preeklamsia.
Dipyridamole.
Obat – obatan antioksidan: vitamin C, vitamin E, CoQ10,N-
Acetylcysteine, asam lipotik.
6
2.1.9 Pengelolaan
Preeklamsia Ringan
7
Penanganan kejang pada (eklamsia) adalah sebagai berikut (kolaborasi
dengan dokter).
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen-komponen
berikut
1. Identitas ibu
Pada ibu hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tinggi tiga
kali lipat. Pada ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi
hipertensi laten
2. Keluhan utama
Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan kelluhan seperti
sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-
kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urine),
peka terhadap cahaya dan nyeri ulu hati
3. Riwayat penyakit sekarang
8
Pada ibu jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan
analgesik biasa), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria
(<400 ml/24 jam) serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan apakah ibu hamil menderita diabetes, penyakit ginjal,
reumatoid arthritis lupus atau skleroderma. Perlu ditanyakan juga
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti
hipertensi kronis (tekanan darah tinggi sebelum hamil), obesitas,
ansietas, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia, dan sebagainya. Ibu
beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang
sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan risiko ibu sama
seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang dapat menjadi penyebab jantung hipertensi
dalam kehamilannya. Dari hasil penelitian diketahui adanya hubungan
genetik yang menjadi pencetus penyakit hipertensi pada kehamilan.
Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan ibu hamil dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi empat sampai delapan kali
pada ibu hamil tersebut
6. Riwayat psikosoisal
Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku ibu terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya
7. Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki risiko lebih dari dua kali lipat
8. Pengkajian sistem tubuh
9
a. B1 (breathing)
Pernapasan meliputi sesak napas sehabis aktivitas, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu
pernaapasan, adanya bunyi napas taambahan dan sianosis
b. B2 (blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu
terdapat perubahan hemodinamik dan perubahan volume darah
berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu sehingga
waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas
adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain
seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi
adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, episode
palpitsi, peningkatan tekanan darah, takikardi, terdengar murmur,
kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3, dan S4,
denyutan nadi jelas dikarotis, jugularis, radialis, stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, dan suhu dingin
c. B3 (brain)
Lesi di otak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh darah
akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan
dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema
vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga
memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang
yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu. Integritas ego
meliputi cemas, depresi, eforia, mudah marah, otot muka tegang,
gelisah, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara.
Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut, sakit
kepala suboksipital, keleahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta
kenaikan,tekanan pada pembuluh darah serebral
d. B4 (bladder)
10
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes melitus, riwayat penggunaan
obat diuretik juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya
terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar
protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian
biopsi ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler
glomerolus yang disebut endoteliosis kapiler glomerolus. Nekrosis
hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar kemungkinan
besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam
serum.
e. B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol
f. B6 (bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,
sakit kepala suboksopital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, dan
nyeri epigastrik (ulu hati). Keamanan meliputi gangguan cara
berjalan, paratesia, dan hipotensi postural
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Sel darah putih (SDP)
b. Hemoglobin dan hematokrit (Hb dan Ht)
c. Gas darah arteri (GDA)
d. Laju endap darah (LED)
e. Elektrokardiografi (EKG)
f. Echokardiografi (EEG)
g. Pencitraan jantung radionukleotida
h. Amniosintesis
i. Seri ultrasonografi
j. Tes presor supine
k. Kreatinin serum
l. Tes urine lengkap
m. Stress kontraksi
11
n. Tes cairan amniotik ultrasonografi
12
1. Perhatikan faktor risiko 1. Adanya masalah-masalah
individu dan status kesehatan jantung dapat dipengaruhi oleh
ibu sebelum hamil. peningkatan kebutuhan
sirkulasi selama kehamilan
yang dapat mengakibatkan
kerusakan oksigenasi jaringan.
13
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan tahanan vaskular sistemik.
2. Tujuan Keperawatan.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan resiko
penurunan curah jantung tidak terjadi.
3. Kriteria hasil yang diharapkan
a. Tekanan darah normal
b. Ibu hamil bebas dari gejala-gejala palpitasi, dispnea, dan angina
pektoris
c. Bunyi napas dan bunyi jantung normal
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan Rasional
14
Iv, dapat mengalami gagal
jantung kongesif (GJK) dan
kemungkinan gangguan
pernapasan.
4. Evaluasi DJJ, jumlah gerakan 4. Mengetahui adanya hipoksia
janin setiap hari, dan hasil NST janin akibat kompensasi
sesuai indikasi jantung ibu yang bisa terlihat
dari takikardia ataupun
bradikardia, serta reduksi
aktivitas jantung
5. Berikan informasi tentang 5. Meminimalkan stress jantung
perlunya istirahat yang adekuat dang mengehmat energi,
(8-10 jam) pada malam hari khususnya untuk ibu hamil
1 dengan gangguan jantung kelas
dan jam setiap habis makan IV yang memerlukan tirah
2
baring selama kehamilan.
6. Selidiki adanya keluhan seperti 6. Ibu hamil dengan prolaps
nyeri dada dan palpitasi, katup mitral dapat terjadi
anjurkan pembatasan kafein aritmia, terlihat dari adanya
dengan tepat nyeri dada dan palapasi.
Pembatasan kafein dapat
menurunkan frekuensi
terjadinya gangguan jantung
7. Kaji adanya bukti venostasis 7. Pemberian posisi kaki dapat
dengan adanay edema. mengurangi terjadinya
Instruksikan ibu hamil venostasis
meninggikan kaki bila duduk
secara periodik
8. Kaji dan pantau jumlah dan 8. Masalah kardiovaskuler dapat
konsentrasi keluaran dan berat memengaruhi fungsi ginjal,
jenis urine. mengakibatkan oliguria/anuria,
atau peningkatan berat jenis
urine
9. Anjurkan ibu hamil 9. Hipotensi supine pada titik
menggunakan posisi miring kehilangan kesadaran dapat
kiri dicegah bila ibu hamil
menghindari posisi terlentang
dan mengadopsi posisi istirahat
rekumben lateral.
10. Berikan obat-obatan seperti 10. Digitalis glikosida dapat
digitalis glikosida (digoksin memaksimalkan kontraksi
atau digitoksin) atau ventrikel, tetapi peningkatan
propanolol sesuai indikasi volume plasma dapat
menurunkan kadar obat dalam
sirkulasi sehingga dibutuhkan
peningkatan dosis atau
frekuensi pemberian. Digitalis
mempunyai efek langsung
pada miometrium, sering
menyebabkan persalinan awal
serta waktu persalinan yang
lebih pendek. Propanadol dapat
15
digunakan untuk mengontrol
disritmia berkenaan dengan
prolaps katup mitral (dalam
penelitian, obat-obatan ini
belum jelas diketahui
keamanan penggunaanya pada
ibu hamil).
11. Kaji fungsi plasenta dengan 11. Penurunan fungsi jantung
pemeriksaan kadar estriol dapat memengaruhi fungsi
serum dan urine (CST dan plasenta
NST)
12. Tinjau keadaan EKG 12. Dapat menunjukkan keadaan
patologis bila terjadi
dekompensasi jantung seperti
disritmia.
13. Anjurkan penggunaan stoking 13. Meningkatkan aliran balik
antirotrombolitik vena dan membatasi stastis
vena
14. Pantau tekanan hemodinamik 14. CVP untuk mengukur aliran
dengan pengukuran tekanan balik vena atau volume
vena central atau central sirkulasi
veneous pressure (CVP)
16
depresi pernapasan berat.
4. Pertahankan lingkungan yang 4. Rangsangan kuat, misalnya
tenang, gelap, dan nyaman cahaya terang dan suara keras
dapat menimbulkan kejang
17
2. Tujuan keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkankecemasan
dapat teratasi.
3. Kriteria hasil yang diharapkan
a. Ibu hamil tampak rileks
b. Ibu hamil dapat istirahat dengan tepat
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan Rasional
18
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Di
samping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal
ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan/atau koma. Sebelumnya
wanita ini menunjukan gejala-gejala preeklamsia berat. (kejang timbul
bukan akibat kelainan neurologis). Penanganan kejang pada (eklamsia) :
Beri obat anti kejang (antikonsulva), Perlengkapan untuk penanganan
kejang (jalan napas, pengisap lendiri, masker oksigen, oksigen), aspirasi
mulut dan tenggorokkan, baringkan pasien pada sisi kiri, posisi
Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi, berikan oksigen 4-6 liter.
19