Anda di halaman 1dari 39

PLENO SKENARIO 2

B-02

‘KEDUA KAKIKU BENGKAK’


ANGGOTA :
• Septian Yudhistira Siregar
• Azarien Aulia
• Intan Fitrianita
• Debi Triana
• Nadhila
• Lily Rezky Moneta
• Rika Farhana
• Ardinsyah Yolanda Putra
• Salsabila Munirah Amir
• Auladina Siddiqah
• Farah Kamila
Kedua kakiku bengkak
Seorang ibu rumah tangga berusia 35tahun,G2P1 datang ke RSUZA dengan keluhan sakit kepala.
Pasien mengaku hamil memasuki 9 bulan, HPHT 13-01-2018. Selama ini pasien periksa
kehamilandipuskesmas sebanyak 4X, dan di dokter kandungan sebanyak 3X.selama kontrol
kehamilan tidak ada keluhan dan kondisi bayidikatakan baik. Saat ini pasien mengeluh sakit
kepala sejak 1 hari tidak berkurang setelah istirahat, disertai sakit perutbagian kanan atas, dan
muntah 1X saat dirumah sebelum paisen ke puskesmas.pada kehamilan sebelumnya pasien
mengalami darah tinggi saat usia 9 bulan. Pada pemeriksaanfisik didapatkan TD 160/110mmHg,
nadi 98x/menit, penapasan 18x/menit,suhu tubuh 36.2’C. Pemeriksaan generalis dalam batas
normal, hanya ditemukan udem tungkai bawah kiri dan kanan. Pada pemeriksaan obstetric
ditemukan Leopold 1 tinggi fundus uteri 30cm, leopold 2 punggu bayi disisi kiri ibu, leopold 3
teraba bagian kepala bayi dibawah, leopold 4 kepala belum masuk PAP. Pada pemeriksaan
inspeksi tidak tampak eritema ataupun iritasi pada vulva. Pada pemeriksaan inspekulo tampak
portio licin,OUE tertutup,fluksus negatif. Pada pemeriksaanvaginal touche didapatkan portio
kenyal, posterior,tebal 3cm, pembukaan tidak ada, kepala setinggi H 1.

Pemeriksaan laboraturium ditemukan Hb 10.5 g/dL, HT 30.4%, leukosit 6800/uL, trombosit


90.000uL, HBsAg negatve, SGOT 106 U/L,SGPT 76 U/L, LDH 652 IU/L,Ureum 15
mg/dL,kreatin 0.56mg/dL, gula darah sewaktu 98mg/dL, dan protein uria 3+

Apakah dugaan diagnosis pada pasien tersebut?


IDENTIFIKASI ISTILAH
• Eritema : keadaan dimana terbentuknya makula kemerahan pada
kulit yag menunjuukan tanda inflamasi
• Fluksus : cairan yang keluar dari vagina secara berlebihan
• Proteinuria : protein dalam urin
• Leopold : pemeriksaan ANC untuk menentukan presentasi dan
kedudukan janin dalam rahim.
• SGOT : serum glutomic oxaloacetic transaminasi ( sel hati, jantung,
otot,otak)
• SGPT : serum glutamic pyruvic transaminase ( spesifik dan
dominan di hepar)
• HBsAg : antigen pada permukaan virus hepatitis B
• LDH : laktat dehidrogenase,enzim yang merubah gula jadi energi,
terdapat diseluruh tubuh
KONSEP
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan?
2. Faktor risiko?
3. Penyebab kasus tersebut?
4. Mengapa nyeri pada regio kanan atas?
5. Interpretasi lab?
6. DD?
7. Cara diagnosis?
8. Diagnosis pasti?
ANALISA MASALAH
1. Klasifikasi Hipertensi Dalam
Kehamilan
• 1. Hipertensi Kronik
• Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg didapatkan
sebelum kehamilan atau sebelum 20 minggu usia
kehamilan dan tidak termasuk pada penyakit
trophoblastic gestasional, atau
• Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
didapatkan pada usia kehamilan > 20 minggu menetap
12 minggu postpartum
• Diagnosis sulit ditegakkan pada trisemester
pertama kehamilan dan umumnya didapatkan pada
beberapa bulan setelah melahirkan.
• 2. Hipertensi Gestasional
• Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg didapatkan pertama kali
pada usia kehamilan > 20 minggu
• Tidak ada proteinuria maupun tanda dan gejala preeklampsia
• Tekanan darah kembali normal pada 42 hari setelah post
partum
• Definisi ini meliputi wanita dengan sindroma preeklampsia
tanpa disertai manifestasi proteinuria
• Mempunyai resiko hipertensi pada kehamilan selanjutnya
• Dapat berkembang menjadi preeklampsia maupun hipertensi
berat.
3. Preeklampsia
Kriteria minimal
• Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
• Disertai proteinuria ≥ 300 mg / 24 jam atau ≥ +1 pada pemeriksaan
urin sesaat dengan urin dipstik atau rasio protein : kreatinin urine ≥
0.3
Kriteria tambahan yang memperkuat diagnosis
• Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
• Proteinuria 2.0 g/24 jam atau ≥ +2 pada pemeriksaan urin sesaat
denganurin dipstik.
• Serum kreatinin > 1.2 mg/dl kecuali sudah didapatkan peningkatan
serum kreatinin sebelumnya
• Trombosit < 100.000/μl
• Hemolisis mikroangiopati – peningkatan LDH
• Peningkatan kadar serum transaminase – ALT atau AST
• Nyeri kepala yang menetap atau gangguan cerebral maupun visual
lainnya
• Nyeri epigastrium yang menetap
4. Eklampsia
• Kejang yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
pada wanita dengan preeklamsia

