Anda di halaman 1dari 4

REVIEW UNSUNG CINDERELLA EPISODE 3

A. REVIEW KASUS
1. KASUS I
Pasien Nitta Sousuke pria 33 tahun, seorang guru di SD Yorozo, dilarikan ke UGD karena
pingsan di sekolah dan pernapasan yang tidak stabil. Skala koma glasglow, tekanan darah
210/130, dia menderita Glomerulonephritis kronis dan menjalani cuci darah. Dokter
meminta glukosa, kondisi tangan kiri pak Nitta banyak jarum suntikan sehingga dokter
menggunakan tangan kanannya. Dokter memberikan antagonis kalsium, kondisi pasien
membaik dan dipindahkan kerawat inap. Apoteker melakukan rekonsiliasi obat yang
digunakan pasien sebelumnya. Jumlah obat yang di konsumsi pak Nitta sangat banyak dan
disimpan tidak beraturan, sehingga tak jarang pak Nitta lupa untuk meminumnya. Diantara
semua obat yang dikonsumsi terdapat Renagel yang ia dapat di apotek. Aoi Midori
menemukan masalah dalam pemberian resep pak Nitta di apotek, Renagel seharusnya
dikonsumsi sebelum makan tetapi dikemas Bersama obat yang diminum setelah makan,
renagel CR (Control Release) juga di resepkan setengah pil yang akan mempengaruhi
kecepatan kelarutannya, resep juga merupakan resep yang diulang, selain hal itu pasien juga
meminum minuman berenergi yang tidak boleh di konsumsi pasien disfungsi ginjal karena
akan memperburuk system ekskresi atau menyebabkan keracunan.
Aoi Midori menyarankan pak Nitta membeli obat di apotek lain untuk pengobatan yang lebih
baik, tapi Pak Nitta menolak. Pak nitta adalh seorang Guru dan dia harus menjali cuci darah
setiap 3 kali sehari ia sangat sibuk sehingga ia hanya bisa mendapatkan obat dari apotek
yang buka hingga larut malam, ia tidak mempunyai alternatif lain selain membeli obat di
apotek tempat ia biasa membeli obat. Aoi menemukan Freno-Gradumet 105 mg dalam obat
pak Nitta, obat tersebut memiliki efek samping muntah sehingga pak nitta berhenti
meminumnya.
Pak nita kabur dari rumah sakit dan ditemukan tidak sadar diri disekolah, kemudian ia
dilarukan ke UGD, diketahui ia mengalami anemia parah dengan kadar hemoglobin rendah,
skala koma Glasgow 30, suhu tubuh rendah, kadar oksigen 58, tekanan darah 150/82 mmHg.
Kondisi Kesehatan pa Nitta mulai membaik, Aoi menjelaskan obat obatan-yang harus
diminum pa Nitta selama pengobatan diantaranya candesartan sbg antihipertensi 8 mg yang
diminum di hari dilakukan cuci darah dan 4 mg pada hari biasa sehabis sarapan. Aoi
mengganti Ferro-Gradumet dengan Ferromia setelah berdiskusi dengan dokter, sehingga
akan mengurangi efeksamping mual yang dirasakan. Semua obat obat tersebuat ia sarankan
di masukan dalam kalender obat yang diselipi kartu penyemangat dari para murid SD
sehingga pa nitta lebih bersemangat dan patuh menjalani terapi pengobatan.
2. KASUS II
Pak nisida seorang pasien rawat inap menolak untuk meminum obatnya dengan alasan
obatnya terlalu besar untuk ditelan. Keesokan harinya apoteker memberi saran untuk
membaginya menjadi dua karena tidak ada masalah dengan hal tersebut, dan pak Nisida
mematuhinya.
3. ISUE PROFESI APOTEKER
Apoteker yang melakukan kesalahan pelayanan resep obat pak Nitta, beralasan tugas
apoteker diapotek sangatlah berat , ia harus menjual cukup banyak obat, menyiapkan obat,
memeriksa dan merekam Riwayat medis pasien, bertindak sebagai kasir dan menyiapkan
Salinan resep, dengan alasan tersebut ia tidak bisa memperhatikan pengobatan pasien.
Terdapat anggapan bahwa kerja di apotek penghasilannya labih baik dibandingkan dengan
apoteker dirumah sakit.

Instalasi farmasi kekurangan sttaf karena salah satu stafnya mengundurkan diri dan memilih
bekerja di apotek yang gajinya lebih besar di banding bekerja dirumah sakit. Dilakukan
perekrutan tenaga medis dirumah sakit, namun peminat departemen farmasi sangat sedikit.
Profesi apoteker rumah sakit bukan pekerjaan yang banyak diminati karena dianggap
sebagai budak dokter.
B. PESAN MORAL
1. Pentingnya peran apoteker dalam rasionalisasi resep obat pasien. Seperti obat CR atau
obat control release yang tidak boleh di bagi dua karena akan mempengaruhi kecepatan
kelarutannya didalam tubuh, resep yang diulang.
2. Perlunya keluhan pasien terhadap efeksamping terapi yang dirasakan pasien, sehingga
apoteker bisa mempertimbangkan terapi obat terbaik yang membuat pasien merasa
yaman selama terapi pengobatan.
3. Perlunya monitoring kepatuhan konsumsi obat pada pasien agar efek terapi tercapai.
4. Dilematis yang dialami profesi apoteker di rumah sakit karena perannya yang kurang
dianggap di rumah sakit dan juga penghasilan yang lebih kecil di banding dengan
apoteker di apotek.
REVIEW UNSUNG CINDERELLA EPISODE 4

A. REVIEW KASUS
1. KASUS I
Tatsukawa Juri dirawat karena mengalami gangguan makan. Muka Juri selalu pucat dan
sering pingsan, ia melakukan membeli obat tidur diapotek. Juri dilarikan ke rumah sakit,
dokter mendiagnosis bahwa Juri mengalami gangguan makan, memberi tahu bahwa
tenggorokannya bengkak karena sering muntah. Muntah terjadi karena factor stress yang
menyebabkan ia tidak bisa makan banyak sehingga Juri mengalami kekurangan gizi.
Diketahui bahwa kakek Juri dirawat juga di rumah sakit karena kanker lambung stadium
akhir. Juri diberi resep obat sertraline sebagai penenang karena stress yang dialami.
2. KASUS II
Pasien anak 12 tahun diberi azitromisin dosis 500 mg yang seharusnya 300 mg kelebihan
dosis azitromisin dapait menyebabkan tinnitus dan diare. Tetapi Apoteker Haruka tidak
menggantinya dengan alasan dokter yang , memberikan resep sudah berpengalaman dan
tidak mungkin salah. Beberapa hari kemudian terdapat laporan bahwa anak tersebut
mengalamami tinnitus hingga harus di bawa kerumah sakit.
3. KASUS III
Haruka Duit, dirawat karena cedera leher akiibat kecelakaan. Apoteker Aoi menanyai pak
Duit tentang Riwayat penyakit dan obat yang dikonsumsinya dalam jangka waktu Panjang,
namun pak Duit tidak menghiraukannya karena ia adalah seorang dokter yang tau akan
kondisi fisiknya sendiri.diketahui pak Haruka Duit hamper pingsan , dan sebelum itu ia tidak
bisa menemukan kamarnya sendiri dan memakai kaoskaki di kaki yang salah. Kesehatannya
memburuk, TD tinggi, sakit kepala, dan melupakan banyak hal, bahkan kecelakaan terjadi
karena ia kebingungan antara pedal gas dan rem. Diduga pak Duit mengalami kerusakan
koknitif ringan dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan fungsi otak.
Karena pak Duit seorang Dokter maka dia melakukan diagnosis dan meresepkan obat untuk
dirinya sendiri. Diketahui bahwa ia mengkonsumsi obat benzodiazepine dalam jangka waktu
lama sehingga menyebabkan sering lupa. Setelah berkonsultasi dengan dokter lain akhirnya
pak Duit mengurangi konsumsi obat dan berangsur sembuh, ia tidak lupa lagi dan tidurnya
nyenyak. Aoi mengganti obat pak Duit dengan telmisartan untuk tekanan darah tinggi dan
furosemide sebagai diuretic.

B. PESAN MORAL
1. Salah satu factor yang mempengaruhi kesembuhan pasien adalah semangatnya untuk tetap
hidup dan menjalani pengonatan. Dukungan keluarga dan tenaga medis diperlukan unutk
meningkatkan semangat pasien.
2. Perlunya rasionalisasi resep obat, apabila terdapat kekeliruan perlu dilakukan diskusi dengan
dokter terkait pengobatan yang diberikan dengan pasien.
3. Meskipun seorang dokter ahli, mendiagnosis dan meresepkan obat untuk diri sendiri adalah
sebuah kekeliruan. Berdiskusi dengan tenaga medis lain perlu dilakukan untuk menghindari
kesalahan diagnosis dan untuk ketepatan terapi obat yang digunakan.
4. Dokter adalah pemberi resep dan apoteker yang bertugas melayani resep. Namun tugas
apoteker untuk melayani resep tidak boleh dianggap sepele, karena apoteker akan
memeriksa Kembali resep sebelum diberikan kepada pasien, selain itu apoteker juga ikut
bertanggung jaawab apabila terdapat kekeliruan dalam pemerian obat pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai