Anda di halaman 1dari 28

Pasien dapat didiagnosis dengan

PTSD memiliki kriteria setidaknya


dalam waktu 1 bulan:

kembali mengalami gejala minimal


sekali

Diagnosa
mengalami tiga gejala penghindaran
(Avoidance symptoms)

Mengalami dua gejala hyperarousal


 Terdapat beberapa kriteria diagnosis untuk Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) didasarkan pada DSM-IV-TR. Selain terbukti
penderita mengalami kejadian traumatik,juga terdapat gejala-
gejala seperti gejala reexperience, avoidance dan hyperarousal
yang dialami lebih dari satu bulan, bila gejala tersebut muncul
kurang dari satu bulan termasuk dalam gangguan reaksi stres
akut. PTSD dikelompokan menjadi
Diagnosa DSM  akut, bila gejala muncul kurang dari 3 bulan setelah
IV-TR kejadian,
 kronis jika gejala PTSD yang muncul lebih dari 3 bulan
pasca trauma,
 onset PTSD lambat yakni gejala muncul setelah 6 bulan
pasca trauma.
Gangguan ini menyebabkan penderita mengalami kegagalan dalam
fungsi sosial, pekerjaan maupun fungsi lain dalam kehidupannya
Faktor risiko untuk PTSD meliputi:
 Hidup melalui peristiwa berbahaya dan trauma
 Memiliki riwayat penyakit mental
 Terluka
 Melihat orang terluka atau terbunuh
Faktor resiko  Merasa takut, tidak berdaya, atau ketakutan yang berlebihan
 Tidak memiliki dukugan social setelah kejadian atau peristiwa
yang menyebabkan trauma
 Mengalami stres berlebihan setelah kejadian, seperti
kehilangan orang yang dicintai, rasa sakit dan cedera, atau
kehilangan pekerjaan atau rumah.
Patofisiologi
Post traumatic stress disorder secara keseluruhan, berhubungan dengan reseptor
serotonin 5-HT1B yang rendah di anterior cingulate cortex (ACC), hippocampus (HC) dan
pallidum serta daerah lain yang terlibat dalam PTSD .Penurunan reseptor 5-HT1B mengikat
di ACC telah terbukti meningkatkan kembali mengalami gejala. Penurunan reseptor 5-HT1B
mengikat di HC telah terbukti dapat meningkatkan gejala mati rasa. Penurunan reseptor 5-
HT1B mengikat di pallidum yang telah terbukti meningkatkan gairah cemas, mengingat
kejadian masa lalu , dan gejala mati rasa ( christoper et al, 2013)
Christopher R. Bailey, Elisabeth Cordell, Sean M. Sobin and Alexander Neumeister, 2013. Recent Progress in Understanding the
Pathophysiology of Post Traumatic Stress Disorder Implications for Targeted Pharmacological Treatment. Johns Hopkins University
School of Medicine, Baltimore, MD, USA
Drug of choice Farmakolog
dan
farmakoterapi i

psikologi
 terapi yang menggunakan gerakan bola mata bolak-
eye movement balik secara volunter untuk mengurangi kecemasan
yang berhubungan dengan pikiran yang mengganggu
desensitization pasien PTSD (Bison JI. 2007). Terapi ini difokuskan pada
and gambaran trauma serta pikiran dan respon afektif
negatif yang ditimbulkan oleh trauma. EMDR
reprocessing menggunakan stimulasi bilateral berupa gerakan mata
(EMDR) saccadic atau rangsangan bolak balik mata lainnya,
dilakukan saat keadaan terpapar (fokus terhadap
ingatan, emosi dan kognitif yang mengganggu)
(Coetzee RH et al, 2005
 - Fase I assessment, dalam fase ini terapis sudah
mendapatkan cerita lengkap mengenai peristiwa yang
dialami oleh pasien, pada fase ini digambarkan rencana
terapi yang sudah disesuaikan dengan pasien( Coetzee
RH,et al . 2005)
FASE  - Fase II persiapan, pasien mempersiapkan dirinya
untuk mendapatkan terapi, metode terapi dijelaskan,
terapi ini disesuaikan dengan masing-masing individu
sesuai dengan pendidikan dan kondisi psikologisnya,
dalam fase ini disepakati stimulasi bilateral yang
digunakan.
 - Fase III penilaian target memori, selama fase ini
pasien mengidentifikasi ingatan, kognisi, dan emosi
yang akan dirubah. Terapi normalnya focus terhadap
bayangan yang menunjukan ingatan buruk pasien.
 - Fase IV desensitisasi, pasien diminta menanamkan
dalam pikirannya tentang gambaran atau bayangan
trauma bersamaan dengan kognisi negatifnya.
Stimulasi bilateral dimulai sampai semua ingatannya
saling terhubung, stimulasi biasanya diberikan melalui
gerakan cepat mata pasien yang mengikuti gerakan jari
terapis. Gerakan jari dari terapis ada 30 gerakan namun
hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien. Proses ini
dapat diulang sampai proses terapi selesai ataupun
sampai pasien sudah tidak merasakan emosi dan
respon fisik yang negatif terhadap bayangan
traumanya.
 - Fase VII closure, terapis memuji pasien atas usaha
yang dilakukan dan pencapaiannya serta dukungan dan
semangat pasien. Penterapi juga memberikan
pelatihan peregangan dengan tahanan.
 - Fase VIII debriefing the experience, pasien
diwawancarai dan dijelaskan mengenai efek yang
mungkin akan dialami pasien nantinya setelah terapi
selesai (Coetzee RH, et al. 2005 )
 Belum ada penelitian yang memuaskan pengobatan
rawat inap untuk PTSD dan kondisi yang terkait
dengan trauma. Namun, konsensus klinis setuju bahwa
Rawat inap adalah tepat untuk intervensi krisis, manajemen kasus
diagnostik yang kompleks, pengiriman prosedur terapi
emosional intens dan pencegahan kambuh.
 Tidak ada studi penelitian dilakukan pada
efektivitas terapi perkawinan / keluarga untuk
pengobatan PTSD. Namun, karena efek yang
Terapi unik trauma pada keterkaitan interpersonal,
kebijaksanaan klinis menunjukkan bahwa
perkawinan pasangan dan keluarga dimasukkan dalam
dan keluarga pengobatan mereka dengan PTSD. Dari
catatan, konseling perkawinan biasanya
kontraindikasi pada kasus kekerasan dalam
rumah tangga.
penelitian tentang penggunaan hipnosis dengan korban
trauma menunjukkan sedikit perbaikan dalam gejala
Hypnosis trauma, konsensus klinis menunjukkan bahwa hal itu
dapat membantu sebagai ajuvan daripada pengobatan
primer, terutama dengan disosiasi dan mimpi buruk.
 Saat ini tidak ada bukti yang dikendalikan pada terapi kreatif (seni,
drama, musik ). Beberapa dokter percaya bahwa terapi tersebut
unik dipasang untuk mengatasi manifestasi somatik spesifik
trauma (yaitu, pembelaan sensorik, kenangan somatik, dll). Ada
Terapi kreatif beberapa hati-hati dengan perawatan somatik berkenaan dengan
kebutuhan untuk menjaga keamanan fisik dan batas-batas
profesional yang sesuai, sehingga sangat penting bahwa terapis
akan terlatih dalam modalitas ini.
Farmakologi
Farmakologi
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
 Jenis obat pertama dari golongan SSRIs adalah paroxetine.
Penelitian double blind RCTs tentang paroxetine yang pernah
dipublikasikan, menunjukan efek positif dibandingkan plasebo,
namun paroxetine tidak direkomendasikan oleh NICE sebagai
terapi pilihan pertama untuk PTSD. Efek samping dari obat ini
adalah mual,mulut kering, asthenia dan ejakulasi abnormal
(Bisson J. 2007). Obat kedua adalah sertraline, obat ini dianggap
efektif untuk PTSD di Inggris, namun hanya efektif untuk wanita,
sedangkan untuk pria tidak. Efek samping dari obat ini
dibandingkan plasebo, sertraline secara signifikan meningkatkan
insomnia, diare dan mual serta penurunan nafsu makan (Bisson J.
2007).
Lanjut selama
12 bulan
 Ron Kovic adalah seorang mariner yang bertugas di Vietnam saat berada disana Ron
menjadi korban penembakan.Saat itu Wilson mencoba menyelamatkan Ron namun
kemudian Wilson meninggal saat berada dipangkuan Ron, sehingga meninggalkan
kesan yang mendalam bagi Ron.Karena terus- terusan merasa bersalah maka atasan
Ron memerintahkan Ron untuk melupakan kejadian tersebut karena menyebabkan
efek negative terhadap Ron. Hingga akhirnya saat melakukan tugas Ron terjebak
dan hampir mati, namun saat itu sesama marinir datang dan menyelamatkan Ron.
Saat itu Ron yang tinggal di rumah sakit untuk penyembuhan merasa tidak nyaman
karena petugas yang tidak peduli terhadap pasien dan dokter yang datang tidak
secara intensif, penggunaan obat- obatan terlarang antara pasien dan petugas
rumah sakit. Saat Ron mencoba berjalan menggunakan tongkat meskipun
Kasus mendapat peringatan dari dokter, Ron tetap melakukannya. Saat itu Ron yang putus
asa mendapat kabar bahwa kedua kakinya harus diamputasi,  namun dalam
pikirannya adalah perlakuan keluarga dan teman- temannya melihat keadaannya
seperti itu. Pada saat ulang tahun Amerika saat itu Ron mendapat penghargaan
karena berperang namun yang ada didalam pikirannya semua itu hanya ilusi dan
hanya memikirkan bagaimana caranya agar kedua kakinya dapat kembali, dan saat
perayaan kemerdekaan AS saat kembang apa meluncur Ron merasa ketakutan
mendengar suara kembang api tersebut karena mengingatkannya akan
pengalaman perang di Vietnam. Setelah kejadian tersebut Ron menjadi orang yang
mudah marah dan selalu menjadikan alcohol sebagai pelarian juga selalu bertengkar
dengan ibunya. Setelah diperiksa Ron menunjukan bahwa ia mengalami gejala Post
traumatic akibat perang di Vietnam.
 kesan yang mendalam karena ditolong Wilson dan akhirnya
Wilson meninggal
 Diliputi perasaan bersalah dan akhirnya ron hampir mati
 Merasa tidak nyaman saat dirawat di rumah sakit
 Mudah putus asa
evaluasi  Penghargaan yang diberikan kepada Ron hanya ilusi
 Merasa ketakutan saat mendengar kembang api
 Mudah marah , menjadikan alcohol sebagai pelarian , selalu
bertengkar dengan ibu nya.
Pengobatan
 Post traumatic stress disorder (PTSD) merupakan suatu kondisi
atau keadaan yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa
traumatik atau kejadian buruk dalam hidupnya.Timbulnya PTSD
tidak hanya disebabkan adany Stressor namun melibatkan faktor
lainnya yang terjadi sebelum dan sesudah trauma. Gambaran klinis
yang ada pada penderita Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
yaitu merasakan kembali mengalami peristiwa (re-experience ),
Avoidance dan numbing Serta hyperarousal. Kriteria diagnosis
untuk PTSD didasarkan pada DSM-IV-TR. Dua pilihan terapi yang
Kesimpulan dapat diberikan kepada penderita PTSD, yakni terapi psikologi dan
pharmakologi. Lini pertama dalam penanganan PTSD adalah
trauma-focused cognitive-behavioural therapy (TFCBT) atau eye
movement desensitization and reprocessing (EMDR). Beberapa
pilihan golongan obat yang dianggap bisa dipakai untuk penderita
PTSD Selective serotonin reuptake inhibitors, Tricyclics dan
Monoamine Oxidase inhibitors. Intervensi secara psikologi maupun
pharmakologi secepat mungkin, setelah seseorang mengalami
trauma dapat mencegah atau mengurangi resiko timbulnya PTSD.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai