SEMESTER PENDEK
SKENARIO 5
BLOK 6.2
NPM : 117170049
KELOMPOK : 6 (ENAM)
BLOK : 6.2
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
Diagnosis Banding
Gangguan Jiwa
Non Psikotik 2
“ MIND MAP “ Patofisiologi Munculnya Gejala
Gangguan Jiwa Non Psikotik
Dihubungkan Dengan Kelainan
Neuropsikologi Yang Terjadi
Kriteria Diagnosis
Gangguan Jiwa Non
Psikotik (PPDGJ III,
DSM V)
Penatalaksanaan
Gangguan Jiwa
Non Psikotik
GANGGUAN JIWA
NON PSIKOTIK
Farmakoterapi
Psikoterapi
SKENARIO 5
Sasaran Belajar :
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan:
1. Patofisiologi munculnya gejala gangguan jiwa non psikotik dihubungkan
dengan kelainan neuropsikologi yang terjadi
2. Kriteria diagnosis gangguan jiwa non psikotik (PPDGJ III, DSM V)
3. Diagnosis banding gangguan jiwa non psikotik
4. Penatalaksanaan gangguan jiwa non psikotik
JAWABAN
B. “ GANGGUAN SOMATISASI “
9
a) Faktor Psikososial
Formulasi psikososial melibatkan
manifestasi gejala sebagai komunikasi sosial,
akibatnya adalah menghindari kewajiban,
mengekspresikan emosi, atau menyimbolkan suatu
perasaan atau keyakinan. Interpretasi gejala
psikoanalitik yang kaku bertumpu pada hipotesis
bahwa gejala-gejala tersebut menggantikan impuls
berdasarkan insting yang ditekan. 2
b) Faktor Biologis dan Genetik
Sejumlah studi mengemukakan bahwa
pasien memiliki perhatian yang khas dan hendaya
kognitif yang menghasilkan persepsi dan penilaian
input somatosensorik yang salah. Hendaya ini
mencakup perhatian mudah teralih,
ketidakmampuan menghabituasi stimulus berulang,
pengelompokan konstruksi kognitif dengan dasar
impresionistik, hubungan parsial dan
sirkumstansial, serta kurangnya selektivitas.
Adanya penurunan metabolism lobus frontalis dan
hemisfer nondominan.
Penelitian sitokin, suatu area baru studi ilmu
neurologi dasar dapat relevan dengan gangguan
somatisasi dan gangguan somatoform lain. Sitokin
adalah molekul pembawa pesan yang digunakan
sistem imun untuk berkomunikasi di dalam dirinya
dan dengan sistem saraf, termasuk otak.
Pengaturan abnormal sistem sitokin dapat
mengakibatkan sejumlah gejala yang ditemukan
pada gangguan somatoform. 2
C. “ GANGGUAN KONVERSI “
10
a) Faktor Psikoanalisis
Menurut teori psikoanalitik, gangguan
konversi adalah disebabkan oleh represi konflik
intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan
menjadi gejala fisik. Konfliknya adalah antara
dorongan naluriah (mis., agresi atau seksualitas)
dan larangan terhadap ekspresinya. Gejala
memungkinkan sebagian ekspresi dari keinginan
atau desakan terlarang tetapi
menyamarkannya,sehingga pasien dapat
menghindari secara sadar menghadapi hal yang
tidak dapat diterima impuls. Gejala gangguan
konversi juga memungkinkan pasien untuk
berkomunikasi bahwa mereka memerlukan
pertimbangan khusus dan perlakuan khusus.
Gejala-gejala tersebut dapat berfungsi sebagai
nonverbal berarti mengendalikan atau
memanipulasi orang lain. 2
b) Teori Pembelajaran
Dalam hal teori pembelajaran terkondisi,
gejala konversi dapat dilihat sebagai bagian dari
perilaku belajar yang dikondisikan secara klasik;
gejala penyakit, dipelajari di masa kecil, disebut
maju sebagai sarana untuk mengatasi situasi yang
mustahil.2
c) Faktor Biologis
Peningkatan data berimplikasi biologis dan
neuropsikologis faktor dalam pengembangan gejala
gangguan konversi. Studi pencitraan otak awal
telah menemukan hipometabolisme hemisfer
dominan dan hipermetabolisme belahan bumi yang
tidak dominan dan berimplikasi gangguan pada
11
D. “ HIPOKONDRIASIS “
Gejala mencerminkan adanya kesalahan interpretasi gejala
tubuh. Sejumlah inti data menunjukkan bahwa orang dengan
hipokondriasis memperkuat sensasi somatiknya, mereka memiliki
ambang yang lebih rendah daripada biasanya dan toleransi yang
lebih rendah terhadap ketidaknyamanan fisik. Contohnya, yang
orang normal anggap sebagai tekanan abdomen, orang dengan
hipokondriasis merasakannya sebagai nyeri abdomen. Mereka
dapat berfokus pada sensasi tubuh, salah menginterpretasi, dan
menjadi waspada terhadapnya karena skema kognitif yang salah.
Hipokondriasis dapat dimengerti dalam hal model
pembelajaran social. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai
permintaan untuk masuk ke dalam peran sakit yang diciptakan
seseorang yang menghadapi masalah yang tampaknya tidak dapat
diselesaikan dan terlalu berat. Peranan sakit menawarkan pelarian
yang memungkinkan pasien menghindari kewajiban yang tidak
12
F. “ GANGGUAN NYERI “
a) Faktor Psikodinamik
Pasien yang mengalami sakit dan nyeri
tubuh tanpa dapat diidentifikasi dan penyebab fisik
yang memadai mungkin secara simbolis
diekspresikan konflik intrapsikis melalui tubuh.
Pasien menderita dari alexithymia, yang tidak
dapat mengartikulasikan internal mereka perasaan
menyatakan dengan kata-kata, mengekspresikan
perasaan mereka dengan tubuh mereka. Pasien lain
mungkin secara tidak sadar menganggap nyeri
13
G. “ GANGGUAN DISOSIATIF “
Dalam banyak kasus amnesia disosiatif akut, psikososial
lingkungan di mana amnesia berkembang secara massif
bertentangan, dengan pasien mengalami emosi yang tak
tertahankan karena malu, bersalah, putus asa, marah, dan putus asa.
Ini biasanya hasil dari konflik atas dorongan atau impuls yang
tidak dapat diterima, seperti dorongan seksual, bunuh diri, atau
kekerasan yang hebat. Traumatis pengalaman seperti pelecehan
fisik atau seksual dapat terjadi gangguan. Dalam beberapa kasus
trauma disebabkan oleh pengkhianatan oleh yang dipercaya,
dibutuhkan lainnya (trauma pengkhianatan). Pengkhianatan ini
dianggap mempengaruhi cara di mana acara diproses dan diingat. 2
15
Panik(2
24
g) Amigdaladanberbagaikeluarannyamungkinmemainkan
peran utama dalam memediasi tanda-tanda klinis dan gejala
ketakutan dan kecemasan. Secara skematis, amigdala terdiri
dari beberapa nuklei, seperti nukleus lateral, inti basolateral
dan inti sentral. Namun, bukti terbaru mendukung
yangmendasar.Gagasan bahwa amigdala tidak hanya
terlibat dalam emosi negatif seperti ketakutan dan
kecemasan tetapi juga dalam proses penghargaan dan
motivasi melalui koneksi timbal balik ke inti accumbens
dan OFC. Dengan demikian, amygdala tampaknya
memainkan peran penting dalam ekspresi emosi dan
motivasi, mungkin melalui hubungannya dengan OFC,
ACC dan ventral striatum. Disfungsi struktur ini, seperti
yang disarankan oleh beberapa neuroimaging studi pada
pasien OCD, mungkin memediasi kecemasan non-spesifik
yang dialami relatif terhadap pikiran obsesif.5
h) Posisi diencephalic dari thalamus di otak
menjelaskan mengapa ia menerima kortikal besarinput. Ini
berpartisipasi dalam ekspresi emosional melalui AN (inti
anterior darithalamus), yang terhubung ke MB
(mammillary bodies) dan, pada gilirannya, mengirimkan
proyeksike ACC. Peran diduga VA (ventral anterior
nucleus thalamus) dalam kognitiffungsi yang melibatkan
perhatian dan memori yang bekerja didasarkan
padatautandenganDLPC.Diskritbagian-bagian MD (nukleus
dorsal medial thalamus) tampaknya penting dalam kedua
emosidan pemrosesan kognitif melalui hubungan anatomi
preferensial mereka dengan OFC dan DLPC. Disfungsi
thalamik telah dikaitkan dengan defisit fungsi eksekutif
seperti perencanaan, perilaku yang diarahkan pada tujuan,
perhatian, dan memori yang bekerja.5
29
Pedoman diagnosis
Semua kriteria dbawah ini harus dipenuhi untuk diagnosa pasti :
a) Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul
harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan
31
Kriteria diagnostic
33
Kriteria diagnostik
a) Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F
40.-)
b) Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat (severe attack of autonomic
anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan :
i. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya
ii. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau
yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable
situations).
iii. Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-
gejala anxietas pada periode diantara serangan
anxietas pada periode diantara serangan-serangan
panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi
juga “anxietas andapat terjadi juga “anxietas
antisipatoric” yaitu anxietas yang terjadi setelah
membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi.7
35
Kriteria diagnostic
a) Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa
minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya “free floating” atau “mengambang”.
b) Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur
berikut:
i. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa
seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb).
ii. Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala,
gemetaran, tidak dapat santai); dan
iii. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan,
berkeringat, janOveraktivitas otonomik (kepala
terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut
36
Kriteria diagnostik
a) Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang
cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk
anxietas, beberapa gejala otonomik, harus ditemukan walaupun
hasus tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
b) Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih
ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan
anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
37
Pedoman diagnostic
a) Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini
timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatik berat (masa laten yang berkisar antara
beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai
melampaui 6 bulan).Kemungkinan diagnosis masih
dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat
kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan,
asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak
didapati alternatif kategori gangguan lainnya
b) Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan
bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian
traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali
(flashback)
c) Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainann
tingakah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis
tetapi tidak khas.
d) Suatu “sequale”menahun yang terjadi melambat setelah
stres yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh
tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0
(perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa).7
N. F43.2 GANGGUAN PENYESUAIAN
Pedoman diagnostic
a) Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan
antara :
i. Bentuk, isi dan beratnya gejala;
ii. Riwayat, sebelumnya dan corak kepribadian; dan
iii. Kejadian, situasi yang “stresful” atau krisis
kehidupan.
43
b) Adanya faktor ketiga diatas (c) harus jelas dan bukti yang
kuat bahwa gangguan tersebut tidak akan terjadi seandainya
tidak mengalami hal tersebut.
c) Manifestasi dari gangguan bervariasi, dan mencakup afek
depresi, anxietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai
adanya disabilitas dalam kegiatan rutin sehari-hari. Tidak
ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk
mendukung diagnosis.
d) Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya
kejadian yang “stressful” dan gejala-gejala biasanya tidak
bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi
depresif berkepanjangan (F43.21)7
.82 Gangguan disosiatif [konversi] sementara terjadi pada rnasa kanak dan
remaja
.83 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya YDT
F44.9 Gangguan disosiatif [konversil YTT
F45 GANGGUAN SOMATOFORM
F45.0 Gangguan somatisasi
F45.1 Gangguan somatoform tak terinci
F45.2 Gangguan hipokondrik
F45.3 Disfungsi otonomik somatoform
.30 Jantung dan sistem kardiovaskular
.31 Saluran pencernaan bagian atas
.32 Saluran pencernaan bagian bawah
.33 Sistem pernafasan
.34 Sistem genitourinaria
.38 Sistem atau organ lainnya
F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap
F45.8 Gangguan somatoform lainnya
F45.9 Gangguan somatoform YTT
F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA
F48.0 Neurastenia
F48.1 Sindrom depersonalisasi - derealisasi
F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT
F48 9 Gangguan neurotik YTT
50
51
52
53
54
55
56
57
58
A. PENATALAKSANAAN FOBIA
Secara umum terapi Fobia meliputi:
a) Terapi Psikologik.
59
Farmakoterapi
Terapi agorafobia sama seperti gangguan panik,
terdiri dari obat anti anxietas, antidepresan, dan psikoterapi
khususnya terapi kognitif perilaku.
Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah
terapi perilaku yaitu terapi pemaparan (Exposure therapy).
Juga diajarkan menghadapi kecemasan dengan teknik
relaksasi, mengontrol pernapasan, dan pendekatan kognitif.
Penggunaan anti anxietas yaitu untuk terapi jangka pendek.
Terapi terhadap fobia sosial terbatas, dapat
menggunakan obat β-bloker ,anti anxietas, anti depresan
serta terapi kognitif perilaku secara individual dan
kelompok.
Beberapa penelitian yang terkontrol dengan baik
telah menemukan bahwa inhibitor monoamine oksidase,
khususnya phenelzine (Nardil), adalah efektif dalam
mengobati fobia sosial tipe umum. Obat lain yang telah
dilaporkan efektif, walaupun tidak banyak uji coba
terkontrol baik adalah alprazolam, clonazepam, dan
kemungkinan inhibitor ambilan kembali serotonin. Dosis
untuk obat tersebut adalah sama dengan yang digunakan
pada gangguan depresif, dan respon biasanya memerlukan
waktu empat sampai enam minggu.8
60
b) Hipokondriasis
1) Psikoterapi
66
G. FARMAKOKINETIK
1) OBAT ANTIDEPRESAN
Antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer.
Umumnya yang digunakan sekarang adalah dalam
golongan trisiklik (misalnya imipramin, amitriptilin,
dothiepin dan lofepramin).8
Tabel 3.1, obat antidepresan
No. Dosis
Golongan Obat Sediaan
Anjuran
1. Trisiklik 75-150
Amitriptilin Tablet 25 mg
(TCA) mg/hari
Imipramin Tablet 25 mg 75-150
68
mg/hari
50-150
50-100
300-600 mg/
3. MAOI Moclobemide Tab 150 mg
hari
Mianserin Tablet 10, 30 mg 30-60 mg/hari
75-150
75-150
Tab 10, 25, 50,
Maprotilin mg/hari dosis
75 mg
terbagi
a) Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari
noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron
presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari
serotonin. MAOI menghambat pengrusakan
serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin
memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap
mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan
69
2) ANTI-ANSIETAS
Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim,
antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik.
Dalam membicarakan obat antiansietas yang menjadi obat
racun adalah diazepam atau klordiazepoksid.8
Tab 5 mg
Klordiazepoksoi 15-30 mg/hari
2. Benzodiazepin Kap 5 mg
d 2-3 x/sehari
mg
4. Clobazam Benzodiazepin Tab 10 mg 2-3 x 10 mg/hr
Tab 1,5-3-
5. Brumazepin Benzodiazepin 3 x 1,5 mg/hr
6 mg
6. Oksazolom Benzodiazepin Tab 10 mg 2-3 x 10 mg/hr
Cap 5-
7. Klorazepat Benzodiazepin 2-3 x 5 mg / hr
10mg
Tab 0,25- 3 x 0,25-0,5
8. Alprazolam Benzodiazepin
0,51 mg mg/hr
9. Prazepam Benzodiazepin Tab 5 mg 2-3 x 5 mg/hr
10. Sulpirid NonBenzodiazepin Cap 50 mg 100-200 mg/hari
11. Buspiron NonBenzodiazepin Tab 10 mg 15-30 mg/hari
a) Mekanisme kerja
Sindrom ansietas disebabkan
hiperaktivitasndari system limbic yang terdiri dari
dopaminergic, nonadrenergic, seretonnergic yang
dikendalikan oleh GABA ergic yang merupakan
suatu inhibitory neurotransmitter. Obat antiansietas
benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya
yang akan meng-inforce the inhibitory action of
GABA neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut
mereda.8
b) Cara Penggunaan
i. Klobazam untuk pasien dewasa dan pada
usia lanjut yang ingin tetap aktif
ii. Lorazepam untuk pasien-pasien dengan
kelainan fungsi hati atau ginjal
iii. Alprazolam efektif untuk ansietas
antosipatorik, mula kerja lebih cepat dan
mempunyai komponen efek antidepresan.
72
a) Mekanisme kerja
Menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin
sehingga gejala mereda.8
b) Cara penggunaan
Sampai sekarang obat pilihan untuk
gangguan obsesi kompulsi adalah klomipramin.
Terhadap meraka yang peka dapat dialihkan ke
golongan SSRI dimana efek samping relatif aman.
Obat dimulai dengan dosis rendah klomopramin
mulai dengan 25-50 mg /hari (dosis tunggal malam
hari), dinaikkan secara bertahap dengan
penambahan 25 mg/hari sampai tercaapi dosis
efektif (biasanya 200-300 mg/hari).
Dosis pemeliharan umumnya agak tinggi,
meskipun bersifat individual, klomipramin sekitar
100-200 mg/hari dan sertralin 100 mg/hari. Sebelum
dihentikan lakukan pengurangan dosis secara
tappering off. Meskipun respon dapat terlihat dalam
1-2 minggu, untuk mendapatkan hasil yang
memadai setidaknya diperlukan waktu 2- 3 bulan
dengan dosis antara 75-225 mg/hari.8
c) Mekanisme kerja
Sindrom panik berkaitan dengan
hipersensitivitas dari serotonic reseptor di SSP.
Mekanisme kerja obat antipanik adalah
menghambat reuptake serotonin pada celah sinaptik
antar neuron.8
d) Cara Penggunaan Obat
i. Golongan SSRI mempunyai efek samping
yang lebih ringan
ii. lprozolam merupakan obat yang paling
kurang toksiknya dan onset kerjanya lebih
cepat.8
e) Efek samping obat
i. Mengantuk, sedasi, kewaspadaan berkurang
ii. Neurotoksik8
f) Lama Pemberian Obat
i. Lamanya pemberian obat tergantung dari
individual, umunya selama 6-12 bulan,
kemudian dihentikan secara bertahap selama
3 bulan bila kondisi penderita sudah
memungkinkan
76
DAFTAR PUSTAKA