ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
Nim : 201821035
SEMARANG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan pengendalian diri dalam menghadapi
stressor di lingkungan sekitar dengan selalu berfikir positif dalam
keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal
maunpun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional.Gangguan
jiwa adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan
pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, maupun
lingkungan. Pengertian penyakit tentang gangguan jiwa berasal dari apa
yang diyakini sebagai faktor penyebab yang berhubungan dengan
biopsikososial. Menurut World Health Organization (WHO) dalam
(Yoseph, 2010), kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.[1]
Klasifikasi diagnosis keperawatan pada pasien gangguan jiwa dapat
ditegakkan berdasarkan kriteria NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) ataupun NIC (Nursing Intervention Classification)
NOC (Nursing Outcame Criteria). Untuk di Indonesia menggunakan hasil
penelitian terhadap berbagai masalah keperawatan yang paling sering
terjadi di rumah sakit jiwa. Pada penelitian tahun 2000, didapatkan tujuh
masalah keperawatan utama yang paling sering terjadi di rumah sakit jiwa
di Indonesia, yaitu: perilaku kekerasan; halusinasi; menarik diri; waham;
bunuh diri; defisit perawatan diri (berpakaian/berhias, kebersihan diri,
makan, aktivitas sehari-hari, buang air); harga diri rendah.[2]
Hasil penelitian terakhir, yaitu tahun 2005, didapatkan sepuluh
diagnosis keperawatan terbanyak yang paling sering ditemukan di rumah
sakit jiwa di Indonesia adalah sebagai berikut. Perilaku kekerasan, Risiko
perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, verbal),
Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan,
pengecap, peraba, penciuman), Gangguan proses pikir, Kerusakan
komunikasi verbal, Risiko bunuh diri, Isolasi sosial, Kerusakan interaksi
sosial, Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan, eliminasi), Harga
diri rendah kronis.[2]
B. Tujuan
1. Tujuan umum : Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan
gangguan jiwa pada pasien yang mengalami Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu memahami Defisit Perawatan Diri.
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala Defisit Perawatan
Diri.
d. Mahasiswa mampu mengetahui pohon masalah Defisit Perawatan
Diri.
e. Mahasiswa mampu memahami intervensi keperawatan atau strategi
pelaksanaan dari Defisit Perawatan Diri.
C. Manfaat
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan DIII tingkat
3 serta agar mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami Defisit Perawatan Diri .
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kurangnya perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(buang air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri.[2]
B. Etiologi
Menurut PPNI (2016) penyebab terjadinya defisit perawatan diri
yaitu: Gangguan muskuloskeletal, Gangguan neuromuskuler, Kelemahan,
Gangguan psikologis dan/atau psikotik, Penurunan motivasi/minat.
Menurut Depkes dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
A. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
B. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.[3]
C. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang
mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, meringankan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi
makan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,mengambil cangkir atau gelas,sertamencerna cukup
makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbatasan diri di atas biasanya diakibatkan karena stresor yang
cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga
diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan,
maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat,
maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi
sosial.[3]
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus
Tn. J berusia 26 tahun dirawat di RSJ karena tidak mau mandi sudah 1
minggu dan hanya termenung diam tidak melakukan aktifitas. Saat pengkajian
rambut terlihat kotor, gigi kotor, kulit terlihat berdaki dan bau, kuku tampak
panjang dan hitam. Rambut klien juga terlihat acak-acakan, pakaian tidak rapi.
Ia tidak pernah mau bicara dan selalu murung memandang jendela. Klien
tersebut merupakan korban perceraian kedua orangtuanya, ia ditelantarkan
ayah dan ibunya karena dirasa sudah mampu hidup mandiri. Perawat sering
mendapati wajah klien nampak sedih dengan tatapan yang kosong. Perawat
memaksa Tn. J supaya mandi dikamar mandi tetapi Tn. J tetap menolak dan
berkata kasar kepada perawat. Perawat tetap sabar memperlakukan pasien
tersebut.
Unit :2
Nama : Tn. J
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SI Akuntansi
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
I. ALASAN MASUK
Saat dilakukan pengkajian Klien tidak tidak mau diajak bicara dan hanya
murung memandang jendela, keluarga klien menggatakan bahwa klien tidak mau
mandi sudah 1 minggu, Keluarga klien menggatakan Klien malas mandi, tak mau
menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau
berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri, dan hanya termenung
diam tidak melakukan aktifitas, sehingga rambut Klien terlihat kotor, gigi kotor,
kulit terlihat berdaki dan bau, kuku tampak panjang dan hitam, Rambut klien juga
terlihat acak-acakan, pakaian tidak rapi. keluarga klien menggakan bahwa klien
merupakan korban perceraian kedua orangtuanya, klien nampak sedih dengan
tatapan yang kosong, klien ditelantarkan ayah dan ibunya karena dirasa sudah
mampu hidup mandiri. Keluarga klien juga sudah pernah berusaha menyuruh
klien untuk mandi tetapi klien tetap tidak mau, apabila kluarga klien menyuruh
klien mandi terkadang klien tetap menolak dan berkata kasar kepada keluarga.
Maka dari itu keluarga klien datang ke RSJ agar klien dirawat dengan baik.
II. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil
Aniaya seksual
Tindakan kriminal
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan :-
IV. FISIK
1. Tanda vital TD : 110/80mmHg N : 95x/menit S : 360C P : 20x/menit
2. Ukuran TB : 170Cm BB: 60Kg Turun Naik
3. Keluhan fisik Ya Tidak
Jelaskan : TTV normal, IMT normal
Masalah Keperawatan :-
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket :
: Laki – laki : Tinggal dalam satu rumah
: Perempuan : Menikah
2. Hubungan sosial
a. Orang dekat : Keluarga Tn. J menggatakan bahwa klien susah untuk di
ajak bicara ketika disuruh mndi maka klien akan bebicara kasar .
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : keluarga klien
menggatakan semenjak kedua orangtuanya bercerai klien tidak mau
bicara hanya murung memandang jendela, tidak melakukan aktivitas
apa-apa dan tidak mau mandi.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : keluarga klien
menggatakan semenjak kedua orangtuanya bercerai klien tidak mau
bicara hanya murung murung memandang jendela.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: menarik diri
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama Islam dan keluarga Klien
menggatakan bahwa sebelum klien menjadi susah untuk diajak bicara
dan hanya murung memandang jendela, klien selalu Sholat 5 Waktu
dan melakukan idabah lainnya di Masjid.
b. Kegiatan Ibadah : Keluarga klien menggatakan bawha klien dulu
sering sholat 5 waktu dan melakukan idabah lainnya di Masjid, tetapi
semenjak kedua orangtuanya bercerai, klien hanya murung memandang
jendela, dan hanya termenung diam tidak melakukan aktifitas.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: menarik diri
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti
biasanya
Jelaskan : Rambut terlihat kotor, gigi kotor, kulit terlihat berdaki dan bau,
kuku tampak panjang dan hitam. Rambut klien juga terlihat acak-acakan,
pakaian tidak rapi.
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
7. Persepsi
Halusinasi
Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Asosiasi
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Waham
Jelaskan : -
Disorientasi :
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Jelaskan : Klien susah sekali untuk diajak bicara, Klien hanya termenung
diam tidak melakukan aktifitas, wajah klien nampak sedih dengan tatapan
yang kosong.
2. Defekasi/berkemih
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
Sistem pendukung
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Lainnya Lainnya
Tn. J susah sekali untuk diajak bicara, Klien hanya termenung diam tidak
melakukan aktifitas, wajah klien nampak sedih dengan tatapan yang
kosong.
Tn. J menggalami masalah ekonomi semenjak klien tidak bekerja lagi, jadi
klien tidak memiliki pemasukan dalam ekonominya.
Koping Obat-obatan
Lainnya :
Terapi Medik :-
Senin, 07 DS : - keluarga klien menggatakan bahwa klien tidak mau mandi Defisit Perawatan Diri Suci Anggun
Desember sudah 1 minggu dan tidak mau melakukan aktivitas.
2020
- Keluarga klien menggatakan Klien malas mandi, tak mau
Pkl 08.15 menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong
kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi /
kebersihan diri.
DS : - Keluarga klien menggatakan bahwa klien adalah anak dari Isolasi Sosial : menarik Suci Anggun
pasangan suami istri yang sudah bercerai, klien ditelantarkan ayah diri
dan ibunya karena dirasa sudah mampu hidup mandiri.
Nama : Tn. J
Usia : 26 Tahun
TUK 1 : Klien dapat Setelah 6x pertemuan pasien a) Diskusikan bersama a) Agar pasien mampu
menyebutkan mampu : Klien mampu klien tentang menyebutkan
pengertian dan menyebutkan pengertian dan pengertian bersih pengertian dan
tanda-tanda kebersihan dan tanda-tanda tanda-tanda
diri. tanda-tanda kebersihan diri. bersih. kebersihan diri.
b) Beri reinforcement b) Agar pasien
positif bila klien termotifasi pada saat
mampu melakukan melakukan hal yang
hal yang positif. positif.
TUK 2 : Klien dapat Setelah 4x pertemuan pasien a) Bicarakan dengan a) Agar klien bisa
menyebutkan penyebab mampu : Klien mampu klien penyebab tidak menyebutkan
tidak mau menjaga menyebutkan penyebab klien mau menjaga penyebab klien tidak
kebersihan diri. tidak mau menjaga kebersihan kebersihan diri. mau menjaga
diri b) Diskusikan akibat kebersihan dirinya.
dari tidak mau b) Agar klien bisa
menjaga kebersihan menyebutkan
diri. menggapa klien
tidak mau menjaga
kebersihan dirinya.
TUK 3 : Klien dapat Setelah 6x pertemuan pasien a) Diskusikan bersama a) Agar klien mampu
menyebutkan manfaat mampu : Klien mampu klien tentang menyebutkan
higiene. manfaat higien.
menyebutkan manfaat higiene. b) Bantu klien manfaat dari higien.
mengidentifikasikan b) Agar klien tahu
kemampuan untuk kemampuannya
menjaga kebersihan untuk menjaga
diri. kebersihan dirinya.
TUK 4 : Klien dapat Setelah 6x pertemuan pasien a) Diskusikan dengan a) Agar pasien mampu
menyebutkan cara mampu : Klien mampu klien cara menjaga mengetahui dan
menjaga kebersihan menyebutkan cara menjaga kebersihan diri: andi menyebutkan
diri. kebersihan diri. 2x sehari (pagi dan bagaimana cara
sore) dengan menjaga kebersihan
memakai sabun diri dengan benar,
mandi, gosok gigi seperti mandi,
minimal 2x sehari mengosok gigi,
dengan pasta gigi, mencuci rambut,
mencuci rambut memotong kuku,
minimal 2x memotong rambut,
seminggu dengan dll.
sampo, memotong b) Agar pasien
kuku minimal 1x termotifasi pada saat
seminggu, melakukan hal yang
memotong rambut positif.
minimal 1 x sebulan.
b) Beri reinforcement
positif bila klien
berhasil.
TUK 5 : Klien dapat Setelah 5x pertemuan pasien a) Bimbing klien a) Agar pasien mampu
melaksanakan perawat mampu : Klien mampu melakukan melakukan
an diri higiene dengan melakukan perawatan diri demonstrasi tentang perawatan diri
bantuan minimal. higiene dengan bantuan minimal cara menjaga dengan mengetahui
kebersihan diri. cara menjaga
b) Dorong klien untuk kebersihan diri yang
melakukan benar.
kebersihan diri b) Agar pasien mampu
dengan bantuan melakukan
minimal. kebersihan diri
dengan bantuan
minimal.
TUK 6 : Klien dapat Setelah 6x pertemuan pasien a) Beri kesempatan a) Agar klien klien
melakukan perawatan mampu : Klien mampu klien untuk mampu melakukan
diri higiene secara melkukan perawatan diri higiene membersihkan diri perawatan diri
mandiri. secara mandiri. secara bertahap. secara bertahap
b) Dorong klien untuk b) Agar klien mampu
mengungkapkan mengungkapkan
perasaannya setelah yang dirasakan
membersihkan diri. setelah melakukan
c) Bersama klien perawatan diri.
membuat jadwal c) Agar klien dapat
menjaga kebersihan melakukan
diri. perawatan diri
d) Bimbing klien untuk sesuai dengan
melakukan aktivitas jadwal yang sudah
higiene secara dibuat
teratur. d) Agar klien mulai
terbiaa dalam
melakukan
perawatan diri.
Nama : Tn. J
Usia : 26 Tahun
Senin, 07 Defisit Membina hubungan saling percaya denggan menggunakan prinsip komunikasi Suci Anggun
Desember Perawatan terapeutik :
2020 Diri
a. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri dengan ramah dan sopan.
Pkl 09.00 b. Menanyakan nama lengkap dan panggilan.
RS :
RO :
RO :
Nama : Tn. J
Usia : 26 Tahun
Senin, 07 Defisit Perawatan S : Klien menyapa perawat dengan sopan dan mengucapkan selamat Suci Anggun
Desember 2020 Diri pagi serta memperkenalkan namanya.
O : Klien tampak nyaman saat diajak komunikasi, klien tampak
Pkl 14.00
menggenal perawat.
A : Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.
P:
Perawat : Melanjutkan SP 1 Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri,
cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan
kebersihan diri.
Pasien :
- Latih menjaga kebersihan diri.
- Latih untuk mengetahui alat-alat untuk menjaga kebersihan
diri
- Latih cara-cara melakukankebersihandiri
- Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Selasa, 08 Defisit Perawatan S : Klien menggatakan senang dan lebih paham setelah belajar tentang Suci Anggun
Desember 2020 Diri pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih tentang
cara-cara perawatan kebersihan diri.
Pkl 14.00
O: Klien tampak mampu melakukan apa yang sudah di jelaskan oleh
perawat mengenai perawatan kebersihan diri.
P:
Pasien :
- Latih dalam mengetahui tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Rabu, 09 Defisit Perawatan S : Klien menggatakan senang dan lebih paham setelah belajar tentang Suci Anggun
Desember 2020 Diri melakukan BAB/BAK secara mandiri, klien menggatakan bahwa klien
lebih paham mengenai tempat BAB/BAK yang sesuai, mengetahui cara
Pkl 14.00
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, mengetahui cara
membersihkan tempat BAB dan BAK.
O : Pasien tampak paham dengan yang dijelaskan perawat, Pasien
mampu mempraktekkan cara melakukan BAB/BAK secara mandiri.
A : SP 2 Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri.
P:
Perawat : Melanjutkan SP 3 Pasien : Percakapan saat melatih pasien
laki-laki berdandan, SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk
pasien wanita.
Pasien :
Kamis, 10 Defisit Perawatan S : Klien menggatakan senang dan lebih paham setelah belajar Suci Anggun
Desember 2020 Diri mengenai cara berdandan.
O : Klien tampak paham dengan yang dijelaskan perawat, dan klien
Pkl 14.00
tampak mampu mempraktekkan cara berdandan.
A : SP 3 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdan.
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita.
P:
Perawat : Melanjutkan SP 4 Pasien : Percakapan Melatih Pasien Makan
Secara Mandiri.
Pasien :
Sesuai dengan masalah diatas Etik Legal yang saya ambil yaitu : Non-
Maleficence karena disini perawat tidak merugikan atau tidak mencederai pasien,
di sini perawat hanya menyuruh pasien untuk mandi di kamar mandi tetapi pasien
menolak dan berkata kasar tetapi perawat tetap sabar memperlakukan pasien
tersebut.
Daftar Pustaka