Pemeriksaan Penunjang - USG : menilai jumlah cairan ketuban, menentukan usia kehamilan,
berat janin, letak janin, kesejahteraan janin, dan letak plasenta
Tatalaksana a. Konservatif
Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu mapun janin), pada umur kehamilan 28-34 minggu, dirawat
selama 2 hari
Selama perawatan dilakukan
1. Observasi kemungkinan adanya amnionitis/ tanda-tanda infeksi
Ibu: suhu> 38o C, takikardi, leukositosis, tanda-tanda infeksi
intrauterin, rasa nyeri pada rahim, sekret vagina purulen
Janin: takikardi janin
2. Pengawasan timbulnya tanda persalinan
3. Pemberian antibiotika p.o (Cefadroxil 2x500mg, eritromisin
4x500 mg) selama 3-5 hari atau antibiotika spektrum luas lain
yang sensitif.
4. Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan janin
5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin, dilakukan pematangan
paru, dan proteksi otak janin
Kriteria diagnosi amnionitis
1. Febris
2. Leukositosis
3. Takikardi
4. Cairan ketuban mungkin berbau
b. Aktif
1. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28
minggu dan ≥34 minggu
2. Ada tanda-tanda infeksi
3. Timbulnya tanda-tanda persalinan
4. Gawat janin
Edukasi - Penjelasan mengenai ketuban pecah dini dan risiko komplikasi
- Apabila pulang pasien dianjurkan:
- Tidak melakukan coitus/ irigasi vagina
- Segera kontrol bila ada tanda-tanda infeksi/gerak janin
berkurang
- PNC tiap minggu sampai usia kehamilan 34 minggu
- Penjelasan mengenai penyulit : infeksi, sepsis, kematian janin karena
infeksi atau prematuritas.
Prognosis Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta
adanya infeksi atau tidak.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Preeklamsi
Definisi Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Dibedakan:
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan < 20 minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklamsi/ eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah timbulnya
preeklamsi atau eklamsi pada hipertensi kronik
3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan
pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak
mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau preeklamsi/eklamsi
(tidak disertai proteinuri). Gejala ini akan hilang dalam waktu <12
minggu pasca salin
Anamnesis - Umur kehamilan >20 minggu
- Hipertensi
- Tidak ada kejang, penurunan kesadaran, penglihatan kabur, nyeri
kepala hebat, nyeri ulu hati.
Pemeriksaan Fisik Preeklamsi ringan:
Diagnosis preeklamsi ringan didasarkan atas timbulnya hipertensi (sistolik
antara 140-<160 mmHg dan diastolik antara 90-<110 mmHg) disertai
proteinuri (≥ 300 mg/24 jam, atau 1+ dipstick).
Preeklamsi berat:
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini preeklamsi digoongkan
berat.
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik
≥ 110 mmHg.
- Proteinuri ≥ 2 g/24 jam atau ≥ 2+ dalam pemeriksaan kualitatif
(dipstick)
- Kreatinin serum >1,2 mg% disertai oiguri (<400 ml/24 jam)
- Trombosit <100.000/mm3
- Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
- Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
- Sakit kepala yang menetap- atau gangguan visus dan serebral
- Nyeri epigastrium yang menetap
- Pertumbuhan janin terhambat
- Edema paru disertai sianosis
- Adanya HELLP syndrome (Haemolysis, Elevated Liver Enzymes,
Low Platelet Count)
Kriteria Diagnosis Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik
Sudah inpartu:
1. Perjalanan persalinan normal diikuti dengan partograf WHO
2. Memperpendek kala II
3. Seksio sesaria dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan
gawat janin
4. Bila skor bishop ≤ 6 direkomendasikan tindakan seksio sesarea
5. Anestesia: regional anestesi, epidural anestesi. Tidak dianjurkan
anestesi umum.
Catatan:
Pemeriksaan dalam, amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan
sekuranbg-kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan
medisinal.
Kala II:
Kala II diselesaikan dengan partus buatan kecuali ada kontraindikasi.
Edukasi - Edukasi pasien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan secara
rutin.
- Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin, serta tatalaksana yang
akan diberikan.
Prognosis Prognosis preeklampsia pada ibu dikaitkan dengan diagnosis dan
pengobatan dini. Jika penderita tidak terlambat mendapatkan
penanganan sesegera mungkin, terlebih untuk kasus gawat darurat,
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah persalinan/terminasi.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Eklamsi
Definisi Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi ringan atau berat, dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dengan atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh penurunan
kesadaran tanpa kejang.
Anamnesis - Umur kehamilan > 20 minggu
- Hipertensi
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Penglihatan kabur
- Nyeri kepala hebat
- Nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik - Kesadaran : somnolen sampai koma
- Tanda vital: tekanan darah >140/90 mmHg
- Proteinuria minimal +1
- Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
Kriteria Diagnosis Penderita preeklamsia ringan atau berat disertai kejang
Pengobatan Obsterik
Sikap terhadap kehamilan
Sikap dasar: semua kehamilan dengan eklamsi dan impending eklamsi
harus diakhir tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Sindrom HELLP
Weinstein, 1982, yang mula-mula menggunakan istilah HELLP Syndrome
untuk kumpulan gejala hemolysis, elevated liver enzym dan low platelets
count yang merupakan gejala umum dari sindroma ini.
Diagnosis laboratorium:
- Hemolisis:
Adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular, dan sel
Burr pada apus darah perifer
Kadar bilirubin total >1,2 mg%
- Kenaikan kadar enzim hati
Kadar SGOT >70 IU/L
Kadar LDH > 600 IU/L
- Trombosit <100x103/mm3
Pada prinsipnya pengelolaan terdiri dari:
1. Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipertensi (lihat
pengelolaan preeklamsi berat)
2. Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 (sesuai dengan
preeklamsi)
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
<30.000/mm3 untuk mencegah perdarah spontan
5. Terapi konservatif dilakukan apabila umur kehamilan <34 minggu,
tekanan kadar enzim hati yang tidak disertai nyeri perut kuadran
kanan atas atau nyeri ulu hati
6. Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru janin.
Deksametason 2x5 mg (2 hari), betametason 1x12 mg (2hari)
7. Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan indikasi
seperti: serviks yang belum matang (skor Bishop <6), bayi prematur,
atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam
8. Bila akan dilakukan operasi seksio sesarea, kadar trombosit <
50,000/mm3 merupakan indikasi untuk melakukan tranfusi
trombosit.
9. Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk mengantisipasi
adanya perdarahan intraabdominal. Perawatan pasca bedah di ICU
atau HCU merupakan indikasi untuk monitor komplikasi gagal
jantung kongestif dan sindroma distres pernafasan.
Penyulit:
Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru, kelainan pembekuan darah,
perdarahan otak, kematian
Edukasi Dilakukan informed consent kepada keluarga pasien pada setiap aspek
tindakan, baik diagnostik maupun terapeutik, kecuali bila keadaan sudah
sangat mengancam jiwa
Prognosis Dubia ad malam
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Perdarahan Antepartum
Definisi Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir pada wanita
hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat berupa
plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya tidak normal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya,
pada plasenta yang implantasinya normal sebelum janin lahir.
Anamnesis - Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau berulang tanpa disertai
rasa nyeri, dapat sedikit-sedikit ataupun banyak.
- Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi rahim
- Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat kuretase berulang
- Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
Pemeriksaan Fisik - Tanda-tnda syok (ringan sampai berat)
- Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk
pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik
Diagnosis Kerja IUFD (Intra uterine fetal death) atau kematian janin dalam rahim
Diferensial Diagnosis -
Prognosis Prognosis tergantung dari seberapa cepat janin yang mati dilahirkan.
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Hiperemesis Gravidarum
Definisi Mual dan muntah hebat yang mungkin diikuti terjadinya dehidrasi.
Muntah persisten menyebabkan hipotensi postural, takikardi, gangguan
elektrolit, ketosis, dan kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum
berat merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani.
Anamnesis - Mula disertai muntah hebat dan berulang
- Kehamilan muda (4-16 minggu)
- Semua yang dimakana atau diminum kembali dimuntahkan
- Dapat disertai tanda dehidrasi ringan sampai berat
Pemeriksaan Fisik - Turgor kulit menurun
-
Pemeriksaan Penunjang - USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk mengetahui:
1. Kelainan janin yang menyebabkan letak sungsang
2. Kelainan di luar janin yang menyebabkan letak sungsang
Terapi Dalam kehamilan:
Dilakukan versi pada usia kehamilan ≥ 34 minggu
Dalam persalinan:
- Bila dicoba dilakukan VL
- Bila VL tidak berhasil perhatikan keadaan sebagai berikut:
a. Panggul sempit
b. Anak mahal
c. Primi tua
d. TBBJ ≥ 3500 gram
e. Usia kehamilan < 37 minggu dengan TBBJ ≥ 1800 gram,
(menghubungi bagian perinatologi untuk persalinan preterm)
Bila didapatkan salah satu keadaan tersebut diatas, persalinan
dilakukan per abdominam.
