Anda di halaman 1dari 29

Panduan Praktik Klinis

Bagian Obstetri dan Ginekologi


RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Ketuban Pecah Dini
Definisi Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam
kehamilan (sebelum onset persalinan berlangsung)
Dibedakan menjadi:
- PPORM (Preterm Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah pada saat usia kehamilan <37 minggu
- PROM (Premature Rupture of Membranes)
Ketuban pecah saat usia kehamilan ≥ 37 minggu
Anamnesis - Umur kehamilan > 20 minggu
- Keluar cairan ketuban dari vagina
- Ditanyakan adanya nyeri pinggang atau nyeri perut
- Apakah terdapat demam untuk mengidentifikasi adanya infeksi
Pemeriksaan Fisik - Periksa tanda-tanda vital pasien
- Periksa tanda-tanda adanya infeksi : suhu tubuh ibu >38o, air ketuban
keruh dan berbau
- Periksa denyut jantung janin
- Pemeriksaan spekulum: terlihat cairan keluar dari ostium uteri
eksternum
- Kertas nitrazin merah akan jadi biru

Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik


- Mikroskopis: terlihat lanugo dan verniks kaseosa

Diagnosis Kerja GxPxAxMx usia kehamilan dengan Ketuban pecah dini


Diferensial Diagnosis - Fistula vesikovaginal dengan kehamilan
- Stres inkontinensia

Pemeriksaan Penunjang - USG : menilai jumlah cairan ketuban, menentukan usia kehamilan,
berat janin, letak janin, kesejahteraan janin, dan letak plasenta

Tatalaksana a. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu mapun janin), pada umur kehamilan 28-34 minggu, dirawat
selama 2 hari
Selama perawatan dilakukan
1. Observasi kemungkinan adanya amnionitis/ tanda-tanda infeksi
 Ibu: suhu> 38o C, takikardi, leukositosis, tanda-tanda infeksi
intrauterin, rasa nyeri pada rahim, sekret vagina purulen
 Janin: takikardi janin
2. Pengawasan timbulnya tanda persalinan
3. Pemberian antibiotika p.o (Cefadroxil 2x500mg, eritromisin
4x500 mg) selama 3-5 hari atau antibiotika spektrum luas lain
yang sensitif.
4. Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan janin
5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan pematangan
paru, dan proteksi otak janin
Kriteria diagnosi amnionitis
1. Febris
2. Leukositosis
3. Takikardi
4. Cairan ketuban mungkin berbau
b. Aktif
1. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28
minggu dan ≥34 minggu
2. Ada tanda-tanda infeksi
3. Timbulnya tanda-tanda persalinan
4. Gawat janin
Edukasi - Penjelasan mengenai ketuban pecah dini dan risiko komplikasi
- Apabila pulang pasien dianjurkan:
- Tidak melakukan coitus/ irigasi vagina
- Segera kontrol bila ada tanda-tanda infeksi/gerak janin
berkurang
- PNC tiap minggu sampai usia kehamilan 34 minggu
- Penjelasan mengenai penyulit : infeksi, sepsis, kematian janin karena
infeksi atau prematuritas.
Prognosis Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta
adanya infeksi atau tidak.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Preeklamsi
Definisi Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Dibedakan:
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan < 20 minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklamsi/ eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah timbulnya
preeklamsi atau eklamsi pada hipertensi kronik
3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan
pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak
mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau preeklamsi/eklamsi
(tidak disertai proteinuri). Gejala ini akan hilang dalam waktu <12
minggu pasca salin
Anamnesis - Umur kehamilan >20 minggu
- Hipertensi
- Tidak ada kejang, penurunan kesadaran, penglihatan kabur, nyeri
kepala hebat, nyeri ulu hati.
Pemeriksaan Fisik Preeklamsi ringan:
Diagnosis preeklamsi ringan didasarkan atas timbulnya hipertensi (sistolik
antara 140-<160 mmHg dan diastolik antara 90-<110 mmHg) disertai
proteinuri (≥ 300 mg/24 jam, atau 1+ dipstick).
Preeklamsi berat:
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini preeklamsi digoongkan
berat.
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik
≥ 110 mmHg.
- Proteinuri ≥ 2 g/24 jam atau ≥ 2+ dalam pemeriksaan kualitatif
(dipstick)
- Kreatinin serum >1,2 mg% disertai oiguri (<400 ml/24 jam)
- Trombosit <100.000/mm3
- Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
- Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
- Sakit kepala yang menetap- atau gangguan visus dan serebral
- Nyeri epigastrium yang menetap
- Pertumbuhan janin terhambat
- Edema paru disertai sianosis
- Adanya HELLP syndrome (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Count)
Kriteria Diagnosis Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diagnosis Kerja Preeklamsi Ringan/ Berat


Diferensial Diagnosis Hipertensi menahun, kelainan ginjal
Pemeriksaan Penunjang Preeklamsi ringan: urin lengkap
Preeklamsi berat/eklamsi:
- Pemeriksaan laoratorium : Hb, Ht, leukosit, trombosit, urin
lengkap, pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, ureum, kreatinin,
SGOT, SGPT, analisa gas darah dan asam urat darah
- Pemeriksaan KTG
- Pemeriksaan foto rontgen thoraks
Pemeriksaan USG
Terapi Preeklamsi ringan
Rawat jalan, pasien dianjurkan cuup istirahat, memantau tekanan darah
dan proteinuria setiap hari.
Dapat diertimbangkan pemberian antioksidan dan kalsium.
Kontrol setiap minggu.
Bila tekanan darah terkontrol pada umur kehamilan 37 minggu dilakukan
terminasi kehamilan.
Preeklamsi berat
Rawatbersma dengan departemen terkait (penyakit dalam, penyakit
saraf, mata, anestesi, dll)
A. Medikamentosa
- Infus larutan ringer laktat
- Pemberian obat:
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan
infusion pump):
a. Dosis awal
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan ke dalam
100 cc ringer laktat, diberikan selama 15-20 menit.
b. Dosis pemeliharaan
10 gr dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan
kecepatan 1-2 gr/jam (20-30 tetes per menit)
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
a. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas
10% (1gr dalam 10cc) diberikan IV dalam wakttu 3-5
menit.
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernapasan ≥ 16 kali per menit
d. Produksi urin ≥ 30 cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam)
MgSO4 dihentikan bila:
a. Ada tanda-tanda intoksikasi
b. Setelah 24 jam pasca salin
c. Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan tekanan
darah (normotensi)
2. Antihipertensi
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan/ atau diastolik ≥ 110
mmHg.
Dapat diberikan:
a. Nifedipin: 10 mg per oral dan dapat diulangi setiap 30
menit (maksimal 120mg/ 24 jam) sampai terjadi
penurunan MABP 20%. Selanjutnya diberikan dosis
rumatan 3x10 mg (pemberian nifedipine tidak boleh
diberikan sub lingual)
b. Nikardipine diberikan bila tekanan darah ≥180/110
mmHg hipertensi emergensi dengan dosis 1 ampul 10mg
dalam larutan 50 cc/ jam atau 2 ampul 10 mg dalam
larutan 100 cc tetes per menit mikro drip. Pelarut yang
tidak dapat digunakan adalah ringer laktat dan
bikarbonat natrikus.
B. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi
Kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik
b. Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif.
Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v cukup i.m saja. _
MgSO4 40%, 8 gram i.m). atau bila menggunakan cara intravena
secara kontinyu diberikan langsung dosis pemeliharaan.
Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda
preeklamsi ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
c. Pengelolaan obstetrik
- Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan
evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan
tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan
janin
- Bila setelah 2x24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus
diterminasi. Cara terminasi sesuai dengan pengelolaan aktif.
- Penyulit: subgrina HELLP, gagal ginjal, gagal jantung, edema
paru, kelainan pembekuan darah
C. Pengelolaan aktif
Indikasi bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini:
Ibu:
- Kehamilan >34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2 hari
telah diberikan, dan memberitahu bagian perinatologi sebelum
pengakhiran kehamilan)
- Adanya gejala impending eklamsi
- Gagal perawatan konservatif
Janin:
- Adanya tanda-tanda gawat janin
- Adanya tanda-tanda IUGR
Laboratorik:
- Adanya HELLP syndrome
D. Pengelolaan obstetri
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu:
1. Dilakukan induksi persalinan bila skor bishop ≥6. Bila perlu
dilakukan pematangan seviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam.
Bila tidak, induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul
dengan seksio sesaria.
2. Indikasi seksio sesaria
a. Syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi
b. Terdapat kontraindikasi persalinan pervaginam
c. Induksi persalinan gagal
d. Terjadi gawat janin
e. Kelainan letak
f. Bila umur kehamilan < 34 minggu

Sudah inpartu:
1. Perjalanan persalinan normal diikuti dengan partograf WHO
2. Memperpendek kala II
3. Seksio sesaria dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan
gawat janin
4. Bila skor bishop ≤ 6 direkomendasikan tindakan seksio sesarea
5. Anestesia: regional anestesi, epidural anestesi. Tidak dianjurkan
anestesi umum.
Catatan:
Pemeriksaan dalam, amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan
sekuranbg-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan
medisinal.

Kala II:
Kala II diselesaikan dengan partus buatan kecuali ada kontraindikasi.
Edukasi - Edukasi pasien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan secara
rutin.
- Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin, serta tatalaksana yang
akan diberikan.
Prognosis Prognosis preeklampsia pada ibu dikaitkan dengan diagnosis dan
pengobatan dini. Jika penderita tidak terlambat mendapatkan
penanganan sesegera mungkin, terlebih untuk kasus gawat darurat,
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah persalinan/terminasi.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Eklamsi
Definisi Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi ringan atau berat, dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dengan atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh penurunan
kesadaran tanpa kejang.
Anamnesis - Umur kehamilan > 20 minggu
- Hipertensi
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Penglihatan kabur
- Nyeri kepala hebat
- Nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik - Kesadaran : somnolen sampai koma
- Tanda vital: tekanan darah >140/90 mmHg
- Proteinuria minimal +1
- Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
Kriteria Diagnosis Penderita preeklamsia ringan atau berat disertai kejang

Diagnosis Kerja Eklamsi


Diferensial Diagnosis - Epilepsi
- Ensefalitis
- Meningitis
- Kejang karena kelainan SSP
Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksan Hb, Ht, Leukosit, trombosit, urin lengkap, fungsi hati,
fungsi ginjal
- Pemeriksaan foto rontgen thoraks
- Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak
- Punksi lumbal, bila ada indikasi.
- Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca dan Cl; kadar glukosa, urea N,
kreatinin, SGOT, SGOT, analisa gas darah, asam urat untuk mencari
penyebab kejang lain atas indikasi.
- Pemeriksaan USG dan KTG
Terapi Pengobatan medisinal:
1. Infus larutan Ringer Laktat
2. Pemberian obat : MgSO4
Cara pemberian MgSO4 sama dengan preeklamsi berat: bila
timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 g MgSO4
40% IV selama 2 menit, sekurang-kurangnyta 20 menit setelah
pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 g hanya diberikan sekali
saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka
diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB i.v pelan-pelan.
Perawatan pasien dengan serangan kejang
1. Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
2. Masukkan sudip lidah ke dalam mulut pasien
3. Kepala direndahkan: daerah orofaring dihisap
4. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup longgar guna
menghindari fraktur
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada:
a. Edema paru
b. Payah jantung kongestif
c. Edema anasarka
Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklamsi berat
Kardiotonika:
- Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda
payah jantung.
- Perawatan dilakukan bersama dengan bagian penyakit jantung
Lain-lain:
1. Obat-obat antipiretik
a. Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5oC
b. Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol
2. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
3. Anti nyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin
HCl 50-75 mg sekali saja.
Pengobatan Obstetrik
Sikap terhadap kehamilan
1. Sikap dasar:
a. Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin.
b. Gejala impending eklamsi, adalah:
- Penglihatan kabur
- Nyeri ulu hati
- Nyeri kepala yang hebat
2. Saat pengakhiran kehamilan:
Terminasi kehamilan impending eklamsi adalah dengan
pervaginam, seksio bila ada indikasi obstetri.
Perawatan rumah sakit:
Diperlukan perawatan di ruang rawat intensif, dan ruang HCU bila
tersedia.

Pengobatan Obsterik
Sikap terhadap kehamilan
Sikap dasar: semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhir tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Sindrom HELLP
Weinstein, 1982, yang mula-mula menggunakan istilah HELLP Syndrome
untuk kumpulan gejala hemolysis, elevated liver enzym dan low platelets
count yang merupakan gejala umum dari sindroma ini.
Diagnosis laboratorium:
- Hemolisis:
 Adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan sel
Burr pada apus darah perifer
 Kadar bilirubin total >1,2 mg%
- Kenaikan kadar enzim hati
 Kadar SGOT >70 IU/L
 Kadar LDH > 600 IU/L
- Trombosit <100x103/mm3
Pada prinsipnya pengelolaan terdiri dari:
1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipertensi (lihat
pengelolaan preeklamsi berat)
2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 (sesuai dengan
preeklamsi)
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
<30.000/mm3 untuk mencegah perdarah spontan
5. Terapi konservatif dilakukan apabila umur kehamilan <34 minggu,
tekanan kadar enzim hati yang tidak disertai nyeri perut kuadran
kanan atas atau nyeri ulu hati
6. Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru janin.
Deksametason 2x5 mg (2 hari), betametason 1x12 mg (2hari)
7. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan indikasi
seperti: serviks yang belum matang (skor Bishop <6), bayi prematur,
atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam
8. Bila akan dilakukan operasi seksio sesarea, kadar trombosit <
50,000/mm3 merupakan indikasi untuk melakukan tranfusi
trombosit.
9. Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk mengantisipasi
adanya perdarahan intraabdominal. Perawatan pasca bedah di ICU
atau HCU merupakan indikasi untuk monitor komplikasi gagal
jantung kongestif dan sindroma distres pernafasan.
Penyulit:
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan darah,
perdarahan otak, kematian

Edukasi Dilakukan informed consent kepada keluarga pasien pada setiap aspek
tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah
sangat mengancam jiwa
Prognosis Dubia ad malam
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Perdarahan Antepartum
Definisi Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada wanita
hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat berupa
plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya,
pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin lahir.
Anamnesis - Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau berulang tanpa disertai
rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun banyak.
- Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim
- Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat kuretase berulang
- Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
Pemeriksaan Fisik - Tanda-tnda syok (ringan sampai berat)
- Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk
pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diagnosis Kerja Perdarahan antepartum


Diferensial Diagnosis - Kelainan lokal pada vagina/ servik: varises, perlukaan, karsinoma, erosi
atau polip

Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: crossmatch, kadar Hb, leukosit, trombosit, hematokrit,


golongan darah, fibrinogen, D-Dimer, BT, CT, PT, aPTT.
- Pemeriksaan USG
Bed side clotting test
Tujuan: menilai faktor pembekuan darah secara cepat dan sederhana
(metode kualitatif)
Cara: ambil 5 cc darah vena dan masukkan ke dalam tabung kosong
yang telah dimasukkan 1 batang lidi. Setelah 6 menit, 8 menit, dan 10
menit dicoba diangkat batang lidi tersebut dan lihat bekuan darah
yang terbentuk.
Bila bekuan darah terbentuk < 10 menit dan tidak mudah
hancur/pecah berarti faktor pembekuan darah masih baik dan
diperkirakan kadar fibrinogen >200 mg/dL
Bila bekuan darah terbentuk > 10 menit dan bekuannya mudah
hancur berarti telah terdapat gangguan faktor pembekuan darah
(kadar fibrinogen<200mg/dL)
Terapi Penatalaksanaan umum:
- Informed consent
- Stabilisasi, ABC (posisikan semi ekstensi, bebaskan jalan nafas,
O2 jika perlu, resusitasi cairan). Tentukan ada syok atau tidak.
Jika ada, berikan transfusi darah, infus cairan, oksigen dan
kontrol perdarahan. Jika tidak ada syok atau keadaan umum
optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi.
- Hentikan sumber perdarahan.
- Monitor tanda-tnda vital
Penatalaksanaan spesifik:
Syarat:
- Keadaan umum ibu dan anak baik.
- Perdarahan sedikit.
- Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan
janin kurang dari 2500 gr.
- Tidak ada his persalinan
Penatalaksanaan ekspektatif:
- Pasang infus, tirah baring
- Bila ada kontraksi prematur bisa diberi tokolitik
- Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan CTG setiap
minggu
Penatalaksanaan aktif:
Persalinan pervaginam:
- Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau
plasenta previa lateralis di anterior (dengan anak letak kepala).
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG,
perabaan fornises atau pemeriksaan dalam di kamar operasi
tergantung indikasi.
- Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Persalinaan perabdominam, dilakukan pada keadaan:
- Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
- Plasenta previa totalis
- Plasenta previa lateralis di posterior
- Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang.

Penyulit : syok irreversible, DIC


Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin
- Menjelaskan tentang penyebab perdarahan antepartum
- Menjelaskan tentang program tatalaksana pada ibu dan keluarga
- Jika ibu diperbolehkan rawat jalan dan kehamilan masih
dipertahankan, jelaskan kepada keluarga dan ibu tentang penyebab
perdarahan serta agar ibu mengurangi aktivitas fisik dan tidak
melakukan hubungan badan terlebih dahulu
Prognosis a. Plasenta previa
Dubia
b. Solusio plasenta
Dubia
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Kematian Janin dalam Rahim
Definisi Kematian janin dalam rahim adalah kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500 gram atau lebih.
Anamnesis - Ibu tidak merasakan gerakan janin
Pemeriksaan Fisik - TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan
- Tidak ada DJJ (denyut jantung janin) dengan pemeriksaan
menggunakan Doppler atau stetoskop lanence.
Kriteria Diagnosis Tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam rahim

Diagnosis Kerja IUFD (Intra uterine fetal death) atau kematian janin dalam rahim
Diferensial Diagnosis -

Pemeriksaan Penunjang - USG: ditemukannya tanda-tanda kematian janin.


- Dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kemungkinan
gangguan pembekuan darah (DIC)
Terapi Lahirkan janin
1. Misoprostol 100ug intravagina, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam
sesudah pemberian pertama.
2. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
3. Pemberian tetes oksitosin 5IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes
per menit sampai maksimal 60 tetes per menit
4. Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin kepada keluarga
- Menjelaskan tatalaksana yang akan dilakukan terhadap ibu dan janin

Prognosis Prognosis tergantung dari seberapa cepat janin yang mati dilahirkan.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Hiperemesis Gravidarum
Definisi Mual dan muntah hebat yang mungkin diikuti terjadinya dehidrasi.
Muntah persisten menyebabkan hipotensi postural, takikardi, gangguan
elektrolit, ketosis, dan kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum
berat merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani.
Anamnesis - Mula disertai muntah hebat dan berulang
- Kehamilan muda (4-16 minggu)
- Semua yang dimakana atau diminum kembali dimuntahkan
- Dapat disertai tanda dehidrasi ringan sampai berat
Pemeriksaan Fisik - Turgor kulit menurun
-

Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diagnosis Kerja Hiperemesis gravidarum


Diferensial Diagnosis - Dispepsia
- Migrain-vertigo
- Iritasi peritoneal, misalnya: pada kehamilan ektopik terganggu
Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium
- Keton (+)
- USG
a. Menentukan letak kantung kehamilan intra atau ekstrauterin
b. Menentukan jumlah janin
c. Menentukan usia kehamilan
d. Tidak terdapat tanda mola hidatidosa (komplit atau parsial)
Terapi - Lini pertama pengobatan mual dan muntah pada kehamilan adalah
melalui pemberian antiemetik secara oral.
- Bila terapi oral gagal, maka dapat dilakukan pemberian cairan
intravena NaCl atau RL, atau pemberian nutrisi melalui larutan untuk
koreksi dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan ketidakseimbangan
asam dan basa.
- Cairan intravena dapat disertai pemberian obat (drip)
- Pemberian dekstrose 5-10% masih dapat diberikan setelah dehidrasi
teratasi.
- Jika mual dan muntah hebat tetap terjadi setelah rehidrasi, maka
sebaiknya pasien dirawat.
- Antiemetik: promethazin, proklorperazin, klorpromazine,
metoklopramid, ondansentron dapat diberikan secara peroral, drip
atau i.v bolus, sesuai dosis lazim.
- Pasien dapat dipulangkan setelah perawatan bila telah dapat makan
serta minum tanpa dimuntahkan kembali.
Edukasi - Jelaskan tentang kondisi ibu dan janin saat ini
- Beri motivasi kepada ibu dan keluarga
- Menjelaskan kepada ibu tentang cara mengurangi mual dan muntah
- Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan
- Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur
Prognosis Bonam
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Letak Sungsang
Definisi Kehamilan dengan anak letak memanjang dengan bokong/kaki sebagai
bagian terendah.
Klasifikasi:
1. Letak bokong murni
2. Letak bokong kaki
3. Letak kaki
Anamnesis - Ibu merasa penuh di bagian perut atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah.
Pemeriksaan Fisik - Pada pemeriksaan luar di bagian bawah uterus tidak teraba kepala.
Kepala teraba pada di fundus uteri
- Denyut jantung janin umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih
tinggi dari umbilicus
- Pada pemeriksaan dalam apabila ketuban sudah tidak ada dapat
diraba bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber os.
Iscii, dan anus. Juga dapat teraba tumit kaki
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik dan dari USG dapat diketahui
posisi janin.

Diagnosis Kerja GxPxAxMx usia kehamilan dengan letak sungsang


Diferensial Diagnosis -

Pemeriksaan Penunjang - USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk mengetahui:
1. Kelainan janin yang menyebabkan letak sungsang
2. Kelainan di luar janin yang menyebabkan letak sungsang
Terapi Dalam kehamilan:
Dilakukan versi pada usia kehamilan ≥ 34 minggu

Dalam persalinan:
- Bila dicoba dilakukan VL
- Bila VL tidak berhasil perhatikan keadaan sebagai berikut:
a. Panggul sempit
b. Anak mahal
c. Primi tua
d. TBBJ ≥ 3500 gram
e. Usia kehamilan < 37 minggu dengan TBBJ ≥ 1800 gram,
(menghubungi bagian perinatologi untuk persalinan preterm)
Bila didapatkan salah satu keadaan tersebut diatas, persalinan
dilakukan per abdominam.
Bila keadaan diatas tidak ada, persalinan direncanakan
pervaginam dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Persalinan harus lancar
b. Awasi kemungkinan tali npusat menumbung pada ketuban
yang sudah pecah
c. Tetes oksitosin dibatasi hanya 1 labu
d. Dilakukan penilaian skor Zatuchni

Pada Kala II
Cara persalinan dapat dilakukan
a. Persalinan spontan (Bracht)
b. Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan manual aid
Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin
- Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan dilakukan

Prognosis Dubia
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Letak Lintang
Definisi Letak lintang adalah keadaan sumbu panjang janin tegak lurus terhadap
sumbu panjang ibu
Anamnesis -
Pemeriksaan Fisik - Pada pemeriksaan luar tampak perut melebar ke samping dan pada
kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya.
- Pada palpasi bagian fundus uteri maupun bagian bawah rahim teraba
kosong, sedangkan bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau
kanan, di atas fossa iliaka.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik dan USG

Diagnosis Kerja GxPxAxMx usia kehamilan dengan Letak lintang


Diferensial Diagnosis -

Pemeriksaan Penunjang - USG : untuk melihat posisi janin

Terapi 1. Dalam kehamilan


Dilakukan versi luar pada kehamilan ≥34 minggu
2. Dalam persalinan
Bila syarat terpenuhi dan tidak ada kontraindikasi dilakukan versi luar
a. Bila berhasil, persalinan dilakukan pervaginam
b. Bila tidak berhasil:
- Pada janin hidup:
 Partus pervaginam bila usia <28 minggu
 Seksio sesarea bila usia kehamilan ≥ 28 minggu
- Pada janin mati bila:
 TBBJ <1700 gr: persalinan spontan dengan cara
konduplikasio korpore dan evolusi spontan dan bisa
dibantu dengan traksi beban.
 TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat
terpenuhi dan harus dilakukan eksplorasi jalan lahir
 TBBJ ≥ 2500 gr dan bagian terendah janin mati masih
tinggi dilakukan seksio sesarea.
 Letak lintang kasep dilakukan embriotomi dengan atau
evirasi
Edukasi - Menjelaskan kondisi janin kepada keluarga
- Menjelaskan risiko persalinan dan rencana tatalaksana bagi ibu dan
janin

Prognosis Dubia ad bonam


Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Abortus
Definisi Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan < 20 minggu (berat janin
<500 gram) atau buah kehamilan belum mapu untuk hidup diluar
kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu
yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus)

Klasifikasi:
a. Abortus imminens
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan lahir,
dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus insipiens
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan atau
sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir sebagai abortus
komplit atau inkomplit.
c. Abortus inkomplit
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis dan
masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga rahim.
d. Abortus tertunda
Tertahannya (retensi) hasil konsepsi yang telah mati dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih.
e. Abortus habitualis
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali atau
lebih
Anamnesis a. Abortus iminens
Perdarahan sedikit dari jalan lahir
Nyeri perut tidak ada atau ringan
b. Abortus insipiens
Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim.
c. Abortus inkomplit
Perdarahan dari jalan lahir, biasanya bnayak, nyeri/kontraksi rahim
ada, bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi/abortus yang
tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang
mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, tanda-
tanda infeksi atau sepsis
d. Abortus komplit
Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah kehamilan
e. Abortus tertunda
Kematian janin dan belum dikeluarkan dari dalam rahim selama 8
minggu atau lebih. Perdarahan dapat ada atau tidak
f. Abortus febrilis/abortus infeksiosa:
Abortus yang disertai infeksi, biasanya ditandai rasa nyeri dan febris.
Waktu masuk rumah sakit mungkin disertai syok septik. Tanyakan
kemungkinan abortus provokatus dan cari tanda-tnda komplikasi yang
dapat menyertainya (perforasi, peritonitis)
Pemeriksaan Fisik a. Abortus imminens
Fluksus sedikit
Tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
Ostium uteri tertutup
b. Abortus insipiens
Ostium terbuka
Buah kehamilan masih dalam rahim
Ketuban utuh, dapat menonjol
c. Abortus inkomplit
Ostium uteri terbuka
Teraba sisa jaringan buah kehamilan
d. Abortus komplit
Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus
kosong
e. Abortus tertunda
Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
Bunyi jantung janin tidak ada
f. Abortus febrilis/abortus infeksiosa
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim
maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang

Diagnosis Kerja Abortus (jenis abortus sesuai kriteria)


Diferensial Diagnosis - Kehamilan ektopik terganggu
- Mola hidatidosa
- Kehamilan dengan kelainan pada serviks
- Perdarahan implantasi
Pemeriksaan Penunjang a. Abortus imminens
USG , hasilnya dapat ditemukan:
- Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin
- Meragukan (kantong kehamilan masih utuh, pulsasi jantung janin
belum jelas)
- Buah kehamilan tidak baik, janin mati
b. Abortus tertunda
- USG: terdapat tanda janin mati
- Laboratorium: Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan,
waktu pembekuan, waktu protombin

Terapi a. Abortus imminens


- Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin:
 Rawat jalan
 Tidak diperlukan tirah baring total
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau
hubungan seksual
 Bila perdarahan berhenti dilanjutkan jadwal pemeriksaan
kehamilan selanjutnya
 Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin
(USG) 1 minggu kemudian
- Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2 minggu
kemudian
- Bila hasil USG tidak baik: evakuasi tergantung umur kehamilan
b. Abortus insipiens
- Evakuasi
- Uterotonika pasca evakuasi
- Antibiotika selama 3 hari
c. Abortus inkomplit
- Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan umum)
- Transfusi bila Hb <8 gr%
- Evakuasi
- Uterotonika (metlergometrin tablet 3x0,125 mg)
- Beri antibiotika berspektrum luas selama 3 hari
d. Abortus komplit
- Antibiotika selama 3 hari
- Uterotonika
e. Abortus tertunda
- Evakuasi pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan
tertutup, sehingga perlu tindakan dilatasi ; hati-hati karena pada
keadaan ini biasanya plasenta bisa melekat sangat erat sehingga
prosedur kuretase lebih sulit dan dapat berisiko tidak bersih/
perdarahan pasca kuretase.
- Uterotonika pasca evakuasi
- Antibiotika selama 3 hari
f. Abortus febrilis/ abortus infeksiosa
- Perbaiki keadaan umum (pasang infus, atau transfusi darah bila
perlu), atasi syok septik bila ada
- Posisi fowler
- Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob, dan anaerob)
dilanjutkan dengan tindakan kuretase
- Uteronika (metilergometrin 0,2 mg im)
- Kuretase untuk mengevakuasi sisa jaringan dilakukan setelah 6
jam pemberian antibiotik dan uterotonika parenteral
Antibiotika parenteral untuk abortus septik
Antibiotika Cara Pemberian Dosis
Sulbenisilin 3x1 g
Gentamisin IV 2 x 80 mg
Metronidazol 2x1g
Seftriakosne IV 1x2g
Amoksisilin + Asam
Klavulanat IV 3 x 500 mg
Klindamisin 3 x 600 mg
Edukasi - Memeriksa kehamilan secara teratur
- Menjaga jarak kehamilan yang satu dengan yang lainnya
- Tidak mengkonsumsi obat secara sembarangan
- Istirahat cukup dan batasi aktivitas berlebihan
- Hindari stres
Prognosis a. Abortus imminens
Abortus imminens merupakan salah satu faktor risiko keguguran,
kelahiran prematur, BBLR, perdarahan antepartum, KPD, dan
kematian perinatal. Namun, tidak ditemukan kenaikan risko bayi lahir
cacat. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan
berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta
pembukaan serviks.
b. Abortus insipiens
Prognosis pada kehamilan malam
c. Abortus komplit
Pada umumnya bonam
d. Abortus inkomplit
Tergantung dari banyaknya perdarahan yang terjadi pada ibu serta
waktu pengeluaran sisa janin.
e. Abortus tertunda
Dubia ad bonam
f. Abortus infeksiosa
Prognosis tergantung dari beratnya infeksi
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Kehamilan Ektopik Terganggu
Definisi Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang hasil
konsepsinya berimplantasi di luar kavum uteri dan berakhir dengan
abortus atau ruptur tuba.

Anamnesis - Terlambat haid


- Biasanya terjadi 6-8 minggu setelah haid terakhir
- Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual, muntah, pusing, dsb)
- Nyeri perut disertai spotting
- Gejala yang lebih jarang: nyeri yang menjalar ke bahu, perdarahan
pervaginam, pingsan
- Terdapat tanda-tanda syok hipovolemik
- Nyeri abdomen
Pemeriksaan Fisik - Uterus yang membesar
- Nyeri goyang serviks (+)
- Nyeri pada perabaan dan dapat teraba massa tumor di daerah
adneksa
- Kavum Douglas bisa menonjol karena berisi darah, nyeri tekan (+)
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik

Diagnosis Kerja Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Diferensial Diagnosis - Kista ovarium pecah dan mengalami perdarahan
- Torsi kista ovarium
- Kista terinfeksi
- Abortus imminens
- Appendisitis
Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium:
1. Hb, Leukosit
2. Kadar ß-hCG dalam serum
3. Uji kehamilan (tes urine)
- USG:
1. Uterus yang membesar
2. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri. Adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri.
3. Terdapat gambaran massa kompleks dan atau darah/cairan bebas
di daerah adneksa dan atau di cavum Douglas
- Kuldosentesis untuk mengetahui adanya darah dalam kavum Douglas
- Laparoskopi diagnostik
Terapi 1. Konservatif: pada kehamilan ektopik bila fertilitas masih diperlukan,
dapat diberi terapi medikamentosa dengan methotrexate (MTX)
dengan syarat:
- Hemodinamisasi stabil
- Kehamilan kurang dari 8 minggu
- Tidak ada cairan bebas pada pemeriksaan USG
- Kantung kehamilan ektopik < 3 cm
- Tidak tampak pulsasi jantung janin
- Kadar HCG < 10.000 IU/ml
- Tidak ada kontra indikasi pemberian MTX
- Dengan dosis 50mg/m2 permukaan tubuh
2. Operatif:
- Laparotomi
- Salpingektomi (terapi standar) bla tidak ada masalah fertilitas,
ruptur tuba, perdarahan banyak, ada kelainan anatomi tuba.
- Salpingostomi (bila fertilitas masih diperlukan)
- Reseksi segmen
- Pada kehamilan ektopik belum terganggu, bila terdapat
kontraindikasi operasi atau kemungkinan operasi sulit (kehamilan
servikal, kornu, perlengketan hebat di rongga panggul, keadaan
umum tidak memungkinkan) diberikan MTX.
3. Transfusi darah bila Hb < 8 gram% (jika keadaan darah susah, dan
perlu sekali transfusi, bisa dilakukan auto transfusi dengan syarat
darah intra abdomen masih segar, tidak terinfeksi atau
terkontaminasi)
Edukasi - Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik
diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat
mengancam jiwa.
Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad functionam : dubia
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Perdarahan Post Partum / Perdarahan Pasca Salin
Definisi Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan yang terjadi setelah
janin lahir, yaitu melebihi 500 cc pada persalinan pervaginam atau lebih
dari 1000 cc pada persalinan per abdominam.
Dibagi menjadi:
- PPP primer yaitu jika terjadi dalam 24 jam pertama.
- PPP sekunder yaitu jika terjadi lebih dari 24 jam.
Anamnesis - Perdarahan pervaginam setelah melahirkan atau perdarahan berulang
jika terjadi pada masa nifas.
- Terdapat faktor predisposisi
Predisposisi antepartum: riwayat perdarahan pasca salin atau manual
plasenta, solusio plasenta, plasenta previa, hipertensi, IUFD, overdistensi
uterus, gangguan darah ibu.
Predisposisi intrapartum: persalinan seksio sesarea atau buatan, partus
lama, partus presipitatus, induksi atau augmentasi persalinan, infeksi
korion, distosia bahu, grandemulti paritas, gangguan koagulopati.
Predisposisi postpartum: laserasi jalan lahir (ruptur perineum, episiotomi
luas, robekan porsio) retensio plasenta, sisa plasenta, inversio uteri,
ruptur uteri.
Pemeriksaan Fisik - Terdapat tanda-tanda syok
- Nilai tanda-tanda vital: nadi > 100x/menit, takipnea, tekanan darah
sistolik <90 mmHg
- Pemeriksaan obstetrik:
1. Perhatikan kontraksi, letak, dan konsistensi uterus
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai adanya: perdarahan,
keutuhan plasenta, tali pusat, dan robekan di daerah vagina

a. Atonia uteri
Yaitu terjadinya gangguan uterus. Gejala berupa perdarahan
pervaginam yang deras (seperti keran air) berasal dari OUI, konsistensi
rahim lunak, kontraksi buruk, tidak ada perlukaan jalan lahir, tidak ada
sisa plasenta dan umumnya terdapat tanda-tanda syok hipovolemik
berat.
b. Laserasi jalan lahir
Yaitu terdapat robekan/ruptur pada perineum, vagina atau porsio.
Gejala berupa perdarahan pervaginam yang berasal dari luka robekan,
berwarna merah terang/ darah segar, kontraksi rahim baik, dapat
ditemukan tanda-tanda syok.
c. Ruptur uteri
Yaitu robeknya dinding uterus. Gejala berupa perdarahan pervaginam
sedikit atau banyak, berasal dari OUI, kontraksi rahim biasanya buruk,
sangat nyeri di perut bawah, terdapat tanda akut abdomen, syok
berat, pada eksplorasi terdapat robekan pada uterus
d. Inversio uteri
Yaitu uterus terputar balik sehingga fundus uteri tertekuk ke dalam
dan selaput lendirnya di sebelah luar. Gejala berupa perdarahan
pervaginam, syok sedang sampai berat, fundus uteri sama sekali tidak
teraba atau teraba lekukan pada fundus, kadang-kadang teraba tumor
dalam vagina jika inversio sampai vagian atau tampak tumor merah di
luar vulva yaitu inversio uteri yang prolaps.
e. Retensio plasenta
Yaitu plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir. Gejala berupa
perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak, tinggi fundus uteri
sepusat, biasanya tampak tali pusat.
f. Sisa plasenta
Yaitu plasenta sudah lahir namun tidak lengkap. Gejala berupa
perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak dari OUI, kontraksi
biasanya baik dan pada pemeriksaan teraba sisa plasenta. Jika terjadi
pada masa nifas; kadang terdapat febris dan tanda-tanda syok, fundus
uteri masih tinggi/subinvolusi, uterus lembek, nyeri pada perut bawah
jika ada infeksi dan teraba sisa plasenta dalam rongga rahim
g. Gangguan pembekuan darah/koagulopati
Yaitu kelainan pada pembekuan darah. Gejala berupa perdarahan dari
tempat-tempat luka, kontraksi rahim baik, tidak ditemukan perlukaan
jalan lahir maupun jaringan plasenta, syok sedang sampai berat dan
terdapat gangguan faktor pembekuan darah.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.

Diagnosis Kerja Perdarahan post partum


Diferensial Diagnosis -

Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: crossmatch, kadar Hb, leukosit, trombosit, Ht,


fibrinogen, D-dimer, BT, CT, Pt, aPTT
- Pemeriksaan USG
Terapi Penatalaksanaan umum:
a. Informed consent
b. Stabilisasi, ABC (posisikan semi ekstensi, bebaskan jalan nafas, O2 jika
perlu, resusitasi cairan)
c. Tentukan ada syok atau tidak. Jika ada, berikan transfusi darah, infus
cairan, oksigen dan kontrol perdarahan. Jika tidak ada syok atau
keadaan umum optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari
etiologi.
d. Hentikan sumber perdarahan.
e. Monitor tanda-tanda vital

Penatalaksanaan spesifik
1. Atonia uteri
Masase uterus, pemberian oksitosin 10 unit dalam RL 500 cc tetesan
cepat (dapat diberikan sampai 3 liter dengan tetesan 40 tetes/menit)
dan ergometrin IV/IM 0,2 mg (dapat diulang 1x setelah 15 menit dan
bila masih diperlukan dapat diberikan tiap 2-4 jam IM/IV sampai
maksimal 1 mg atau 5 dosis) atau misoprostol 400 mikrogram
perektal/peroral (dapat diulang 400 mikrogram tiap 2-4 jam sampai
maksimal 1200 mikrogram atau 3 dosis). Bila setelah pemberian dosis
awal ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin/ misoprostol
diteruskan, bila tidak ada perbaikan lakukan kompresi bimanual atau
pemasangan tampon balon. Jika kontraksi tetap buruk, lakukan
laparotomi. (lakkan ligasi arteri uterina atau hipogastrika atau teknik
B-lynch suture untuk pasien yang belum punya anak, jika tidak
mungkin lakukan histerktomi)
2. Laserasi jalan lahir
Segera lakukan penjahitan laserasi
3. Ruptur uteri
Stabilisasi keadaan umum dan segera lakukan laparotomi. Rencana
histerorafi atau histerektomi
4. Inversio uteri
Reposisi manual setelah syok teratasi. Jika plasenta belum lepas
sebaiknya jangan dilepaskan dulu sebelum uterus direposisi karena
akan mengakibatkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasil,
diberi drip oksitosin. Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya
tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan
reposisi operatif.
5. Retensio plasenta
Dilakukan pelepasan plasenta secara manual. Jika plasenta sulit
dilepaskan, pikirkan kemungkinan plasenta akreta. Terapi terbaik pada
plasenta akreta komplit adalah histerektomi
6. Sisa plasenta
Dilakukan kuretase dengan pemberian uterotonika dan transfusi darah
bila diperlukan. Jika terjadi pada masa nifas, berikan uterotonika,
antibiotik spektrum luas dan kuretase. Jika kuretase tidak berhasil,
lakukan histerektomi.
7. Gangguan koagulopati
Rawat bersama bagian ilmu penyakit dalam, koreksi faktor
pembekuan darah dengan transfusi FFP, kriopresipitat, trombosit dan
PRC, kontrol DIC dengan heparin.
Edukasi - Informed consent tentang tindakan dan tatalaksana yang akan
dilakukan
- Edukasi tentang perawatan dan kebersihan jalan lahir
- Edukasi tentang adanya perdarahan lanjutan di rumah
Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Kista Ovarium
Definisi Kista ovarium adalah massa kistik yang berasal dari ovarium yang bersifat
jinak
Anamnesis Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala. Gejala
yang timbul umumnya tidak spesifik dan sangat berfariasi seperti sebagai
berikut:
- Menstruasi yang tidak teratur atau berubah
- Nyeri pada tulang panggul beberapa saat setelah atau sebelum
menstruasi
- Nyeri pada tulang panggul saat berhubungan seks
- Perdarahan
- Perasaan penuh dan tertekan pada perut bagian bawah
- Gangguan buang air besar dan kecil
Pemeriksaan Fisik - Apabila terjadi ruptur kista dapat mengakibatkan perdarahan
sehingga dapat timbul tanda-tanda syok hipovolemia dan tanda-tanda
peritonitis
Kriteria Diagnosis - Adanya massa kistik pada adneksa yang dibuktikan melalui
pemeriksaan dalam dan penunjang

Diagnosis Kerja Kista ovarium


Diferensial Diagnosis - Myoma uteri subserosa
- Keganasan ovarium
- Appendisitis
Pemeriksaan Penunjang USG:
- Massa kistik unilokuler atau multilokuler
- Tidak didapatkan pertumbuhan papilifer maupun neovaskularisasi
Terapi 1. Observasi: dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari 7 cm
2. Operatif: bila ukuran kista lebih dari 7 cm atau kista mengalami
puntiran atau kista ruptur, atau kista mengalami infeksi. Dilakukan
kistektomi, ovarektomi, atau salpingo ovarektomi
Edukasi - Dilakukan informed consent pada setiap aspek tindakan, baik
diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah sangat
mengancam jiwa
Prognosis Dubia
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Mola Hidatidosa
Definisi Mola hidatidosa adalah kegagalan kehamilan normal yang disertai
dengan proliferasi sel trofoblas yang berlebihan hidrofik, yang secara
klinis tampak sebagai gelembung-gelembung.
Diklasifikasikan menjadi
1. Mola hidatidosa komplit
2. Mola hidatidosa parsial
Anamnesis - Amenore
- Keluhan gestosis seperti hiperemesis gravidarum yang berat
- Perdarahan
Pemeriksaan Fisik - Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan

Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaanfisi dan USG

Diagnosis Kerja Mola hidatidosa


Diferensial Diagnosis - Tumor trofoblas gestasional

Pemeriksaan Penunjang - USG: didapatkan gambaran gelembung vesikel


- Kadar ßhCG yang lebih tinggi
- Pemeriksaan patologi anatomi
Terapi Perbaiki keadaan umum:
- Transfusi darah
- Pengobatan gestosis sesuai protokol
- Evakuasi dengan vakum kuretase
- Kemoterapi propilaksis
- Histerektomi dilakukan bila usia lebih dari 35 tahun dengan jumlah
anak cukup
- Tirotoksikosis (rawat bersama bagian ilmu penyakit dalam)
- Emboli paru (rawat bersama bagian ilmu penyakit dalam)

1. Evakuasi
(sesuaikan dengan cara terminasi kehamilan trimester I)
Vakum kuretase
a. Bila gelembung sudah keluar
Setelah keadaan umum diperbaiki langsung dilakukan vakum
kuretase dan untuk pemeriksaan PA dilakukan pengambilan
jaringan dengan kuret tajam.
Bila perdarahan banyak: bersamaan dengan perbaikan KU,
evakuasi harus segera dilakukan.
b. Bila gelembung belum keluar
Pasang laminaria stift, 12 jam kemudian dilakukan vakum kuretase
tanpa pembiusan, kemudian dilakukan kuretase tajam, untuk
mengambil jaringan (untuk pemeriksaan PA)
(Pada laporan harus dituliskan: jumlah dan diameter jaringan
mola, perdarahan, ada tidaknya janin atau bagian janin seperti
kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain).
Khusus untuk pasien umur 35 tahun atau lebih dengan jumlah
anak cukup, dilakukan histerektomi totalis, baik dengan jaringan
mola intoto atau beberapa hari pasca kuret.
2. Terapi profilaksis: dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Kemoterapi
Diberikan pada pasien dengan risiko tinggi, yaitu:
- Hasil PA mencurigakan keganasan
- Umur pasien 35 tahun atau lebih yang menolak dilakukan
histerektomi. Obat yang diberikan adalah:
 Metotreksat (MTX) : 20 mg/hari IM selama 5 hari (ditambah
dengan asam folat) atau
 Aktinomisin D (ACTD): 1 vial (0,5 mg)/hari IV selama 5 hari
b. Histerektomi
Dilakukan terutama pada pasien yang berumur ≥35 tahun dengan
jumlah anak cukup
3. Pengawasan lanjut:
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan ke
arah keganasan.
Lama pengawasan: satu tahun.
Pasien dianjurkan jangn hamil dulu, dengan menggunakan KB
kondom/ sistem kalender atau pil KB bila haid teratur dan tidak
dianjurkan menggunakan IUD atau suntikan
Akhir pengawasan
Bila setelah pengawasan satu tahun, kadar ßhCG dalam batas normal,
atau bila telah hamil lagi
Jadwal pengawasan
3 bulan ke-I : dua minggu sekali
3 bulan ke-II : 1 bulan sekali
6 bulan terakhir : 2 bulan sekali
Pemeriksaan yang dilakukan selama pengawasan:
Pemeriksaan klinis dan ßhCG setiap kali datang
Foto toraks, pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan
Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu
- Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan diberikan
- Menjelaskan tentang pengawasan lanjut yang akan dilakukan
Prognosis Dubia

Anda mungkin juga menyukai