5. Hipertensi
kronis superimposed preeklampsia
• Wanita hipertensi dengan proteinuria ≥ 300 mg
/ 24 jam yang baru muncul dan tidak
didapatkan sebelum usia kehamilan 20
minggu, atau
• Peningkatan mendadak pada proteinuria dan
tekanan darah atau jumlah trombosit < 100.000
/μl pada wanita dengan hipertensi dan
proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
2. Faktor risiko
• Primigravida
• Multigravida
• nullipara
• Riwayat preeklamsia
• Ras kulit hitam
• Interval kehamilan kurang dari 2 tahun /lebih dari 10 tahun
• Usia ibu dibawah 18 tahun / lebih dari 35 tahun
• Riwayat DM
• Riwayat SLE
• Hipertensi kronis dan riwayat penyakit ginjal
• Trombofilia
• Obesitas dengan IMT >35kg/m2
• Stress dan merokok
• Kehamilan kembar
3. Etiologi teoritis
1. invasi abnormal trofoblastik
• Trofoblastik tidak mencapai A. Spiralis sehingga
gagal remodelling vaskular.

2. Imunologi ibu
• HLAG gagal terbentuk, sehingga sel imun ibu
tidak mengenali sel janin dan menyerang.

3. Genetik
4. Nyeri regio kanan atas
• Nekrosis hepatoseluler
• Iskemik
• Edema pada kapsul glosoni
5. Interpretasi Hasil Lab
• Kreatinin: Normal
• SGOT/SGPT > 2x Lipat
• Trombosit: 9000/ ml (Rendah)
• Laju Endap Darah Meningkat
6. DD
• Hipertensi kronis superimposed preeclampsia
• Eclampsia
• Hipertensi kronis
• Hipertensi gestasional
7. Diagnosis
• Anamnesis
• Anamnesis pada pasien/keluarganya mengenai
adanya gejala, penyakit terdahulu, penyakit
keluarga dan gaya hidup sehari-hari.
• - Gejala dapat berupa: nyeri kepala, gangguan visus,
rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada, mual
muntah dan kejang.
• - Penyakit terdahulu: hipertensi dalam kehamilan,
penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal,
dan penyakit ginjal.
• - Riwayat gaya hidup: keadaan lingkungan sosial,
merokok dan minum alkohol.
• Pemeriksaan Fisik
• - Pemeriksaan Tekanan Darah
• - Pemeriksaan Denyut Nadi
• - Pemeriksaan Suhu Tubuh
• - Pemeriksaan Frekuensi Nafas

Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk diagnosis dini preeklampsi adalah
pemeriksaan proteinuria. Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan
dua metode, yaitu:
• - Metode Esbach
• - Metode Dipstick
• Pengukuran secara Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan protein
≥300 mg dari 24 jam jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar
proteinuria ≥30 mg/dL (+1 dipstick) dari urin acak tengah yang tidak
menunjukkan tanda - tanda infeksi saluran kencing. Interpretasi hasil dari
proteinuria dengan metode dipstick, yaitu:
• +1 = 0,3 – 0,45 g/L
• +2 = 0,45 – 1 g/L
• +3 = 1 – 3 g/L
• +4 = > 3 g/L.
8. Diagnosis pasti
• Preeklamsia berat dengan tanda bahaya
LEARNING OBJECTIVE
1. Defenisi preeklamsia
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
4. Tatalaksana dan kriteria rawat inap dan rujuk
5. Komplikasi
6. Prognosis
7. Pecegahan
1. Definisi Preeklampsia
• Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Preeklampsia dengan tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih
5 g/24 jam disebut sebagai preeklampsia berat.
2. Epidemiologi Preeklampsia
Di Indonesia frekuensi kejadian pre-eklampsia
sekitar 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre-
eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama primigravida muda.
Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan
ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun,
paritas tinggi dan obesitas merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia .
Peningkatan kejadian preeklampsi pada usia >35
tahun mungkin disebabkan karena adanya
hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa.
3. Patofisiologi
4. TATALAKSANA PREEKLAMPSIA BERAT
LATE ONSET DENGAN HELLP SYNDROME
A. MANAJEMEN EKSPEKTATIF
B. MEDIKAMENTOSA
1. MgSO4 • Dosis :
• Direkomendasikan sebagai - Loading dose : 4 gr
profilaksis terhadap eklampsia
selama 5-10 menit dalam
• Digunakan untuk mencegah
kejang dan kejang berulang 100 cc cairan iv
• Syarat pemberian : RR > - Maintanance dose : 1
16x/menit, Refleks patella gr/jam/24 jam
positif, urine output >30ml - Kejang berulang : 2-4 gr
pada 4 jam terkahir, tersedia
antidotum selama 5 menit
• Monitor :
RR, refleks patella, urin
output, saturasi oksigen
2. Anti Hipertensi
Anti hipertensi diberikan apabila TD sistolik
160 mmHg atau diastolik 110 mmHg

• Lini pertama : • Lini kedua :


- Nifedipine - Nitrogliserin
- Hydralazine - Metildopa
- Labetalol - Labetalol
3. Kortikosteroid
a. Untuk terapi HELLP syndrome
- Dexametason
- Betametason Tidak direkomendasikan

b. Untuk pematangan paru


- Dexametason : 2x6 gr IM / 24 jam selama 2
hari
- Betametason : 1x12 gr IM/ 24 jam selama 2 hari
•Rujuk ke faskes tersier
(<35 minggu)
TATALAKSANA HELLP
•Admit to L&D
•Magnesium sulfat iv
SYNDROME
•Antihipertensi jika
SBP 160 mmHg atu
DBP 105 mHg

•<23 minggu atau 34


minggu
• fetal distress
•Maternal distress YA
(eklampsia, abruptio Persalinan
plasenta, DIC<, renal
failure, ARDS, suspek
hematom hepar)

TIDAK
23-34 minggu Lanjutkan terapi steroid
5. Komplikasi
• Solusio plasenta
• Gangguan pembekuan darah
• Eklamsia
• Hipertensi menetap bahkan setelah persalinan
• Stroke
• Gagal jantung
• Gagal ginjal
• Udem paru
• IUGR
• Abortus
• Nekrosis hepar
6. Prognosis
Dubia et bonam :
• Cepat terdiagnosis
• Tatalaksana tepat
• Usia gestasi mencukupi
• Perkembangan janin sudah matang

Dubia et malam :
• Lama terdiagnosis dan intervensi yang salah
• Tatalaksana tidak rasional
7. Pencegahan
• Garam harian dikurangi, namun tidak direstriksi
• Minum 6-8 gelas air per hari.
• Jangan makan gorengan dan makanan cepat saji.
• Istirahat cukup.
• Olahraga teratur.
• Tinggikan kaki beberapa kali dalam sehari.
• Jangan minum alkohol dan minuman yang mengandung
kafein
• Jangan merokok
• Pemberian aspirin pada trimester I untuk pasien dengan
riwayat preeklamsia sebelumnya (Rekomendasi ACOG)
• Beri Ca2+ 150-200 mg/hari (Rekomendasi ACOG)
• Beri Zinc 200 mg/hari
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai