Anda di halaman 1dari 18

DISUSUN OLEH :

1. ISTI RAHMATIKA HALID G70117101


2. SRI MUSTIKA G70117127
3. WIDYA DHARMA PRATIWI G70117022
EPIDEMIOLOGI DEPRESI

Usia yang memiliki resiko terkena depresi terbanyak adalah


usia awal dewasa. Jika dibandingkan wanita dan pria, wanita
di seluruh dunia menunjukkan nilai konsisten memiliki resiko
depresi kira kira dua kali dari pria (Ningtyas, A, R, dkk,
2018).

Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan
pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki
serotonin yang rendah. Penurunan dopamin juga salah
satu penyebab depresi (Haryanto, dkk, 2015).
Penyebab depresi
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
DEPRESI
Hipotesis Biogenik Amin Hipotesis ini melibatkan hasil
dari beberapa penemuan yang dilakukan pada
awal tahun 1950. Ditemukan bahwa obat
antihipertensi reserpine menurunkan kadar
neurotransmitter dari norefinefrin, 5-HT, dan dopamin
dan memperlihatkan gejala klinis pada 15% atau
lebih pasien. Lalu ditemukan bahwa halusinogen
asam lisergik dietilamin menghalangi reseptor
periferal dari serotonin, dan efek halusinogen dari
asam lisergik dietilamin memiliki efek yang serupa
pada sistem saraf pusat (SSP) reseptor serotonin
(Ningtyas, A, R, dkk, 2018).
FAKTOR RISIKO DEPRESI

Banyak kemungkinan penyebab dari depresi termasuk


terganggunya fungsi otak terkait dengan regulasi suasana hati,
kerentanan genetik, peristiwa kehidupan yang penuh stres,
obat-obatan, dan adanya indikasi medis.

Peristiwa hidup yang negatif, yang salah satunya berupa


pengalaman di-bully juga diduga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya depresi (Ktut Dianovinina, 2018).
KLASIFIKASI DEPRESI

Gangguan depresi mayor


Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu
makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan
energi, perasaan ber salah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung
setidaknya kurang lebih 2 minggu (Kaplan, et al, 2010)
Gangguan dysthymic
Dysthymia ber sifat ringan tetapi kronis. Gejala-gejala dysthymia berlangsung
lama daripada MDD yaitu selama 2 tahun atau lebih. Namun, pasien
penderita gangguan ini masih bisa berinteraksi dengan aktivitas sehari-
harinya (Nation al Institute Mental Health , 2010)
Gangguan depresi minor
Gejalanya mirip dengan 2 jenis depresi sebelumnya, namun ber sifat lebih
ringan atau berlangsung lebih singkat (National Institute Mental Health,
2010)
Tanda/gejala dan diagnosa Depresi


Tanda/gejala

Perubahan mood atau disforia adalah salah satu gejala yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis depresi. Namun, gejala depresi tiap pasien
bisa berbeda beda antara satu pasien dengan yang lain. Contohnya,
beberapa pasien merasakan gejala vegetatif dari depresi (penurunan nafusi
makan dan insomnia).
Tanda/gejala dan diagnosa Depresi

Diagnosa Depresi
Menurut ICD-10, pasien harus mempunyai dua dari tiga gejala awal
(suasana hati yang tertekan, kehilangan minat dalam kegiatan
sehari – hari dan penurunan energi) ditambah dengan setidaknya
dua dari tujuh gejala yang lain. Sedangkan menurut DSM-IV, pasien
harus mempunyai lima atau lebih gejala dari sembilan gejala yang
ada dengan satu dari dua gejala utama (suasana hati yang tertekan
dan kehilangan minat). Selain gejala, terdapat alat bantuan yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis depresi yaitu kuisoner PHQ-9
(Patient Health Questionnaire). PHQ-9 adalah kuisoner yang diisi
sendiri oleh pasien yang terdiri dari 9 pertanyaan seputar gejala
depresi (Ningtyas, A, R, dkk, 2018).
Prognosis-Monitoring Depresi

