Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI


HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
RSUD 2018
WAIKABUBAK
No. Dokumen
Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
Pengertian Adalah hipertensi yang disertai atau tanpa proteinuria sebelum dan
atau selama kehamilan sampai 12 minggu post partum.
- Hipertensi: Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥
90 mmHg
- Proteinuri: 0,3 gr/L dalam 24 jam kwalitatif + 2 sampai +4
Hipertensi dalam kehamilan terdiri atas:
1. Gestasional hipertensi.
2. Preeklampsia.
3. Eklampsia.
4. Superimposed preeklampsia.
5. Hipertensi kronis.
Anamnesis - Sejak kapan diketahui menderita hipertensi
- Adanya keluhan berupa nyeri kepala, pengelihatan kabur, dan nyeri
perut di kuadran kanan atas.
- Riwayat terapi hipertensi.
- Adanya penyakit kronis yang lain seperti sakit jantung, ginjal,
diabetes melitus, Penyakit tiroid dan stroke.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan Leopold I-IV dan DJJ.
Kriteria Diagnosis 1. Gestasional hipertensi:
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kalinya
pada kehamilan > 20 minggu tanpa disertai dengan proteinuria dan
tekanan darah kembali normal < 12 minggu post partum.
2. Hipertensi kronis:
Tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu post
partum.
3. Preeklampsia:
a. Preeklampsia ringan
Tekanan darah sistolik ≥ 140 sampai < 160 mmHg, tekanan
diastolik
≥90 sampai <110 mmHg dan proteinuria > 0,3 g/L atau
kwalitatif +2.
b. Preeklampsia berat:
Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg dan
proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif +4, oligouria, edema
paru atau sianosis, sindroma HELLP, dan tanda-tanda
impending eklampsia.
 HELLP sindrom (platelet < 100 , SGOT/SGPT > 70 dan
LDH >600)
 Impending eklampsia (nyeri kepala frontal, pengelihatan
kabur dan nyeri perut kuadran kanan atas)
 Oligouria (produksi urin < 500 cc/24 jam).
4. Superimposed preeklampsia: Preeklampsia pada pasien hipertensi
kronis
5. Eklampsia: Preeklampsia disertai oleh kejang-kejang dan atau
koma.
Catatan: khusus Eklampsia akan dibahas tersendiri
Diagnosis Banding 1. Kehamilan dengan penyakit jantung
2. Kehamilan dengan Sindroma Nefrotik.
3. Tirotoksikosis.
Pemeriksaan 1. Laboratorium: DL, UL, BUN/SC, SGOT/SGPT, LDH, lipid profil
Penunjang 2. Rontgen: Foto Thorax
3. USG dan KTG
Konsultasi 1. Bagian Obstetri dan Ginekologi
2. Intensive care pada kasus Eklampsia
Perawatan Rumah 1. Preeklampsia Ringan:
Sakit Rawat inap bila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil fetal assessment ragu-ragu atau jelek.
b. Kecenderungan terjadi preeklampsia berat
c. Perawatan poliklinik selama 2x seminggu selama 2 minggu,
keadaan tetap.
d. Akan dilakukan terminasi pada umur kehamilan aterm.
2. Preeklampsia berat: semua preeklampsia berat harus rawat inap.
3. Eklampsi: semua eklampsi harus rawat inap.
Terapi / tindakan 1. Preeklampsia Ringan
a. Penanganan konservatif
1) Rawat jalan:
a) Tidak mutlak tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai
keinginannya.
b) Diet reguler, tidak perlu diet khusus.
c) Dilakukan pemeriksaan fetal assesment (USG dan NST)
setiap 2 minggu.
d) ANC setiap minggu.
i) Umur kehamilan <37 minggu dan gejala tidak
memburuk maka kehamilan dapat dipertahankan
sampai aterm.
ii) Umur kehamilan ≥ 37 minggu:
(a) Kehamilan dipertahankan sampai timbul
onset partus atau mencapai 40 minggu.
(b) Bisa dipertimbangkan ripening/induksi
dengan misoprostol.
(c) Bila serviks matang maka dilakukan induksi
persalinan.
2) Rawat inap:
a) Hasil fetal assessment meragukan atau jelek.
b) Kecenderungan terjadi preeklampsia berat.
c) Perawatan poliklinik selama 2x seminggu selama 2
minggu, tidak ada perbaikan.
d) Hasil test laboratorium yang abnormal
e) Adanya gejala preeklampsia berat (satu atau lebih).
b. Penanganan aktif pada kondisi:
1) Kehamilan aterm.
2) Hasil fetal assessment jelek.
3) Terdapat tanda-tanda impending eklampsia.
Catatan:
Pemeriksaan kesejahteraan janin:
- Pengamatan gerakan janin setiap hari oleh ibu sendiri.
- NST 2 x setiap minggu; bila NST non reaktif dilakukan
penilaian profil biofisik janin.
- Evaluasi biometri janin setiap 3-4 minggu.
Kalau perlu, USG Doppler arteri umbilikalis dan arteri uterina.
2. Preeklampsia Berat
 Segera masuk rumah sakit, tirah baring miring ke sisi kiri
secara intermiten.
 Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.
Diberikan: MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
Pemberian MgSO4 dibagi :
 Loading dose (initial dose) : dosis awal: 4g MgSO4 40%
dilarutkan dalam normal Saline I.V/ 10-15 menit.
 Maintenance dose : Mg SO4 1g/jam/I.V. dalam 24 jam
Cara pemberian:
Ambil 4g MgSO4 40% (10 cc) dilarutkan dalam normal
Saline I.V.
/10-15 menit. Sisanya, 6g MgSO4 40% (15 cc) dimasukan
kedalam satu botol larutan Ringer Dektrose 5% diberikan
perinfus dengan tetesan 28 tetes per menit atau habis
dalam 6 jam.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 Lanjutan :
- Refleks patella normal.
- Respirasi > 16 kali/menit
- Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ;
0,5 cc/kg BB/jam
- Tersedia Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc.
Antidotum:
Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4, maka
diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% dalam 10cc dalam
3 menit.
Bila kejang lagi setelah pemberian dosis awal maupun
lanjutan, dapat diberikan lagi MgSO4 20% 2 gram IV dan
apabila tetap kejang (refrakter terhadap MgSO4 ) dapat
diberikan salah satu regimen dibawah ini :
- 100 mg IV sodium thiopental
- 10 mg IV diazepam
- 250 mg IV sodium amobarbital
Catatan : Bila diluar sudah diberikan pengobatan
diazepam, maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO4.
 Anti Hipertensi:
Bila tekanan darah ≥180/110 atau MAP>125 mmHg
- Diberikan Nifedipin 3 x 10 mg atau Nicardipin drip.
- Methyl dopa 500-3000 mg per oral dibagi 2-4 dosis.
 Diuretikum:
Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi :
- Edema paru
- Payah jantung kongestif
- Edema anasarka
 Sikap terhadap kehamilannya :
1. Ekspektatif / konservatif :
a. Bila umur kehamilan < 35 minggu.
b. Diberikan steroids untuk pematangan paru.
c. Dilakukan expektan manajemen.
2. Aktif /agresif :
a. Bila umur kehamilan ≥ 35 minggu.
b. Kehamilan dikahiri setelah mendapat terapi
medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
c. Kehamilan harus segera diakhiri tanpa memandang
umur kehamilan bila dijumpai: kejang-kejang, gagal
ginjal akut, stroke, edema paru, solutio plasenta
dan fetal distress.
d. Pada HELLP syndrome, persalinan bisa ditunda
dalam 48 jam bila umur kehamilan <35 minggu,
untuk memberikan kesempatan pematangan paru.

Catatan:
1. Persalinan sedapat mungkin diarahkan pervaginam.
2. Penderita belum inpartu
Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop > 5. Bila
perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol.
Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam
waktu 24 jam.
Indikasi seksio sesarea adalah: Tidak memenuhi syarat
persalinan pervaginam.
a. Induksi persalinan gagal.
b. Terjadi gawat janin.
3. Penderita sudah inpartu
a. Kemajuan persalinan dikelola dengan partograf
WHO atau kurve Friedman.
b. Monitor tekanan darah tiap 30 menit.
c. Tindakan operatif pervaginam (vakum atau
forceps sesuai indikasi); tidak rutin dikerjakan
kecuali:
1) Tekanan darah tidak terkontrol (MAP> 125)
2) Tanda-tanda impeding eklampsia.
3) Kemajuan kala II tidak adekuat.
d. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat
kegawatan ibu dan atau janin, atau indikasi
obstetrik.
e. Bila harus dilakukan SC, pilihan anestesianya
adalah regional atau epidural dan tidak diajurkan
anestesia umum.
3. Gestational Hipertensi
a. Anti hipertensi; bila tensi ≥ 160/100 mmHg. Jenis, dosis dan
cara pemberian sesuai dengan PE berat.
b. Terminasi kehamilan; analog PE ringan.
4. Superimposed Preeklampsia
Penanganannya sama dengan penanganan PE berat.
Tempat Pelayanan Poliklinik dan Ruang Bersalin, Kamar Operasi dan Pemulihan, ruang
perawatan post partum.
Penyulit 1. Pada ibu:
a. Perdarahan intra serebral
b. Sindrome HELLP
c. DIC
d. Payah jantung
e. Gagal ginjal
f. Ablatio retina
g. Ruptur hepar
2. Pada anak:
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT).
b. Kematian janin dalam kandungan (KJDK).
Informed Consent Ya, tertulis.
Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi
2. Dokter Spesialis Anestesi (intensive care)
3. Dokter Spesialis Anak
Lama Perawatan 3-5 hari
Masa Pemulihan Selama masa nifas (42 hari)
Hasil Hasil perawatan hipertensi dalam kehamilan:
1. Pada PE ringan, menencegah terjadinya PE berat dan eklampsia,
serta melahirkan bayi vigorous serta ibu selamat.
2. Pada PE berat, mencegah terjadinya eklampsia, perdarahan intra
serebral, kegagalan jantung dan ginjal, DIC, dan Syndrome HELLP,
serta melahirkan bayi vigorous serta ibu selamat
Patologi Tidak Diperlukan
Otopsi Tidak diperlukan kecuali ada sengketa medis
Prognosis PE ringan, Gestasional hipertensi: dubius ad bonam
PE berat, Superimposed preeclampsia: dubius ad malam.
Tindak Lanjut Kontrol poliklinik
Bila ada penyulit, perawatan bersama bagian lain
Tingkat Evidens & - Nifedipine diberikan secara oral bukan sublingual (level evidence A)
Rekomendasi - Magnesium sulphate adalah therapy pilihan untuk mengontrol
seizures. loading dose 4 g diberikan secara I.V selama 5–10 menit,
diikuti dosis maintenence 1 g/jam selama 24 jam setelah kejang
terakhir. (level evidence A)
Indikator Medis Tidak terjadi penyulit pada ibu seperti: eklampsia, perdarahan intra
serebral, kegagalan jantung dan ginjal, DIC, dan Syndrome HELLP.
Tidak terjadi asfiksia atau stillbirth.
Edukasi Risiko Preeklampsia berulang pada kehamilan berikutnya.
Kemungkinan akan menetap menjadi hipertensi khronis, sehingga perlu
kontrol rutin pasca nifas.
Kepustakaan 1. Sibai B.M, Diagnosis and Management of Gestational Hypertension
and Preeclampsia, The American College of Obstetricians and
Gynecologist, 2003.
2. National Collaborating Centre for Woman’s and Children’s Health,
NICE Guideline, Hypertention in Pregnancy: The Management of
Hypertensive Disorders during Pregnancy, January 2011.
3. Dean S, Management of Hypertensive Disorders in Pregnancy inc
Severe Pre-Eclampsia and Eclampsia, NHS Trust, 2011.
4. WHO Recomendations for Prevention and Treatment of
Preeclampsia and Eclampsia, 2011.
Magee L.A, et al, Diagnosis Evaluation and Management of the
Hypertensive Disorders in Pregnancy, SOGC Clinical Practice
Guideline, no 26 March 2008.
6. Sibai B.M, Diagnosis, Prevention and Management of Eclampsia,
Clinical Expert, Department of Obstetrics and Gynecology,
University of Cincinati, vol: 105 no: 2 2005.
7. Karkata M.K, Kristanto H, Panduan Penatalaksanaan Kasus
Obstetri, Himpunana Kedokteran Fetomaternal (HKFM), 2012.
8. RCOG. 2006. The management of severe pre-
eclampsia/eclampsia. Top green guideline no. 10(a)
Bagan alur PE Ringan

Preeklampsia Ringan

Evaluasi Maternal
dan Fetal

≥ 40 minggu
≥ 35 dengan:
PPROM
IUGR
NST non reassuring

PS >5
< 37 mg 37-39 mg

PS<5

Rawat jalan MRS

Maternal & Fetal memburuk.


Repening/Induksi/SC
Umur kehamilan ≥40 mg.
PS >5 saat UK ≥ 37 mg.
Inpartu
Bagan Alur Penanganan PE Berat

Preeklampsia Berat

- MRS
- Evaluasi Maternal dan Fetal 24 jam
- MgSO4 24 jam
- Antihipertensi bila sistolik ≥ 160 mmHg
dan atau Diastolik ≥ 110 atau MAP > 125
mmHg

- Maternal distress Ya
- Nonreassuring fetal status
- Umur kehamilan > 35 mg

Tidak
Ya
Steroids
PJT Berat

Tidak

< 23 mg 34-35 mg
23- <34 mg

- MgSO4
Konservatif:
- Lahirkan
Pertimbangkan - Steroids
Konservatif - Antihypertensi
Terminasi
gagal - Evaluasi kondisi Maternal
Kehamilan
dan fetal tiap hari

Keterangan:
- Maternal Distress: Trombositopenia, impending eklampsia, Edema paru dan Syndrom HELLP.
- PJT berat: Reverse atau absent end diastolic flow, Doppller ductus venosus abnormal dan 2 mg tdk ada
pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai