Epidemiologi
Dari hasil laporan WHO tahun 2005 jumlah penduduk dunia yang menderita PTSD mencapai
3.230.000 orang atau setara dengan 0,2% dari seluruh masyarakat dunia. Dengan persebaran
28,5% atau 921.000 jiwa terdapat di Pasifik Barat, 27,4% atau 885.000 jiwa di Asia Tenggara,
14,2% atau 460.000 jiwa di Eropa, 12,6% atau 407.000 jiwa di Amerika, 9,3% atau 299.000 jiwa di
Afrika dan 8,0% atau 258.000 jiwa terdapat di Mediterania Timur. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2005 didapatkan bahwa
sebanyak 140 per 1000 penduduk pada usia 15 tahun ke atas mengalami gangguan jiwa dan
23% daintaranya mengalami PTSD.
beberapa hal yang dapat menyebabkan PTSD Antara lain : kejadian yang membuat stress
termasuk kejadian trauma, mendapatkan risiko kelainan mental seperti cemas dan depresi,
sifat individu yang temperamental, dan cara otak meregulasi hormon.5
Tingkat adrenalin
Penelitian menyebutkan bahwa orang dengan PTSD mempunyai tingkat hormon stress yang
tidak seimbang. Orang dengan PTSD terus memproduksi hormone adrenalin yang tinggi dimana
kerja hormone ini untuk keadaan yang disebut dengan istilah “fight or flight” walaupun disaat
tidak ada ancaman.
Perubahan di otak
Proses emosi yang terjadi di otak pada penderita PTSD disebutkan berbeda dibandingkan orang
normal. Bagian otak yang bertugas untuk memori dan emosi yang disebut hippocampus
didapatkan mempunyai ukuran yang lebih kecil pada penderita PTSD. Hal ini dapat
menyebabkan malfungsi pada hippocampus dimana proses yang terjadi pada otak bagian ini
tidak dapat berjalan normal sehingga rasa cemas dan depresi tidak berkurang
2. Adanya perasaan bersalah pada diri sendiri mengenai peristiwa traumatik yang
dialaminya. Peristiwa tersebut dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan atau
memalukan untuk dibicarakan dengan orang lain.
Exposure therapy
• Terapis membantu pasien menghadapi ingatan traumatis mereka melalui narasi tertulis atau
verbal, penghitungan ulang traumatis secara terperinci.
pengalaman, dan paparan berulang terhadap situasi terkait trauma yang dihindari atau
membangkitkan ketakutan tetapi sekarang aman (misalnya,
mengendarai mobil di mana insiden lalu lintas jalan terjadi atau berjalan di taman yang sibuk di
mana serangan terjadi)
Cognitif therapy
• Berfokus pada pengidentifikasian dan modifikasi salah tafsir yang membuat pasien melebih-
lebihkan ancaman saat ini (misalnya, pasien yang
berpikir penyerangan hampir tak terhindarkan jika mereka meninggalkan rumah)
• Berfokus pada modifikasi keyakinan dan bagaimana pasien menafsirkan perilaku mereka
selama trauma, termasuk masalah dengan rasa bersalah dan malu
EMDR
• Prosedur standar, fokus trauma. Melibatkan penggunaan stimulasi fisik bilateral (gerakan
mata, ketukan, atau nada), hipotesis
untuk merangsang pemrosesan informasi pasien untuk membantu mengintegrasikan peristiwa
yang ditargetkan sebagai memori kontekstual adaptif
Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah sulit tidur dan meningkatkan
konsentrasi. Antidepresan biasanya diberikan pada pasien berusia 18 tahun ke atas dalam
jangka waktu 12 bulan sebelum dikurangi secara bertahap selama kira-kira 4 minggu. Contoh
obat antidepresan adalah mirtazapine, amitriptyline, dan phenelzine.
Prazosin. Obat ini diberikan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan insomnia akibat
mimpi buruk berulang.
Antiansietas. Obat ini diberikan untuk mengurangi rasa cemas pada penderita PTSD. Obat
antiansietas biasanya hanya diberikan dalam jangka waktu yang pendek mengingat rentan
disalahgunakan. Perubahan suasana hati akan terlihat setelah pemberian obat-obatan selama
beberapa minggu.