Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


No. Dokumen: Ditetapkan oleh:
No. Revisi: Direktur RSU St. Rafael
Tanggal Terbit:

dr. Maria Naki


Disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi, ditandai dengan
adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan di atas 20
minggu.
Perlu dibedakan antara preeklampsia dengan:
1. Hipertensi kronik, yaitu hipertensi pada ibu hamil yang
ditemukan sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan
mencapai 20 minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu
pascasalin.
Pengertian 2. Preeklampsia/eklampsia atas dasar hipertensi kronis, yaitu
preeklampsia atau eklampsia pada pasien hipertensi berat.
3. Hipertensi gestasional, yaitu hipertensi pada kehamilan pada
wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan
tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau
preeklampsia, dan menghilang dalam waktu < 12 minggu
pascasalin.
Eklampsia adalah timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan
kesadaran pada preeklampsia berat. Jika terjadi penurunan kesadaran
tanpa kejang pada preeklampsia berat disebut eclampsia sine
eclampsia.
1. Hari pertama hari terakhir untuk menghitung usia gestasi (> 20
minggu)
2. Hipertensi
Anamnesis
3. Dapat ditemukan kaki bengkak
4. Dapat ditemukan penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat,
nyeri ulu hati, dan penglihatan kabur.
1. Hipertensi: tekanan darah sistolik sekurang-kurangnya 140
mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang
Pemeriksaan
sama.
Fisik
2. Dapat ditemukan gejala edema paru dan gagal jantung
kongestif
3. Dapat terjadi penurunan kesadaran dan/atau kejang
1. Darah rutin
Pemeriksaan 2. SGOT/SGPT
Penunjang 3. Ureum, kreatinin serum
4. Urinalisis
5. Bila terjadi penurunan kesadaran: pemeriksaan elektrolit,
kadar glukosa, analisa gas darah
6. Pemeriksaan USG dan KTG
Preeklampsia:
1. Tekanan darah sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2. Proteinuria (tes urin dipstik > +1)
3. Jika tidak didapatkan proteinuria, hipertensi dapat diikuti salah
satu di bawah ini:
 Trombositopenia (<100.000/mm3)
 Kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum dari sebelumnya (dalam kondisi
tidak ada kelainan ginjal lainnya)
Kriteria  Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
Diagnosis dan/atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau regio
kanan atas abdomen.
 Tanda-tanda edema paru
 Gejala neurologis: stroke, nyeri kepala, gangguan visus
 Oligohidramnion, fetal growth restriction (FGR)
Preeklampsia berat: kriteria diagnosis preeklampsia dipenuhi
dengan didapatkannya tekanan darah sistolik sekurang-kurangnya 160
mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
Eklampsia: kriteria diagnosis preeklampsia berat dipenuhi dengan
adanya kriteria anamnesis nomor 4 dan kriteria pemeriksaan fisik
nomor 3.
1. Preeklampsia
Diagnosis Kerja 2. Preeklampsia berat
3. Eklampsia
1. Hipertensi kronik
Diagnosis
2. Gangguan ginjal
Banding
3. Epilepsi
4
Bagan 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa Gejala Berat

Preeklampsia

• Usia Kehamilan ≥ 37 mgg


atau
• Usia ≥ 34 mgg dengan: Ya
Lakukan
- Persalinan atau ketuban pecah
Persalinan
- Perburukan kondisi Ibu dan Janin
- Pertumbuhan janin terhambat
- Didapatkan solusio plasenta

Tidak
Tata Laksana
• Usia Kehamilan < 37 mgg
• Perawatan poliklinis
- Evaluasi Ibu 2 kali dalam
seminggu
- Evaluasi kesejahteraan janin janin
2 kali dalam seminggu

• Usia Kehamilan ≥ 37 mgg Ya


• Perburukan kondisi ibu dan janin
• Persalinan atau ketuban pecah

Gambar 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa Gejala Berat1

Perawatan Ekspektatif Pada Preeklampsia Berat


REKOMENDASI:4,5
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat dengan usia
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil.
2. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan untuk
melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedia perawatan
intensif bagi maternal dan neonatal
Level evidence II, Rekomendasi A
3. Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian
kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin
Level evidence I , Rekomendasi A
4. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan rawat inap
selama melakukan perawatan ekspektatif
Level evidence IIb , Rekomendasi B

26
Bagan 2. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia Berat 4

Preeklampsia dengan gejala berat


• Evaluasi di kamar bersalin dalam 24 – 48 jam
• Kortikosteroid untuk pematangan paru, Magnesium
sulfat profilaksis, antiipertensi
• USG, evaluasi kesejahteraan janin, gejala dan
pemeriksaan laboratorium

Kontraindikasi perawatan • HT berat, tidak terkontrol


ekspektatif : • Gawat janin Iya Lakukan
• Eklampsia • Solusio plasenta Persalinan
• Edema paru • IUFD setelah stabil
• DIC • Janin tidak viabel

Komplikasi perawatan terhambat • Pemberian


ekspektatif: • Severe olygohydramnion Iya Kortikosteroid
• Gejala persisten • Reversed end diastolic flow pematangan paru
• Sindrom HELLP • KPP atau inpartu • Persalinan
• Pertumbuhan janin • Gangguan renal berat setelah 48 jam

Perawatan ekspektatif:
• Tersedia fasilitas perawatan maternal dan neonatal
intensif
• Usia kehamilan : janin viabel – 34 minggu
• Rawat inap
• Stop magnesium sulfat dalam 24 jam
• Evaluasi Ibu dan janin setiap hari

• Usia kehamilan ≥ 34 minggu


• KPP atau inpartu Iya
Lakukan
• Perburukan maternal - fetal
persalinan
• Adanya salah satu gejala kontraindikasi perawatan
ekspektatif

Gambar 2. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia Berat1

27
Gambar 3. Tata Cara Pemberian MgSO4 pada Preeklampsia
Berat dan Eklampsia2

1. Pemberian antihipertensi terutama pada preeklampsia berat:


Nifedipine 10-30 mg per oral, dapat diulang sampai 4 kali
sehari atau Metildopa 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari
(dosis maksimal 3 gram per hari).
2. Dosis kortikosteroid untuk pematangan paru janin, diberikan
pada usia kehamilan 24-34 minggu atau kadar trombosit
<100.000 mm3: Dexamethasone 10 mg intravena 2x sehari,
dapat dipertahankan sampai 2 hari pascasalin kemudian 5 mg
intravena 2x sehari selama 2 hari.
3. Pemantauan gejala impending eklampsia: penglihatan kabur,
nyeri ulu hati hebat, dan nyeri kepala hebat.
4. Pengelolaan obstetrik pada preeklampsia (terminasi
kehamilan) pada pasien yang belum inpartu atau sudah inpartu
kala I fase laten: dilakukan induksi persalinan dengan
amniotomi dan drip oksitosin (dengan syarat skor Bishop ≥ 6)
atau seksio sesarea bila terdapat kontraindikasi drip oksitosin
atau fase aktif tidak tercapai setelah 8 jam drip oksitosin
 Jika sudah inpartu kala I fase aktif dilakukan amniotomi,
dapat ditambahkan drip oksitosin bila his tidak adekuat.
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap, disarankan seksio sesarea.
 Jika sudah inpartu kala II, diselesaikan dengan partus
buatan.
5. Pada pasien dengan eklampsia:
 Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang, kepala
direndahkan dengan suction daerah orofaring, fiksasi
badan pada tempat tidur agak longgar untuk menghindari
fraktur.
 Pemberian MgSO4 sesuai Gambar 3.
 Jika kejang berulang dapat diberikan Diazepam 10 mg
intravena perlahan, dapat diulang setiap 30 menit sampai 3
kali berturut-turut jika masih tetap kejang. Jika masih tetap
kejang, drip Diazepam 50 mg dalam 250 cc NaCl 0,9%
20-25 tetes per menit selama 2 hari. Fenitoin dapat
diberikan bersamaan untuk mencegah kejang berulang
dengan dosis 3x300 mg hari pertama, 3x200 mg hari
kedua, dan 3x100 mg pada hari ketiga dan seterusnya.
1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding, dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelasan rencana dan alternatif terapi, durasi, risiko dan
Edukasi
komplikasi, prognosis
3. Penjelasan kemungkinan dirujuk untuk mendapatkan
penanganan intensif
Quo ad vitam: dubia
Prognosis Quo ad sanationam: dubia
Quo ad functionam: dubia
Penelaah Kritis SMF Obstetri dan Ginekologi
1. Tidak terjadi kejang pasca persalinan
Indikator 2. Tekanan darah normal
3. Lama hari rawat: 1-5 hari
1. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan
Kedokteran Fetomaternal. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Diagnosis dan Tata Laksana Pre-Eklamsia.
Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
2016.
Kepustakaan 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2013.
3. SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin. Panduan
Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi. Bandung: SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin. 2015.

Anda mungkin juga menyukai