Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA


PADA PASIEN DENGAN PTSD
( POST TRAUMATIC STRESS DISORDER)

OLEH
KELOMPOK 4B
1. Odelberta Natalya Wale
2. Saskia Zahrani
3. Veronika Mbaro Roy
4. Yolanpia S. Reo
5. Yudi M. Anabanu
6. Yulius A. P. Wangge
7. Marnince B. Kahi
8. Bertyla I. Da Silva

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa Karenadenganrahmatdankarunia-Nya, sehinggakami
dapatmenyelesaikanpenyusunanlaporan asuhan keperawatan ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN JIWAPADA PASIEN DENGAN PTSD( POST TRAUMATIC
STRESS DISORDER )”

Sebagaimanusiabiasa, sayamenyadarimasihbanyakkekurangandalampenyusunan asuhan


keperwatan ini. Demi kesempurnaandanpeningkatankualitasasuhan keperawatan ini, kami
mohonkritikdan saran dari bapak serta teman-temandalamrangkapenyempurnaanasuhan
keperawatan ini.

Untukitupadakesempatanini, kamimengucapkanbanyakterimakasihkepadateman-
temankelompok yang telahmembantudalam proses penyelesaianpenyusunanasuhan keperawatan
ini.

Akhirnya kamiberharapsemogalaporan asuhan keperawatan inidapatbergunadanmembantu


kami dalammelaksanakankuliahnanti.

                       Ende, 14 Maret 2022

                             Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa adalah kondisi dimana


seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapt mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitas. Orang Dengan Masalah Kejiwaan
(ODMK), adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran,
perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan
perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Post Traumatic Stress Disorder adalahgangguankecemasan yang


dapatterbentukdarisebuahperistiwaataupengalaman yang menakutkan/mengerikan, sulitdan
tidakmenyenangkandimanaterdapatpenganiayaanfisikatauperasaanterancam (American
Psychological Association, 2004).  
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalahsebuahgangguan yang
dapatterbentukdariperistiwatraumatik yang
mengancamkeselamatanandaataumembuatandamerasatidakberdaya (Smith & Segal, 2008).

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan post traumatic stress disorder pada pasien di
Rumah Sakit Jiwa.
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pasien dengan post traumatic stress


disordermelalui pendekatan proses keperawatan di Rumah Sakit Jiwa.

1.3.2 Tujuan khusus :

a. mampu melakukan pengkajian pasien dengan post traumatic stress disorderdi Rumah
Sakit Jiwa
b. mampu merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan post traumatic stress
disorderdi Rumah Sakit
c. mampu menyusun rencana tindakan pasien dengan post traumatic stress disorderdi
Rumah Sakit Jiwa
d. mampu melaksanakan tindakan keperawatan pasien dengan post traumatic stress
disorderdi Rumah Salit Jiwa
e. mampu mengevalusi tindakan keperawatan yang sudah di lakukan pasien dengan di
post traumatic stress disorderRumahSakit Jiwa
f. mampu menganalisis Asuhan Keperawatan pasein dengan post traumatic stress
disorder

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam


memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post traumatic stress disorder.
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Rumah Sakit Sebagai acuan untuk meningkatkan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
2. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya post traumatic stress disorder.
3. Bagi penulis Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam
bidang keperawatan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan post traumatic
stress disorder.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KonsepDasarMedis
1. Defenisi
Beberapasumbermendefinisikan Post Traumatic Stress Disorder sebagaiberikut:
Post Traumatic Stress Disorder adalahgangguankecemasan yang
dapatterbentukdari,sebuahperistiwaataupengalaman yang menakutkan/mengerikan,
sulitdantidakmenyenangkandimanaterdapatpenganiayaanfisikatauperasaanterancam
(American Psychological Association, 2004).  
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalahsebuahgangguan yang
dapat,terbentuk,dariperistiwatraumatik yang
mengancamkeselamatanandanataumembuatandanmerasatidakberdaya (Smith & Segal,
2008).
2. Etiologi
a. Faktor-faktorpenyebab PTSD
 Kejadian traumatic
 Trauma masakecil
 Trauma fisik
 Prosedurmedikasi
 Jeniskepribadian introvert
 Lingkungankerja
 Tingkat spiritual
 Tingkat pendidikan
 Pengalaman
b. Faktorpresipitasi :

Bencanaalam, perang, kehilangan, kekerasan .

c. FaktorPsikodinamika:
Ego klientelahmengalami trauma berat,
seringdirasakansebagaiancamanterhadapintegritasfisikataukonsepdiri. Hal
inimenyebabkanansietasberat yang tidakdapatdikendalikanoleh ego
dandimanifestasikandalambentukperilakusimtomatik. Karena ego menjadirentan,
superego dapatmenghukumdanmenyebabkanindividumerasabersalahterhadapkejadian
traumatic tersebut. Id dapatmenjadidominan, menyebabkanperilaku impulsive
tidakterkendali.
d. Biologis
Dari hasilpenelitin, abnormalitasdalampenyimpanan, pelepasan,
daneliminasikatekolamin yang memengaruhifungsiotak di daerahlokusseruleus,
amigdaladanhipokampus.
Hipersensitivitaspadalokusseruleusdapatmenyebabkanseseorangtidakdapatbelajar.
Amigdalasebagaipenyimpanmemori.
Hipokampusmenimbulkankoherennaratifsertalokasiwaktudanruang.
Hiperaktivitasdalamamigdaladapatmenghambatotakmembuathubunganperasaandalam
memorinyasehinggamenyebabkanmemoridisimpandalambentukmimpiburuk,
kilasbalik, dangejala-gejalafisik lain.
e. DinamikaKeluarga
Tipependidikan formal, kehidupankeluarga, dangayahidupmerupakanperkiraan yang
signifikanterjadinya PTSD. Keberhasilandalampendidikan yang di bawah rata-rata,
perilaku orang tua yang negatif, dankemiskinan orang
tuamerupakanprediktorperkembangan PTSD.
f. Faktorpsikologi
Classical dan operant
conditioning  dapatdiimplikasikanpadaperkembanganterjadinya PTSD. Stresor yang
ekstremsecaratipikalmenimbulkanemosi yang negatif(sedih, marah, takut)
sebagaibagiandarigejalahiperarousalakibataktivasidarisistemsarafsimpatis ( fight or
flight response).
Classical conditioning terjadipadasaatseseorang yang mengalamiperistiwa trauma
kembaliketempatterjadinya trauma makaakantimbulreaksipsikologi yang
tidakdisadaridanmerupakanresponrefleks yang spesifik. Misalnya, padaanak yang
mengalamikecelakaanmobil yang seriusakantimbulresponberupaketakutan, berkeringat,
takkardisetiap kali diamelewatitempatkejadiantersebut.
g. Faktor social
Dukungansosial yang
tidakadekuatdarikeluargadanlingkunganmeningkatkanrisikoperkembangan PTSD
setelahanakmengalamikejadiantraumatik.

6.Penatalaksanaan Untuk PTSD

1.  Farmakologi

a.  Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)

SSRIs merupakan obat line pertama dan satu-satunya obat yang direkomendasikan Food and
Drug Administration (FDA) dalam mengatasi gejala cemas, depresi, perilaku menghindar, dan
pikiran yang intrusif (mengganggu) pada penderita PTSD. Obat ini secara primer mempengaruhi
neurotransmitter serotonin yang penting untuk regulasi mood, anxietas, appetite, tidur, dan
fungsi tubuh lainnya. Obat ini meningkatkan jumah serotonin dengan cara menginhibisi reuptake
serotonin diotak. Penelitian menunjukkan bahwa manfaat maksimal dari SSRI’s tergantug pada
dosis yang cukup dan durasi pengobatan.
Obat golongan SSRIs antara lain:
·    Fluoxetine (Prozac)  20mg-60mg sehari.
·   Sertraline (Zoloft)  50 mg-200mg sehari
·   Citalopram (Celexa)  20mg-60 mg sehari
·   Paroxetine (Paxil) à20mg-60mg sehari
Diantara obat-obat diatas yang direkomendasikan FDA untuk first line medikasi PTSD hanya
sertraline dan paroxetine.
b.  Mood stabilizers  Golongan ini dapat membantu mengatasi gejala arousal yang meninggi
dangejala impulsif.
-    Dosis Carbamazepine (Tegretol):6-12 tahun: 100mg/hari peroral untuk initial lalu dapat
dinaikkan hingga100mg/hari, untuk dosis maintenance; 20-30 mg/kg/hari>12 tahun: samapai
kadar di plasma 8-12mcg/ml
-    Dosis valporic acid (Depakene, depakote): 10-15 mg/kg/hari untuk dosisinitial dan kemudian
dapat ditingkatkan 5-10mg/kg/hari
c.  Beta adrenergic blocking agents Obat yang digunakan golongan ini yakni, Propanolol
(Inderal). Obat  inidapat mengatasi gejala hiperarousal. Dosis untuk anak-anak: 2,5
mg/kgBB/hari.

d.  Antidepresan
Bekerja melui komninasi neurotransmitter lain atau melaui mekanisme berbeda untuk mengubah
neurotransmisi serotonin.
e.  Atipikal Antipsikotik
f.   Bertindak sebagai dopaninergik dan serotoninergik. Obat ini digunakan pada pasien dengan
psikotik sebagai komorbidnya.  Atipikal Antipsikotik tidak dianjurkan untuk monoterapi pada
PTSD.
g.  Benzodiazepin
Bekerja langsung pada system GABA yang menghasilkan efek menenangkan pada system saraf.

2.  Non Farmakologi


a.  Terapi perilaku kognitif atau CBT. Ada beberapa bagian untuk CBT, termasuk:
1)           Exposure therapy. Terapi ini membantu orang menghadapi dan mengendalikan
ketakutan mereka. Karena menghadapkan mereka ke trauma yang mereka alami dengan cara
yang aman. Menggunakan mental imagery, menulis, atau kunjungan ke tempat di mana peristiwa
itu terjadi. Terapis menggunakan alat ini untuk membantu orang dengan PTSD mengatasi
perasaan mereka. Terapi ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
a) Exposure in the imagination
Terapis bertanya kepada penderita untuk mengulang-ulang cerita secara detail kenangan-
kenangan traumatis sampai mereka tidak mengalami hambatan untuk menceritakannya.
b) Exposure in reality
Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman, tetapi ingin dihindarkan
karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat. Pengulangan situasi yang disertai penyadaran
yang berulang-ulang akan membantu kita menyadari bahwa situasi lampau yang menakutkan
tidak lagi berbahaya dan kita dapat mengatasinya
2) Kognitif restrukturisasi. Terapi ini membantu orang memahami kenangan buruk. Kadang-
kadang orang mengingat kejadian berbeda dari bagaimana hal itu terjadi. Mereka mungkin
merasa bersalah atau malu tentang apa yang bukan kesalahan mereka. Terapis membantu orang
dengan PTSD melihat apa yang terjadi dengan cara yang realistis.
3) Stress inoculation training. Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan
mengajar orang bagaimana untuk mengurangi kecemasan. Seperti restrukturisasi kognitif,
pengobatan ini membantu orang melihat kenangan mereka dengan cara yang sehat.
b.  Cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang
mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan -kegiatan kita. Misalnya seorang korban kejahatan
mungkin menyalahkan diri sendiri karena tidak hati -hati. Tujuan kognitif terapi adalah
mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran
tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang
lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang (Anonim, 2005b).
c.  EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan informasi
di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagailandasan yang mendasari patologi sekaligus
kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi, sikap dan
perilakukita.Untuk memproses kembali informasi di dalam otak/jaringan memori
d.  Anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu
mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui:
1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan
merelaksasikan kelompok otot -otot utama,
2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan
menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, bahkan
reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala,
3) positive thinking dan self-talk, yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan
mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor),
4) asser-tiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain,
5) thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang
memikirkan hal-hal yang membuat kita stress (Anonim, 2005b).
e.  Terapi bermain (play therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan PTSD.
Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan PTSD. Terapis memakai permainan untuk
memulai topik yang tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu anak lebih
merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman traumatiknya (Anonim, 2005b).
f.   Terapi debriefing juga dapat digunakan untuk mengobati traumatik. Meskipun ada banyak
kontroversi tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum dan di dalam debriefing yang
dipimpin oleh bidan. Cochrane didalam systematic reviews-nya merekomendasi-kan perlu untuk
melakukan debriefing pada kasus korban -korban trauma (Rose et al, 2002). Mengenai debriefing
oleh bidan, Small gagal menunjukkan secara jelas manfaatnya (Small et al., 2000). Meski begitu,
Boyce dan Condon merekomendasikan bidan untuk melakukan debriefing pada semua wanita
yang berpotensi mengalami kejadian traumatik ketika melahirkan (Boyce & Condon, 2000).
g.  Support group therapy dan terapi bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta
merupakan penderita PTSD yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana
tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan tentang
pengalaman traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan satu sama lain
(Swalm, 2005). Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan bahwa dalam sejumlah studi
penelitian dapat membuktikan bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu
memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa memperingan beban pikiran dan
kejiwaan yang dipendam. Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa dirinya lebih
baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang untuk bangkit dari trauma yang diderita dan
melawan kecemasan (Anonim, 2005b).
h.    Terapi psikodinamik berfokus pada membantu orang tersebut memeriksa nilai-nilai pribadi
dan konflik emosional yang disebabkan oleh peristiwa traumatis.
i.   Terapi keluarga mungkin berguna karena perilaku orang dengan PTSD dapat memiliki
mempengaruhi anggota keluarga lainny
3. Rencana keperawatan

DX Intervensi
Tujuan

1 Klien dapat menjalin·      jadilah pendengar yang hangat dan responsif


dan membina·      beri waktu yang cukup pada klien untuk
hubungan saling berespon
percaya
·      beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
·      identifikasi pola prilaku klien atau pendekatan
yang dapat menimbulkan perasaan negatif
·      bersama klien mengenali perilaku dan respon
sehingga cepat belajar dan berkembang.
·      dorong klien untuk menggunakan relaksasi
dalam menurunkan tingkat ansietas

2 Klien dapat mengenal ·  bantu klien untuk mengidentifikasi dan


ansietasnya menguraikan perasaannya
·  hubungkan perilaku dan perasaannya
·  validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
·  gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang mengancam ke
hal yang berkaitan dengan konflik
·  gunakan konsultasi
·  ajarkan klien teknik relaksasi untuk
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri

3 Klien dapat·    bantu klien mernjelaskan situasi dan interaksi


memperluas yang dapat segera menimbulkan ansietas
kesadarannya terhadap·    bersama klien meninjau kembali penilaian
perkembangan ansietas klien terhadap stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan konflik
·    kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan
pengalaman masa lalu yang relevan

4 Klien dapat ·   gali cara klien mengurangi ansietas di masa


menggunakan lalu
mekanisme koping ·   tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif
yang adaptif dari respons koping yang digunakan
·   dorong klien untuk menggunakan respons
koping adaptif yang dimilikinya
·   bantu klien untuk menyusun kembali tujuan
hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan
sumber dan menggunakan koping yang baru
·   latih klien dengan menggunakan ansietas
sedang
·   beri aktivitas fisik untuk menyalurkan
energinya
·   libatkan pihak yang berkepentingan sebagai
sumber dan dukungan sosial dalam membantu
klien menggunakan koping adaptif yang baru

4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan
sudah dianggap sempurna.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencanamerupakansebagaiperistiwaataurangkaianperistiwa yang
mengancamdanmengganggukehidupandankehidupanmasyarakat yang di
sebabkanbaikoleh factor alamdan/atau factor non-alammaupun factor
manusiasehinggamengakibatkantimbulnyakorbanjiwamanusia, kerusakanlingkungan,
kerugianhartabenda, dandampakpsikologis. Bencanamenimbulkan trauma
psikologisbagisemua orang yang mengalaminya.
Peranperawatsangatlahpentingpadakasusini,
peranperawatsangatbergunauntukmemberikanasuhankeperawatan yang
sesuaidenganstandarkeperawatan dank ode etikdalammenanganipasiendengan Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) pascabencanaalam.
Dan di
harapkankepadapembacadanpenulislebihmemahamimaterimengenaipenyakitdengan Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) pascabencanaalam di lihatdariperbandingan data di
lahandankosepteori yang sesungguhnya.

B. SARAN
Kita
sebagaiperawathendaklahmenerapkandanmengaplikasikanasuhankeperawatandengan
Post Traumatic Sress Disorder (PTSD) pascabencanaalamefektif,
sehinggadalammemberikanpelayananbisadilakukansecara optimal.

Anda mungkin juga menyukai