Anda di halaman 1dari 17

APAKAH SAYA SUDAH MAU MELAHIRKAN?

Seorang G2P1A0, 27 tahun, hamil 39 minggu, datang ke Klinik Bersalin dengan keluahn
mengeluarkan lendir jernih dari jalan lahir disertai perut terasa mulas sejak 2 jam yang lalu.
Pasien tersebut sering memeriksakan kehamilannya di Puskesmas. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak umur kehamilan 6 bulan, dan mendapatkan pengobatan rutin.

Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan umum baik,
tekanan darah 120/90 mmHg, denyut nadi 80x/menit, frekuensi napas 22 kali/menit, suhu
tubuh 36,5° C. Terdapat edema pada tungkai bawah. Pada pemeriksaan abdomen tampak
distended, teraba janin tunggal, intra uterin, preskep, denyut jantung janin 150 kali/menit,
tinggi fundus uteri 25 cm, his 3 kali/10 menit/kuat. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan protein urin negatif.

Kemudian dilakukan pemeriksaan obstetrik, didapatkan pembukaan seviks uteri 4 cm


dengan darah warna hitam, kepala sudah turun di Hodge II. Hasil pemeriksaan tersebut
ditulis dalam lembar partograf. Kemudian dokter mempersiapkan peralatan persalinan,
termasuk alat pelindung diri . Klinik bersalin ini belum memiliki mesin sterilisator, sehingga
strelisasi alat persalinan dipanaskan dalam air mendidih. Setelah 4 jam, persalinan masuk
kala II. Setengah jam dipimpin mengejan, bayi lahir dengan APGAR SCORE 8-9-10.

Jump 1

1. G2P1A0 : menunjukkan status yang dimiliki oleh ibu hamil. G (gravida) angka
2 menunjukkan ibu telah mengalami kehamilan selama 2 kali. P (paritas)
angka 1 menunjukkan ibu telah melahirkan sebanyak 1 kali. Sedangkan A
(Abortus) angka 0 berarti bahwa ibu tidak pernah mengalami keguguran.
2. Abdomen tampak Distended : keadaan dinding perut lebih tinggi
daripada xypopubic line (garis antara processus xyphoeideus
sternum sampai symphysis pubis)
3. Preskep : presentasi kepala, hubungan sumbu janin dengan sumbu jalan
lahir. Presentasi janin ketika lahir ada beragam jenis sebagai berikut : kepala
(96%), sungsang (3,5%), bahu (0,5%)
4. His : kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan
serviks
5. Pemeriksaan obstetri : pemeriksaan yang dilakukan dari mulai ibu hamil
sampai menjelang persalinan
6. Pembukaan serviks : ukuran diameter leher rahim yang teregang.
Pembukaan melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan indikator yang
paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama kerja
7. Hodge : garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh kepala
janin masuk panggul calon ibu
8. Lembar partograf : Alat bantu yang digunakan selama kehamilan untuk
mencatat keadaan umum ibu, kesehatan dan kenyamanan janin yang meliputi
denyut jantung bayi, air ketuban, penyusutan air kepala
9. Kala II : kala pengeluaran janin yang terjadi karena kontraksi otot polos yang
teratur dan sangat kuat, dan biasanya hanya berlangsung 1,5 – 2 jam pada
primigravida atau 0,5 – 1 jam pada orang yang telah melahirkan.
10. APGAR Score : kriteria klinis yang digunakan untuk menilai keadaan bayi 1
menit setelah dilahirkan. Meliputi : Warna kulit, reflek atau grimance, tonus
otot, denyut jantung, dan respiration rate. APGAR Score berscala 0-2 dengan
rentang score 0-10.

Jump 2
1. Mengapa pasien mengeluarkan lendir jernih dari jalan lahir dan perut terasa
mulas sejak 2 jam yang lalu?
2. Adakah hubungan riwayat hipertensi sejak umur 6 bulan dengan kehamilan?
3. Mengapa terdapat edema pada tungkai bawah dan bagaimana
mekanismenya ?
4. Apa fungsi dari pemeriksaan protein urin ?
5. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik maternal dan janin, vital sign
dan laboratorium?
6. Interpretasi pmx obstetric
7. Apakah dampak sterilisasi dengan air mendidih terhadap persalinan?
8. Bagaimana cara menggunakan lembar Partograf?
9. Bagaimana cara menilai dan melakukan intrepertasi APGAR Score?
10. Bagaimanakah safety patient dan dokter serta standar operasional (SOP)
partus?
11. Fisiologi persalinan normal
Jump 3
1. lendir jernih dari jalan lahir dan perut terasa mulas sejak 2 jam yang lalu
Tanda tanda persalinan adalah adanya Lightening dan terjadinya his
permulaan/his palsu) dan tanda-tanda persalinan berupa penipisan dan
pembukaan serviks (effacement dan dilatasi serviks), kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit), serta keluarnya lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
2. Hipertensi pada kehamilan kadang disebut juga pregnancy-induced
hypertension (PIH) disebut ‘toksemia kehamilan’ atau pre-eklampsia,
merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai
antara 3-8 persen pasien, terutama primigravida, pada kehamilan trimester
kedua.
Patogenesis Pregnancy Induced Hypertensi
Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa gangguan ini
disebabkan oleh gangguan imunologik dimana produksi antibodi penghambat
berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas
sampai batas tertentu hingga mengganggu fungsi plasenta. Ketika kehamilan
berlanjut, hipoksia plasenta menginduksi proliferasi sitotrofoblas dan
penebalan membran basalis trofoblas yang mungkin mengganggu fungsi
metabolik plasenta. Sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endothelial
plasenta berkurang dan sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah,
sehingga timbul vasokontriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun.
Akibat perubahan ini terjadi pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi ibu, dan penurunan volume plasma ibu. Jika vasospasmenya
menetap, mungkin akan terjadi cedera sel epitel trofoblas, dan fragmen-
fragmen trofoblas dibawa ke paru-paru dan mengalami destruksi sehingga
melepaskan tromboplastin. Selanjutnya, tromboplastin menyebabkan
koagulasi intravascular dan deposisi fibrin di dalam glomeruli ginjal
(endoteliosis glomerular) yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan secara
tidak langsung meningkatkan vasokontriksi. Pada kasus berat dan lanjut,
deposit fibrin ini terdapat dalam pembuluh darah system saraf pusat,
sehingga menyebabkan konvulsi (Llewellyn-Jones, 2001).
Jenis-jenis hipertensi pada kehamilan :
a. Hipertensi Kronik : hipertensi yang terjadi sebelum 20 minggu atau
setelah 20 minggu sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Pre-eklampsia : hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu disertai
proteinuria.
c. Eklampsia : hipertensi yang terjadi akibat pre eklampsia disertai kejang
dan koma.
d. Kronik dengan supersoped pre-eklampsia : tanda-tanda hipertensi
kronik disertai pre eklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
e. Hiprtensi Gestasional : hipertensi yang terjadi pada kehamilan tanpa
proteinuria, hilang pasca 3 bulan persalinan atau kehamilan dengan
pre eklampsia tanpa proteinuria setelah 20 minggu.
f. Hipertensi esensial : apabila terjadinya diinduksi oleh stress atau
konsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi

Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda yang Diagnosis kemungkinan
ada kadang-kadang ada

Tekana diastolik ≥ 90 mmHg Hipertensi kronik


pada kehamilan < 20 minggu

Tekana diastolik 90-110 Hipertensi kronik dengan


mmHg pada kehamilan < 20 superimposed pre-eklamsia
minggu ringan

Protein urin < ++

Tekana diastolik 90-110 Hipertensi dalam kehamilan


mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu

Proteinurin -

Tekana diastolik 90-110 Pre-eklamsi ringan


mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu

Proteinurin ++

Tekana diastolok ≥ 110 Nyeri kepala (tidak hilang Pre-eklamsi berat


mmhg pada kehamilan > 20 dengan analgesik biasa)
minggu
Proteinurin ≥ +++ Penglihatan kabur

Oliguria (< 400ml/24 jam)

Nyeri abdomen atas


(epigastrium)

Edema paru

Kejang Koma Eklamsia

Tekanan diastolik ≥ 90 Sama seperti pre-eklamsi


mmHg pada kehamilan > 20 berat
minggu

Proteinurin ≥ ++

Klasifikasi menurut Llewellyn-Jones (2001) :


a. Potensial PIH
TD pasien meningkat >30 mmHg pada sistolik dan >15 pada diastolik
diatas tekanan basal.
b. PIH ringan (juga dikenal hipertensi kehamilan)
TD diastolik pasien 90-99 mmHg, urin tidak menunjukkan protein
signifikan (<30>)
c. PIH sedang
TD terletak antara 140-170/100-110, yang dikonfirmasi dalam dua kali
pemeriksaan berturut-turut setelah istirahat. Jika didapati proteinuria
signifikan (>30 dan <300>)
d. PIH berat (juga dikenal sebagai pre-eklampsia atau gestational
proteinuric hypertension)
TD pasien melebihi 170/110 dan atau terdapat proteinuria nyata. PIH
berat mengenai kira-kira 1% primigravida.
e. Eklampsia iminens
Tanda-tanda PIH berat, sakit kepala berat, penglihatan kabur atau nyeri
epigastrik dan hiperrefleksia.
f. Edema
Dapat terjadi pada semua derajat PIH tetapi sedikit nilai diagnostic kecuali
jika edema generalisata, karena edema sama seringnya dengan edema
pada wanita yang tidak mengalami gangguan antenatal.
3. Patofisiologi Oedema dan Tekanan darah tinggi
Oedem merupakan efek dari terjadinya spasme pembuluh darah dan retensi
garam dan air. Akibat terjadinya retensi garam dan air akan menyebabkan
permeabilitas membran semakin meningkat dan akhirnya menimbulkan air di
kapiler memasuki jaringan.

Edema yang fisiologis terjadi pada ibu hamil. Edema ini terjadi dengan
adanya pembengkakan di tungkai dan kaki selama kehamilan. Hal ini
dikarenakan, pada ibu hamil akan terjadi pembesaran pada uterus,. Uterus
yang membesar akan menekan vena-vena besar yang menyalurkan darah
dari ektremitas bawah sewaktu pembuluh tersebut masuk ke rongga
abdomen. Bendungan darah di vena ini meningkatkan tekanan darah di
kapiler tungkai dan kaki, sehingga terjadi perpindahan cairan ke ruang
interstitium. Maka terjadi edema regional pada ibu hamil. Edema yang
patologik adalah terjadi karena kerusakan sel endotel kapiler atau
hipoalbuminemia. Kerusakan sel endotel kapiler ini diakibatkan karena sel
endotel terpapar peroksida lemak, sehingga terjadi kerusakan yang dimulai
dari membran sel endotel. Edem ini terjadi pada pre-eklampsia dan
eklampsia, edema ini non dependen pada muka dan tangan, atau edema
generalis, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
Edema pada eklampsi meliputi muka dan tangan yang timbul pada pagi hari,

Hipertensi dikaitkan dengan adanya spasme pada pembuluh darah yang


tertekan oleh uterus, sehingga lumennya menyempit dan menyebabkan
naiknya tekanan darah dalam pembuluh. Hipertensi dikatakan fisiologis
karena merupakan efek dari kompensasi terhadap kontraksi uterus.
Hipertensi pada ibu hamil tidak memerlukan penanganan khusus, namun bisa
diberikan obat apabila tekanan darah sudah mencapai 160/110. Namun
apabila tekanan darah tidak terlalu tinggi maka hanya disarankan untuk
memperbanyak istirahat, kemudian mencegah makanan atau aktifitas yang
menyebabkan naiknya tekanan darah, dan tentunya dengan pantau secara
berkala oleh petugas

Oedema dan tekanan darah tinggi pada ibu hamil dikaitkan dengan resiko
terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Adapun preeklamsia adalah
terpenuhinya minimal 2 dari 3 syarat preeklamsia yaitu oedema, tekanan
darah tinggi, dan proteinuria.

4. Pemeriksaan protein urin


Proteinuria merupakan suatu proses patologis yang terjadi karena adanya
perubahan spasme pada glomerulus, sehingga menyebabkan urin
mengandung protein. Proteiuria juga bisa menginduksi terjadinya oedem yang
akan meningkatkan resiko preeklamsia. Proteinuria adalah adanya 300 mg
protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1+ dipstik.
5. Pmx fisik
Pada pemeriksaan abdomen tampak distended, teraba janin tunggal, intra
uterin, preskep, denyut jantung janin 150 kali/menit, tinggi fundus uteri 25 cm,
his 3 kali/10 menit/kuat.

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


22-28 mgg 24-25 cm di atas simfisis
28 mgg 26,7 cm di atas simfisis
30 mgg 29,5-30 cm di atas simfisis
32 mgg 29,5-30 cm di atas simfisis
34 mgg 31 cm di atas simfisis
36 mgg 32 cm di atas simfisis
38 mgg 33 cm di atas simfisis
40 mgg 37,7 cm di atas simfisis

 8 minggu –>  telur bebek


 12 minggu : telur angsa –>  dapat diraba dari luar di atas simfisis (kosongkan
dulu kandung kencing)
 Trimester I –>  Tanda Hegar + : hipertrofi istmus
 16 mgu –>  di isi amnion & janin: sebesar kepala bayi –>  setinju dewasa dan
FET pusat –>  simfisis

 Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit


 Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
 Normal: antara 120-160x/menit
 Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
 Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
 Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
His yang sempurna bila terdapat
- Kontraksi yang simetris
- Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri dan
- Sesudah itu terjadi relaksasi.
His yang sempurna dan efektif bila ada koordinasi dari gelombang
kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi difundus uteri, dan
mempunyai amplitude 40 sampai 60 mmHg yang berdurasi 60 sampai 90
detik, denganjangka waktu antara kontraksi 2 sampai 4 menit, dan pada
relaksasi tonus uterus kurang dari 12 mmHg.

6. Pmx obstetric
pembukaan seviks uteri 4 cm (kala 1 fase aktif periode akselerasi) dengan
darah warna hitam, kepala sudah turun di Hodge II.
Bidang Hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT). Adapun bidang hodge sebagai
berikut:
a) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang
dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum,
linia inominata, ramus superior os pubis, dan tepi atas symfisis pubis.
b) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit
dengan PAP (Hodge I).
c) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP
(Hodge I)
d) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP
(Hodge I).
7. Dampak sterilisasi dengan air mendidih terhadap persalinan
Sterilisasi menggunakan air mendidih hanya akan membunuh
sebagian bakteri vegetatif dan virus inaktif. Namun tidak efektif terhadap
prion, beberapa bakteri, dan spora fungi. Oleh karena itu sterilisasi
menggunakan air mendidih tidak terlalu stabil
Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan dan dapat dipercaya
adalah menggunakan uap air/autoclave. Dengan menggunakan autoclave
sebagian besar bakteri, virus, fungi dan juga beberapa bakteri resisten dapat
dibunuh. Metode ini biasanya dilakukan dengan suhu 121 o C selama 30 menit
atau 132o C selama 4 menit secara vacum. Selain itu ada juga metode
menggunakan ethylene oksida yang biasanya digunakan untuk plastik, optik,
dan benda elektrik dengan suhu 30-60 o C dengan jumlah gas 200-800mg/L.
Selain itu juga ada metode dry heat menggunakan udara. Metode ini mirip
autoclave hanya saja tidak menggunakan uap air.
8. PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan alam mengambail keputusan dalam penatalaksanaan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya
dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, baik persalinan normal atau dengan
komplikasi.

Hal-hal yang harus dicatat dalam partograf:

1. Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam.


2. Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina:
U: selaput utuh
J : selaput pecah, air ketuban jernih
M: air ketuban bercampur mekonium
D: air ketuban bernoda darah
K: tidak ada cairan ketuban / kering
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase):
0 : sutura terpisah
1 : Sutura yang tepat ( bersesuaian)
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
4. Pembukaan mulut rahim/serviks. Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda
silang (x)
5. Penurunan: Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat
dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
6. Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah
pasien diterima.
7. Jam: catat jam sesungguhnya
8. Kontraksi: Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiaptiap
kontraksi dalam hitungan detik:
 Kurang dari 20 detik
 Antara 20 dan 40 detik
 Lebih dari 40 detik
9. Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin
pervolum cairan infuse dan dalam tetesan permenit
10. Obat yang diberikan: catat semua obat yang diberikan
11. Nadi: catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar
(•)
12. Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
13. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
14. Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.

Selain hal diatas, pengamatan yang dicatat pada partograf dapat dibagi
menjadi:

 Kemajuan persalinan: pembukaan serviks; turunnya kepala (dengan


palpasi perut seperlima kepala janin yang teraba); his (frekuensi per 10
menit, lamanya).
 Keadaan janin: frekuensi denyut jantung bayi; warna, jumlah, dan
lamanya ketuban pecah; molase kepala janin.
 Keadaan ibu: nadi, tekanan darah, dan suhu; urin (volume, protein, dan
aseton); obat-obatan dan cairan intravena; pemberian oksitosin.

Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas


kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan
segera mencari rujukan yang tepat.

Lembar partograf terdiri dari 2 bagian yaitu :


1. Lembar depan (bagian utk mencatat informasi tentang identitas/kondisi ibu
dan janin serta kemajuan persalinan)

2. Lembar belakang/catatan persalinan (bagian utk mencatat hal-hal yang


terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi serta tindakan-tindakan
yg dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir)

Lembar Depan Partograf :

1) Informasi tentang ibu:


 Nama, umur.
 Gravida, para, abortus (keguguran).
 Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
 Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin:
 Denyut Jantung Janin (DJJ)
 Warna dan adanya air ketuban
 Penyusupan (molase) kepala janin

3) Kemajuan persalinan:
 Pembukaan serviks
 Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
 Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan waktu:


 Waktu mulainya fase aktif persalinan
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

5) Kontraksi uterus:
 Frekuensi dan lamanya

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:


 Oksitosin
 Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu:
 Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
 Urin (volume, aseton atau protein)

8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya, meliputi:


 Jumlah cairan per oral yang diberikan.
 Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
 Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter
umum).
 Persiapan sebelum melakukan rujukan.
 Upaya Rujukan.

Lembar Belakang Partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). 
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap
pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar
belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya
sebagai berikut.
a. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada
saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan,
atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang
sesuai.
b. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil
penatalaksanaan tersebut.
c. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia
bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
d. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan
beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
e. Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
f. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini
sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi
perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan
setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30
menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat
yang telah disediakan (JNPK-KR, 2007).
9. APGAR
Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit
sesudah bayi lahir. Penilaian pada 1 menit digunakan untuk melihat seberapa
baik bayi tersebut mentoleransi proses persalinian. Sedangkan penilaian
pada 5 menit digunakan untuk melihat seberapa baik bayi tersebut dapat
mentoleransi keadaan di luar rahim. Test ini jarang dilakukan setelah 10
menit. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir.
Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan,
denyut jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera.
Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu
hasil penilaian Apgar 1 menit. Kelambatan tindakan akan membahayakan
terutama pada bayi yang mengalami depresi berat.
APGAR score merupakan singkatan dari 5 komponen yakni,
 Appearance: Penampilan, yang dilihat dari warna kulit.
 Pulse: Frekuensi denyut jantung.
 Grimace: Usaha bernapas yang dilihat dari kuat lemahnya tangisan.
(disini reflek menangis dinilai)
 Activity: Aktif atau tidaknya tonus otot.
 Reflex: Reaksi spontan atas rangsang yang datang.
Skor Apgar merupakan kriteria klinis untuk menentukan keadaan bayi
baru lahir. Kriteria ini berguna karena berhubungan erat dengan perubahan
keseimbangan asam-basa pada bayi. Di samping itu dapat pula memberikan
gambaran beratnya perubahan kardiovaskular yang ditemukan. Penilaian
secara Apgar ini juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan
mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Cara ini dianggap paling ideal dan
telah banyak digunakan dimana-mana. Patokan klinis yang dinilai ialah:
(1) menghitung frekuensi jantung,
(2) melihat usaha bernafas,
(3) menilai tonus otot,
(4) menilai refleks rangsangan,
(5) memperhatikan warna kulit.
Setiap kriteria diberi angka tertentu, dan biasanya dinilai 1 menit
setelah bayi lahir lengkap, yaitu saat bayi telah diberi lingkungan yang baik
serta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna. Skor Apgar satu
menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai
pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor Apgar perlu pula dinilai
setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat
dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Hassan dan Alatas, 1985).
Score 0 1 2 Angka
badan seluruh
Appearence color
Biru/Pucat merah, tubuh
(warna kulit)
extrem biru kemerahan
Pulse(heart rate) tdk ada <100 > 100
Grimace (reaksi sdikit
menangis,
terhadap tdk ada grakan
batuk/bersin
rangsang) mimik
Activity(tonus lumpuh extremitas gerakan aktif
dalam fleksi
otot)
sedikit
Respiration(usah lemah, tidak menangis
tidak ada
a nafas) teratur kuat
Jumlah

Pada APGAR test yang dinilai ada 5 hal dan dinilai masing-masing dari 0 -2 : Bila
reaksi bayi bagus, maka nilainya 2. Reaksi kurang baik bernilai 1, sedangkan reaksi
buruk bernilai 0.
 Nilai 10: Bayi memberi reaksi sangat baik pada semua pemeriksaan.
 Nilai 7-10: Bayi dianggap memiliki kemampuan adaptasi yang baik.
 Nilai di bawah 7: Fungsi jantung dan paru-paru bayi tidak baik,
sehingga perlu pertolongan.
 Nilai 0: Bayi meninggal saat lahir.
Pada bayi dengan asfiksia berat, untuk mempersingkat waktu, penilaian dilakukan
secara cepat dengan (1) menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba
xifisternum atau a. umbilicalis dan menentukan apakah jumlahnya lebih atau kurang
dari 100/menit, (2) menilai tonus otot apakah baik/buruk, (3) melihat warna kulit
(Hassan dan Alatas, 1985).
Asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam (Hassan dan Alatas, 1985).:
1. ‘Vigorous baby’. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. ‘Mild-moderate asphyxia’ (asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. Pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
a. Asfiksia berat. Skor Apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
b. Asfiksia berat dengan henti jantung. Henti jantung ialah keadaan (1) bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, (2)
bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis
lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat
10. Alat pelindung diri dan patient safety
Alat pelindung diri, antara lain :
a. Sarung tangan
b. Celemek/gaun
c. Masker
d. Kacamata pelindung
e. Sarung kaki plastik/sepatu boot
f. Penutup kepala
Serta selalu melakukan teknik aseptik (cuci tangan) sebelum melakukan
tindakan medis.
Patient safety yang dapat diusahakan secara hukum oleh para dokter
obgyn adalah dengan cara selalu melaporkan keadaan pasien ke dalam
rekam medis serta informed consent pada pasien.
11. Fisiologi Persalinan Normal
Faktor yang memicu dimulainya persalinan adalah:
1. Peran Estrogen Kadar Tinggi
Selama awal gestasi, kadar estrogen ibu relatif rendah, tetapi seiring
dengan kemajuan kehamilan, sekresi estrogen plasenta terus meningkat.
Estrogen kada tinggi mendorong sintesis konekson di dalam sel-sel otot polos
uterus. Konekson yang baru terbentuk disimpan di membran plasma
endometrium untuk membentuk taut selah yang secara elektris menyatukan
sel-sel otot polos uterus sehingga mereka mampu berkontraksi secara
terkoordinasi.
Estrogen kadar tinggi juga meningkatkan reseptor oksitosin di
miometrium. Selain itu juga mendorong pembetukan prostaglandin lokal yang
berperan dalam pematangan serviks dengan merangsang enzim-enzim
serviks yang secara lokal menguraikan serat kolagen yang terdapat pada
serviks uteri. Selain itu, prostaglandin juga meningkatkan responsivitas uterus
terhadap oksitosin.
2. Peran Oksitosin
Oksitosin adalah hormone yang diproduksi oleh hipotalamus, disimpan
di hipofisis anterior, dan dibebaskan ke dalam darah dari hipofisis posterior
pada stimulasi saraf oleh hipotalamus. Oksitosin, suatu perangsang otot
uterus yang kuat, berperan kunci dalam kemajuan persalinan. Persalinan
dimulai ketika konsentrasi reseptor oksitosin mencapai suatu ambang kritis
yang memungkinkan kontraksi kuat terkoordinasi sebagai respons terhadap
oksitosin darah yang biasa.
3. Peran Corticotropin-Releasing Hormone (CRH)
Pada janin, banyak CRH yang berasal dari plasenta. Peningkatan laju
sekresi DHEA oleh korteks adrenal sebagai respons terhadap CRH plasenta
menyebabkan peningkatan kadar sekresi estrogen plasenta. Plasenta
mengubah DHEA dari kelenjar adrenal janin menjadi estrogen, yang
kemudian masuk ke dalam aliran darah ibu. Jika sudah cukup tinggi, estrogen
ini mengaktifkan proses-proses yang memulai persalinan.
4. Peran Peradangan
Hal yang perlu diperhatikan pada respons peradangan adalah
pengaktifan NF-κB di uterus. NF-κB mendorong pembentukan sitokin-sitokin
peradangan misalnya IL-8 dan prostaglandin yang meningkatkan kepekaan
uterus terhadap berbagai pembawa pesan kimiawi pemicu kontraksi dan
membantu melunakkan serviks.
Berbagai faktor yang berkaitan dengan terjadinya persalinan aterm dan
persalinan prematur dapat menyebabkan lonjakan NF-κB. Faktor-faktor
tersebut mencakup peregangan otot uterus dan adanya protein surfaktan
paru SP-A di cairan amnion. SP-A mendorong migrasi makrofag janin ke
uterus. Makrofag selanjutnya menghasilkan sitokin peradangan IL-1β yang
menghasilkan NF-κB.
Secara umum setidaknya ada 3 presentasi kehamilan yang dapat muncul :
1. Presentasi kepala (pada sekitar 97% kehamilan)
2. Presentasi bokong (3%)
3. Presentasi bahu/transversal (1%)

Anda mungkin juga menyukai