Prognosis
Gangguan depresi mayor memiliki potensi morbiditas dan mortalitas yang
signifikan, berkontribusi seperti bunuh diri, insiden dan hasil buruk dari
penyakit medis, gangguan dalam hubungan interpersonal, penyalahgunaan zat,
dan kehilangan waktu kerja. Dengan pengobatan yang tepat, 70-80% individu
dengan gangguan depresi mayor dapat mencapai pengurangan gejala
signifikan, meskipun sebanyak 50% pasien mungkin tidak menanggapi uji coba
pengobatan awal.
Monitoring
Beberapa parameter pemantauan, selain konsentrasi plasma, berguna. Pantau
secara teratur untuk efek samping (lihat Tabel 68–4), remisi gejala target, dan
perubahan fungsi sosial atau pekerjaan. Pastikan pemantauan rutin selama
beberapa bulan setelah penghentian antidepresan.
TATALAKSANA TERAPI DEPRESI

Terapi farmakologi (algoritma terapi)


Pengobatan depresi biasanya menggunakan obat antidepresan. Pembagian
obat antidepresan dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu :

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)


Mekanisme kerja dari SSRI adalah menghambat pengambilan 5-HT ke
dalam neuron presinaptik. Sering digunakan sebagai lini pertama karena
efek samping yang cenderung aman. Penelitian terbaru menyebutkan
terdapat obat golongan SSRI yaitu vortioxetine yang dapat ditoleransi
dengan baik dan prevalensi efek samping kecil. Vortioxetine dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita depresi dengan
signifikan (Ningtyas, A, R, dkk, 2018).
TERAPI FARMAKOLOGI (ALGORITMA
TERAPI)

Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

SNRI bekerja dengan melakukan pengangkutan serotonin dan


norepinedrin. Pengangkutan norepinefrin secara struktur mirip dengan
pengangkutan serotonin.
Beberapa contoh obat yang termasuk ke dalam golongan SNRI
adalah venlafaxine, duloxetine, desvenlafaxine, milnacipran,
levomilnacipran (Ningtyas, A, R, dkk, 2018).
TERAPI FARMAKOLOGI (ALGORITMA
TERAPI)
Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
Bekerja dengan mekanisme meningkatkan konsentrasi norepinefrin, 5-HT, dan
dopamine dalam neuron sinaps melalui penghambatan sistem enzim
monoamine oxidase (MAO).
Contoh obat MAOI adalah isocarboxazid,phenelzine, tranylcypromine,
selegiline (Ningtyas, A, R, dkk, 2018).

Trisiklik (TCA)
Mekanisme obat golongan trisklik ini bekerja adalah dengan mennghambat
ambilan dari norephinefrin dan 5-HT, menghambat adrenergik, kolinergik, dan
reseptor histaminergik (Ningtyas, A, R, dkk, 2018).

Terapi Elektrokonvulsif (ECT)


Untuk melindungi dari kambuhnya depresi, terdapat 2 strategi yaitu augmentasi
ECT dengan farmakoterapi pada saat fase akut, atau melanjutkan terapi
dengan salah satu dari terapi.
Terapi Non Farmakologi


1. Psikoterapi mungkin merupakan terapi lini pertama untuk episode
depresi mayor ringan hingga sedang. Kemanjuran psikoterapi dan
antidepresan dianggap aditif. Psikoterapi saja tidak dianjurkan untuk
pengobatan akut gangguan depresi berat yang parah dan / atau
psikotik.
2. Terapi electroconvulsive (ECT) adalah pengobatan yang aman dan
efektif untuk gangguan depresi mayor. Dipertimbangkan ketika
diperlukan respons cepat, risiko perawatan lain lebih besar daripada
manfaat potensial, ada riwayat respons buruk terhadap obat, dan
pasien lebih memilih ECT. Respons terapeutik yang cepat (10-14 hari)
telah dilaporkan.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai