Jawaban
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak sempurna
pada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor karena
pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering
berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala ini meliputi :
Selain itu, perkembangan BPH dapat menyebabkan komplikasi termasuk penyakit ginjal
kronis, hematuria berat, inkontinensia urin, infeksi saluran kemih yang berulang,
divertikula kandung kemih, dan batu kandung kemih (Wells et al., 2015).
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat lain
untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan
obstruksi.
Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan.
Begitu juga dengana danya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal) tidak ada toleransi
terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi obat penangkal
nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan dikenakan gelombang kejut untuk
memecahkan batunya. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi,
kencing manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan
anak-anak, serta berat badan berlebih (obesitas). Penggunaan ESWL untuk terapi
batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan
serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.
c. Endourologi Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih.
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit
2) Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli).
3) ureteroskopi atau uretero-renoskopi
4) ekstraksi Dormia (mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia).
d. Bedah Terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, danureterolitotomi untuk batu di ureter
e. Pemasangan Stent
Sangat perlu pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi dan pada batu
ureter yang melekat (impacted).
BPH (Hardjowijoto S, dkk. 2011)
a. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien.
b. Medikamentosa
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat
tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi
(misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoarepens, dll), gelombang alfa blocker dan
golongan supresor androgen.
c. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
2) Klien dengan residual urin > 100 ml.
3) Klien dengan penyulit.
4) Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui sitoskopi
atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.
Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung
kemih.
Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah
melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.
Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara
skrotum dan rektum.
Prostatektomi retropubis radikal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan
jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah,
uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat.
d) Terapi Invasif Minimal
1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)
Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar
prostat melalui antena yang dipasang melalui /pada ujung kateter.
2) Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)
3) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD
6. Mahasiswa mampu membedakan antara anuria dengan retensi urin
Anuria adalah suatu keadaan dimana tidak ada produksi urine atau keadaan dimana
produksi urine dalam 24 jam kurang dari 100 ml.
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensi urin
berhubungan dengan stimluasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau uretra,
inflamasi atau obstruksi mekanis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kondisi anuria kandung kemih akan kosong
akibat urin yg tidak diproduksi. Sedangkan pada retensi urin kandung kemih penuh
akibat ketidakmampuannya untuk mengosongkan secara sempurna.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis banding untuk retensi urin apa saja selain 2
penyakit di atas dari definisi sampai tatalaksana/komplikasi/edukasi.
PROSTATITIS
Prostatitis adalah peradangan pada kelenjar prostat yang bisa terjadi tiba-tiba (akut) atau
berkembang secara bertahap dalam waktu yang lama (kronis) (Ho, D., 2017). Prostatitis biasanya
ditandai dengan nyeri dan kesulitan buang air kecil. Prostatitis bisa menyerang pria di segala
usia, tapi lebih sering terjadi pada pria berusia di bawah 50 tahun. Hal ini berbeda dengan
kanker prostat atau pembesaran prostat yang cenderung menyerang pria lanjut usia.
ETIOLOGI : Klasifikasi berdasarkan National Institutes of Health classification system,
penyebab prostatitis yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya:
Kategori I (Prostatitis Bakteri Akut)
Kategori II (Prostatitis Bakteri Kronik)
Kategori III (Prostatitis non bacterial kronis atau sindroma pelviks kronis)
Kategori IV (Prostatitis inflamasi asimtomatik)
Esherichia coli
Pseudomonas
Neisseria gonorrhoeae
Chlamydia trachomatis
Jenis bakteri penyebab prostatitis bakteri kronis sama dengan prostatitis bakteri akut.
Bedanya, prostatitis bakteri akut muncul dan bertambah parah dalam waktu singkat,
sedangkan prostatitis bakteri kronis berkembang dengan lambat dalam waktu beberapa bulan.
Prostatitis bakteri kronis juga dapat dipicu oleh penyakit lain, seperti penyakit ginjal, TBC
(tuberkulosis), HIV, dan sarkoidosis.
Stres
Cedera di saraf dekat prostat
Trauma fisik di prostat atau area sekitarnya, misalnya akibat benturan
Riwayat infeksi saluran kemih
Sindrom kelelahan kronis
Irritable bowel syndrome
PATOFISIOLOGI
pathway
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh bakteri
maupun nonbakteri. Inflamasi ini akan menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar prostat
sehingga menekan uretra dan menyebabkan gangguan berkemih. Patofisiologi prostatitis non
bakteri berhubungan dengan terjadinya disfungsi neuromuskular atau refluks urin ke saluran
prostat. Selain itu, prostatitis non bakteri juga dapat disebabkan oleh infeksi HIV. Pada orang
dengan HIV, prostatitis viral umum terjadi dengan penyebab utama adalah cytomegalovirus.
Pada prostatitis bakterial, infeksi dapat berasal dari transmisi seksual, tetapi dapat pula
berasal dari penyebaran hematogen, limfatik, atau dari lokasi yang berdekatan. Sumber
patogen pada prostatitis bakterial dapat berasal dari refluks urin intraprostatik, infeksi
asenden uretral, penyebaran limfatik dari rektum, atau penyebaran langsung dari hematogen.
Refluks urin merupakan penyebab utama terjadinya prostatitis (Krieger JN, et al, 2011)
GEJALA PROSTATITIS
Demam
Menggigil
Aliran urine melemah
Urine berbusa dan berbau tidak sedap
Terdapat darah dalam urine atau sperma
Terus-menerus merasa ingin buang air kecil atau malah sulit buang air kecil
Sering buang air kecil di malam hari (nokturia)
Nyeri saat buang air kecil, buang air besar, atau ejakulasi
Nyeri di perut, pangkal paha, penis, testis, perineum (area antara pangkal testis dan
anus), atau punggung bawah
Pada penderita asymptomatic inflammatory prostatitis, gejala biasanya tidak muncul
DIAGNOSIS PROSTATITIS
Tes darah, untuk mendeteksi infeksi di dalam darah, meliputi hitung darah lengkap
dan pemeriksaan kadar prostate-specific antigen (PSA)
Tes urine, untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat di urine
Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan colok dubur, untuk
memperoleh sampel cairan sekresi dari prostat yang kemudian akan dianalisis
Pemindaian dengan USG atau CT scan, untuk melihat kondisi prostat dengan lebih
jelas (Coker, T., 2016)
TATALAKSANA
1. Medikamentosa
Antibiotik, untuk mengatasi prostatitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Antibiotik bisa diberikan dalam bentuk obat minum atau suntik
Penghambat alfa, untuk meredakan nyeri dan penyumbatan yang terjadi saat buang air
kecil
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk mengurangi peradangan
2. Pemasangan kateter
Pada pasien prostatitis yang mengalami pembengkakan kelenjar prostat dan sulit buang air
kecil, dokter akan melakukan pemasangan kateter dari perut bagian bawah (suprapubic).
3. Operasi
Bila terdapat batu pada prostat pasien, dokter akan melakukan pemotongan dan
pengangkatan prostat melalui prosedur transurethral resection of the prostate (TURP)
atau prostatektomi total.
(Jon Rees et al, 2014)
KOMPLIKASI PROSTATITIS
Jika tidak segera ditangani, prostatitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Sepsis
Masalah saluran kemih seperti sistitis rekuren, epididimitis, retensi urin, obstruksi
saluran kemih
Abses prostat (pada pasien imunokompromais, diabetes, menggunakan kateter jangka
panjang, atau dialisis)
Masalah ginjal seperti pielonefritis atau cedera ginjal akut
(Yoon BI, et al. 2013)
EDUKASI
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang berfungsi untuk
pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang
membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja
memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel - sel sperma yang dibuat di dalam testis
akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan meliputi 10 - 30 % dari
ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat mengganggu proses reproduksi adalah
keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik
jinak maupun ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih
berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini
manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat
membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica
dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai
kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi
lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomi dari buli-buli berupa: Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien
sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptom/LUTS (Basuki, 2000: 76).
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil
dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini
disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi
menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi
dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli
saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan
jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai
timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak
berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut
sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut
menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia
urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli
tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi.
Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot detrusor memompa urinedan
menjadi retensi urine.Retensi urine kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal
American Urological Asssociation 2019. What Are Prostatitis and Related Chronic Pelvic
Pain Conditions?
Coker, T., & Dierfeldt, D. 2016. Acute Bacterial Prostatitis: Diagnosis and Management.
Ho, D. 2017. Prostate Inflammation: A Brief Review. Urological Science, 28(3), pp. 113-8.
Jon Rees et al. 2014. Diagnosis and treatment of chronic bacterial prostatitis and chronic
prostatitis/chronic pelvic pain syndrome: a consensus guideline. P9-12.
Kapoor, A. 2012. Benign prostatic hyperplasia (BPH) management in the primary care
setting. Can J Urol, 19, p.10-17.
Krieger JN, et al. 2011. Acute Escherichia coli prostatitis in previously health young men:
bacterial virulence factors, antimicrobial resistance, and clinical outcomes. Urology, 77:1420.
PURNOMO, B., et al.,. 2016. The effect of long term alfa adrenoceptor antagonist treatment
on prostatic muscle contraction respon after exposure to alfa adrenoceptor agonist (in vitro)
in men with BPH: T-BPHP-6267. International Journal of Urology, 23.
Sahab, N., & Ikhsan, M. 2015. Evaluasi Batu Kandung Kemih di RSUD Cengkareng.
Vuichoud C, Loughlin KR. 2015. Benign prostatic hyperplasia: epidemiology, economics and
evaluation. The Canadia
Yoon BI, et al. 2013. Clinical courses following acute bacterial prostatitis. Prostate Int ; 1:89.