Bila keadaan diatas tidak ada, persalinan direncanakan
pervaginam dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Persalinan harus lancar
b. Awasi kemungkinan tali npusat menumbung pada ketuban
yang sudah pecah
c. Tetes oksitosin dibatasi hanya 1 labu
d. Dilakukan penilaian skor Zatuchni
Pada Kala II
Cara persalinan dapat dilakukan
a. Persalinan spontan (Bracht)
b. Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan manual aid
Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin
- Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan dilakukan
Prognosis Dubia
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Letak Lintang
Definisi Letak lintang adalah keadaan sumbu panjang janin tegak lurus terhadap
sumbu panjang ibu
Anamnesis -
Pemeriksaan Fisik - Pada pemeriksaan luar tampak perut melebar ke samping dan pada
kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya.
- Pada palpasi bagian fundus uteri maupun bagian bawah rahim teraba
kosong, sedangkan bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau
kanan, di atas fossa iliaka.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik dan USG
Klasifikasi:
a. Abortus imminens
Abortus mengancam, ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan lahir,
dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan, buah kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus insipiens
Abortus sedang berlangsung, ditandai oleh perdarahan ringan atau
sedang disertai kontraksi rahim dan akan berakhir sebagai abortus
komplit atau inkomplit.
c. Abortus inkomplit
Sebagian buah kehamilan telah keluar melalui kanalis servikalis dan
masih terdapat sisa konsepsi dalam rongga rahim.
d. Abortus tertunda
Tertahannya (retensi) hasil konsepsi yang telah mati dalam rahim
selama 8 minggu atau lebih.
e. Abortus habitualis
Abortus spontan yang berlangsung berurutan sebanyak 3 kali atau
lebih
Anamnesis a. Abortus iminens
Perdarahan sedikit dari jalan lahir
Nyeri perut tidak ada atau ringan
b. Abortus insipiens
Perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim.
c. Abortus inkomplit
Perdarahan dari jalan lahir, biasanya bnayak, nyeri/kontraksi rahim
ada, bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi/abortus yang
tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang
mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, tanda-
tanda infeksi atau sepsis
d. Abortus komplit
Perdarahan dari jalan lahir sedikit, pernah keluar buah kehamilan
e. Abortus tertunda
Kematian janin dan belum dikeluarkan dari dalam rahim selama 8
minggu atau lebih. Perdarahan dapat ada atau tidak
f. Abortus febrilis/abortus infeksiosa:
Abortus yang disertai infeksi, biasanya ditandai rasa nyeri dan febris.
Waktu masuk rumah sakit mungkin disertai syok septik. Tanyakan
kemungkinan abortus provokatus dan cari tanda-tnda komplikasi yang
dapat menyertainya (perforasi, peritonitis)
Pemeriksaan Fisik a. Abortus imminens
Fluksus sedikit
Tidak terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
Ostium uteri tertutup
b. Abortus insipiens
Ostium terbuka
Buah kehamilan masih dalam rahim
Ketuban utuh, dapat menonjol
c. Abortus inkomplit
Ostium uteri terbuka
Teraba sisa jaringan buah kehamilan
d. Abortus komplit
Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga uterus
kosong
e. Abortus tertunda
Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
Bunyi jantung janin tidak ada
f. Abortus febrilis/abortus infeksiosa
Ostium uteri umumnya terbuka dan teraba sisa jaringan, baik rahim
maupun adneksa terasa nyeri pada perabaan, fluksus berbau.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
a. Atonia uteri
Yaitu terjadinya gangguan uterus. Gejala berupa perdarahan
pervaginam yang deras (seperti keran air) berasal dari OUI, konsistensi
rahim lunak, kontraksi buruk, tidak ada perlukaan jalan lahir, tidak ada
sisa plasenta dan umumnya terdapat tanda-tanda syok hipovolemik
berat.
b. Laserasi jalan lahir
Yaitu terdapat robekan/ruptur pada perineum, vagina atau porsio.
Gejala berupa perdarahan pervaginam yang berasal dari luka robekan,
berwarna merah terang/ darah segar, kontraksi rahim baik, dapat
ditemukan tanda-tanda syok.
c. Ruptur uteri
Yaitu robeknya dinding uterus. Gejala berupa perdarahan pervaginam
sedikit atau banyak, berasal dari OUI, kontraksi rahim biasanya buruk,
sangat nyeri di perut bawah, terdapat tanda akut abdomen, syok
berat, pada eksplorasi terdapat robekan pada uterus
d. Inversio uteri
Yaitu uterus terputar balik sehingga fundus uteri tertekuk ke dalam
dan selaput lendirnya di sebelah luar. Gejala berupa perdarahan
pervaginam, syok sedang sampai berat, fundus uteri sama sekali tidak
teraba atau teraba lekukan pada fundus, kadang-kadang teraba tumor
dalam vagina jika inversio sampai vagian atau tampak tumor merah di
luar vulva yaitu inversio uteri yang prolaps.
e. Retensio plasenta
Yaitu plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir. Gejala berupa
perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak, tinggi fundus uteri
sepusat, biasanya tampak tali pusat.
f. Sisa plasenta
Yaitu plasenta sudah lahir namun tidak lengkap. Gejala berupa
perdarahan pervaginam sedikit sampai banyak dari OUI, kontraksi
biasanya baik dan pada pemeriksaan teraba sisa plasenta. Jika terjadi
pada masa nifas; kadang terdapat febris dan tanda-tanda syok, fundus
uteri masih tinggi/subinvolusi, uterus lembek, nyeri pada perut bawah
jika ada infeksi dan teraba sisa plasenta dalam rongga rahim
g. Gangguan pembekuan darah/koagulopati
Yaitu kelainan pada pembekuan darah. Gejala berupa perdarahan dari
tempat-tempat luka, kontraksi rahim baik, tidak ditemukan perlukaan
jalan lahir maupun jaringan plasenta, syok sedang sampai berat dan
terdapat gangguan faktor pembekuan darah.
Kriteria Diagnosis - Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Penatalaksanaan spesifik
1. Atonia uteri
Masase uterus, pemberian oksitosin 10 unit dalam RL 500 cc tetesan
cepat (dapat diberikan sampai 3 liter dengan tetesan 40 tetes/menit)
dan ergometrin IV/IM 0,2 mg (dapat diulang 1x setelah 15 menit dan
bila masih diperlukan dapat diberikan tiap 2-4 jam IM/IV sampai
maksimal 1 mg atau 5 dosis) atau misoprostol 400 mikrogram
perektal/peroral (dapat diulang 400 mikrogram tiap 2-4 jam sampai
maksimal 1200 mikrogram atau 3 dosis). Bila setelah pemberian dosis
awal ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin/ misoprostol
diteruskan, bila tidak ada perbaikan lakukan kompresi bimanual atau
pemasangan tampon balon. Jika kontraksi tetap buruk, lakukan
laparotomi. (lakkan ligasi arteri uterina atau hipogastrika atau teknik
B-lynch suture untuk pasien yang belum punya anak, jika tidak
mungkin lakukan histerktomi)
2. Laserasi jalan lahir
Segera lakukan penjahitan laserasi
3. Ruptur uteri
Stabilisasi keadaan umum dan segera lakukan laparotomi. Rencana
histerorafi atau histerektomi
4. Inversio uteri
Reposisi manual setelah syok teratasi. Jika plasenta belum lepas
sebaiknya jangan dilepaskan dulu sebelum uterus direposisi karena
akan mengakibatkan perdarahan banyak. Setelah reposisi berhasil,
diberi drip oksitosin. Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya
tidak terjadi lagi inversio. Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan
reposisi operatif.
5. Retensio plasenta
Dilakukan pelepasan plasenta secara manual. Jika plasenta sulit
dilepaskan, pikirkan kemungkinan plasenta akreta. Terapi terbaik pada
plasenta akreta komplit adalah histerektomi
6. Sisa plasenta
Dilakukan kuretase dengan pemberian uterotonika dan transfusi darah
bila diperlukan. Jika terjadi pada masa nifas, berikan uterotonika,
antibiotik spektrum luas dan kuretase. Jika kuretase tidak berhasil,
lakukan histerektomi.
7. Gangguan koagulopati
Rawat bersama bagian ilmu penyakit dalam, koreksi faktor
pembekuan darah dengan transfusi FFP, kriopresipitat, trombosit dan
PRC, kontrol DIC dengan heparin.
Edukasi - Informed consent tentang tindakan dan tatalaksana yang akan
dilakukan
- Edukasi tentang perawatan dan kebersihan jalan lahir
- Edukasi tentang adanya perdarahan lanjutan di rumah
Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad functionam : dubia ad malam
Panduan Praktik Klinis
Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD M. Th. Djaman Sanggau
2018
Judul
Kista Ovarium
Definisi Kista ovarium adalah massa kistik yang berasal dari ovarium yang bersifat
jinak
Anamnesis Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala. Gejala
yang timbul umumnya tidak spesifik dan sangat berfariasi seperti sebagai
berikut:
- Menstruasi yang tidak teratur atau berubah
- Nyeri pada tulang panggul beberapa saat setelah atau sebelum
menstruasi
- Nyeri pada tulang panggul saat berhubungan seks
- Perdarahan
- Perasaan penuh dan tertekan pada perut bagian bawah
- Gangguan buang air besar dan kecil
Pemeriksaan Fisik - Apabila terjadi ruptur kista dapat mengakibatkan perdarahan
sehingga dapat timbul tanda-tanda syok hipovolemia dan tanda-tanda
peritonitis
Kriteria Diagnosis - Adanya massa kistik pada adneksa yang dibuktikan melalui
pemeriksaan dalam dan penunjang
1. Evakuasi
(sesuaikan dengan cara terminasi kehamilan trimester I)
Vakum kuretase
a. Bila gelembung sudah keluar
Setelah keadaan umum diperbaiki langsung dilakukan vakum
kuretase dan untuk pemeriksaan PA dilakukan pengambilan
jaringan dengan kuret tajam.
Bila perdarahan banyak: bersamaan dengan perbaikan KU,
evakuasi harus segera dilakukan.
b. Bila gelembung belum keluar
Pasang laminaria stift, 12 jam kemudian dilakukan vakum kuretase
tanpa pembiusan, kemudian dilakukan kuretase tajam, untuk
mengambil jaringan (untuk pemeriksaan PA)
(Pada laporan harus dituliskan: jumlah dan diameter jaringan
mola, perdarahan, ada tidaknya janin atau bagian janin seperti
kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain).
Khusus untuk pasien umur 35 tahun atau lebih dengan jumlah
anak cukup, dilakukan histerektomi totalis, baik dengan jaringan
mola intoto atau beberapa hari pasca kuret.
2. Terapi profilaksis: dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Kemoterapi
Diberikan pada pasien dengan risiko tinggi, yaitu:
- Hasil PA mencurigakan keganasan
- Umur pasien 35 tahun atau lebih yang menolak dilakukan
histerektomi. Obat yang diberikan adalah:
Metotreksat (MTX) : 20 mg/hari IM selama 5 hari (ditambah
dengan asam folat) atau
Aktinomisin D (ACTD): 1 vial (0,5 mg)/hari IV selama 5 hari
b. Histerektomi
Dilakukan terutama pada pasien yang berumur ≥35 tahun dengan
jumlah anak cukup
3. Pengawasan lanjut:
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan ke
arah keganasan.
Lama pengawasan: satu tahun.
Pasien dianjurkan jangn hamil dulu, dengan menggunakan KB
kondom/ sistem kalender atau pil KB bila haid teratur dan tidak
dianjurkan menggunakan IUD atau suntikan
Akhir pengawasan
Bila setelah pengawasan satu tahun, kadar ßhCG dalam batas normal,
atau bila telah hamil lagi
Jadwal pengawasan
3 bulan ke-I : dua minggu sekali
3 bulan ke-II : 1 bulan sekali
6 bulan terakhir : 2 bulan sekali
Pemeriksaan yang dilakukan selama pengawasan:
Pemeriksaan klinis dan ßhCG setiap kali datang
Foto toraks, pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan
Edukasi - Menjelaskan tentang kondisi ibu
- Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan diberikan
- Menjelaskan tentang pengawasan lanjut yang akan dilakukan
Prognosis Dubia