Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOTERAPI 2

Post Traumatic Stress Disorder


(PTSD)
KELOMPOK 5
L A I L A S U N TA R I ( 3 111 6 0 7 4 )
Y O L A L O K AV I A ( 3 111 6 1 4 9 )
Definisi

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sindrom yang muncul setelah seseorang melihat,
mendengar atau terlibat dalam stresor traumatis yang ekstrem. PTSD terjadi karena paparan
peristiwa traumatis dan didefinisikan berdasarkan cluster gejala yang berbeda antara lain kembali
merasakan sedang dalam peristiwa trauma atau flashback, menghindar, emosi tumpul/numbing
dan gejala tersebut tetap bertahan selama lebih dari 1 bulan.
Epidemiologi
Prevalensi PTSD berkisar 6,1 hingga 9,2 persen dalam sampel nasional populasi dewasa umum di
Amerika Serikat dan Kanada, dengan tingkat prevalensi satu tahun 3,5 hingga 4,7 persen. Sebagai
contoh, dalam sampel Amerika Serikat dari 5.682 responden, 82,7 persen terpapar pada peristiwa
parah dan berpotensi traumatis, dan 8,3 persen dari trauma yang terpapar didiagnosis dengan
PTSD seumur hidup. Lebih lanjut, di antara pasien dari klinik perawatan primer komunitas, 65
persen melaporkan riwayat pajanan pada peristiwa yang berpotensi traumatis parah; 12 persen
melanjutkan untuk mengembangkan PTSD. Namun, tingkat prevalensi yang lebih rendah telah
ditemukan di luar Amerika Utara:
● Sebuah studi WHO (World Health Organization) menemukan prevalensi PTSD seumur hidup di
negara-negara berpenghasilan menengah-atas dan menengah-bawah masing-masing sebesar 2,3
dan 2,1 persen.
● Sampel nasional 10.641 orang Australia menemukan prevalensi PTSD seumur hidup sebesar 1,0
persen.
Etiologi
Stresor atau kejadian trauma merupakan penyebab utama dalam perkembangan PTSD. Ketika
kita dalam keadaan takut dan terancam, tubuh kita mengaktifkan respon fight or flight. Dalam
reaksi ini tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut
jantung, glikogenolisis. Setelah ancaman bahaya itu mulai hilang maka tubuh akan memulai
proses inaktivasi respon stres dan proses ini menyebabkan pelepasan hormon kortisol.
Patofisiologi
Terjadi karena adanya proses yang terjadi diotak. Pasien yang mengalami PTSD akan mengalami
perubahan pada fisiknya dan juga kondisi tersebut akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan
sistem saraf otonom. Selain itu terjadinya penurunan ukuran hipokampus dan amigdla yang over
reaktif. Sehingga mengakibatkan trauma atau kondisi waspada yang konstan pada saat situasi
yang tidak tepat.
Manifestasi Klinis
Gejala PTSD bisa terdeteksi dari 3 (tiga) kategori utama, yakni:
a. Mengalami kembali kejadian traumatic (re-eksperience),
b. Penghindaran (avoidance)
c. Gejala Ketegangan (hyperarousal).
Diketahui juga bahwa anak-anak dan remaja dapat memiliki reaksi ekstrim untuk trauma, akan tetapi gejala
yang ditunjukkan tidak sama dengan orang dewasa. Pada anak-anak yang sangat muda, gejalagejala ini dapat
meliputi;
1. Mengompol
2. Melupakan bagaimana atau tidak mampu untuk berbicara
3. Memerankan peristiwa menakutkan selama bermain
4. Menjadi luar biasa menempel dengan orang tua atau orang dewasa lainnya (Hamblen J, 2006).
Diagnosis

Diagnosis Post Traumatic Stress Disorder dapat ditegakkan berdasarkan


Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition dan
PPDGJ-III. Menurut DSM – 5 Post traumatic Stress Disorder digolongkan
kedalam Traumaand Stressor Related Disorders. Sedangkan dalam PPDGJ-
III gangguan ini dimasukan kedalam golongan Gangguan Neurotik,
Gangguan Somatoform dan
Gangguan Terkait Stres pada kategori Reaksi Terhadap Stres Berat dan
gangguan Penyesuaian
Penatalaksanaan

A. Farmakoterapi
Pemberian SSRI atau Selective Serotonin Re- uptake Inhibitor merupakan obat lini pertama. Obat
golongan ini akan bekerja sebagai penghambat pengambilan kembali serotonin di celah sinaps
sehingga jumlah serotonin dicelah sinaps semakin bertambah. Sehingga golongan ini efektif
untuk semua gejala penderita PTSD dan memiliki efek samping paling minimal. Ada lima
golongan SSRI yang dapat digunakan untuk penderita PTSD, yaitu Zoloft (setraline), Paxil
(paroxetine), Prozac (fluoxetine), Luvox (Fluvoxamine), Celaxa (citalopram) (Rosss, D ., 1999).
Lanjutan………..
B. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi setelah mengalami peristiwa traumatis harus bersamaan dengan edukasi
dan pembentukan mekanisme koping serta penerimaan terhadap peristiwa yang dialami. Ketika
mengalami gangguan PTSD dapat dilakukan dua pendekatan yaitu membayangkan peristiwa
traumatis untuk meningkatkan mekanisme koping. Pendekatan kedua yaitu penatalaksanaan stres
yang dialami dengan teknik relaksasi dan pendekatan kognitif. Terapi individual, terapi
kelompok dan terapi keluarga juga efektif dalam penatalaksanaan PTSD.
Kasus
Tn J merupakan seorang pensiunan infanteri angkatan darat. Beliau pernah bertugan disuatu daerah konflik.
Saat bertugas didaerah konflik, beliau pernah mendapatkan perintah untuk melakukan bumi hangus terhadap
suatu desa. Dan beliau melaksanakan perintah tersebut dengan baik.
Sesaat setelah melakukan bumi hangus, Tn J melakukan penyisiran terhadap desa tersebut, dan beliau
menemukan bahwa didesa tersebut banyak wanita, anak-anak dan orang tua yang mati akibat bumi hangus
yang beliau lakukan. Sebagian orang didesa tersebut yang masih hidup terlihat sekarat, menangis, berteriak
karena kehilangan kaki, tangan, keluarganya. Kemudian beliau melihat mayat yang hancur akibat roket dan
tersisa hanya tubuh bagian atasnya saja.
 Sekitar 1 minggu sepulang dari daerah konflik, Tn J mengalami mimpi buruk, dalam mimpi buruknya
orang-orang yang berada didesa yang beliau bumi hanguskan seakan kembali hidup. Dan hal ini terus
berlanjut selama berbulan-bulan sampai Tn J takut untuk tidur dan mengganggu aktivitas kesehariannya.
 Oleh dokter, Tn J didiagnosa Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
SOAP
Subjek Objek assessment Planing
What ? Diagnosis : Post Traumatic Stress Ketidaktepatan pemilihan obat : Penatalaksanaan terapi non farmakologi :
Setelah 1 minggu Tn. J mengalami Disorder (PTSD) Overdosis :
mimpi buruk selama berbulan-bulan Subterapeutik : 1. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
sampai ketakutan untuk tidur dan Efek samping :
mengganggu aktivitasnya. Interaksi obat :  terapi pemrosesan kognitif
Pengobatan tanpa indikasi :
Indikasi tanpa terapi : PTSD
 terapi kognitif untuk PTSD
Kegagalan menerima terapi :

 terapi paparan naratif

 terapi pemaparan yang berkepanjangan


terapi diberikan selama 8-12 sesi (NICE,2018)
1. EMRD : Terapi mata gerak secara cepat

Who ? Terapi Farmakologi


Tn. J SSRI (NICE,2018)
Sertraline
Dosis awal: 25mg/hari, meningkat menjadi 50 mg/hari. Dapat meningkat setiap minggu
maks 200 mg/hari
Perubahan dosis tidak boleh menjadi pada interval < 1 minggu (a-z)

How Long?
Sudah Berbulan-bulan

Action ? -
Medicine
TERIMAKASIH…………..

Anda mungkin juga menyukai