Anda di halaman 1dari 9

SP (Strategi Pelaksanaaan Komunikasi Teraupetik)

DEPRESI

Mata Aajar : Keperawatan Jiwa Komunitas


Dosen Pengampu : Dr. Rika Damayanti, M.Kep.,Sp.Kep.J

Di susun oleh
KELOMPOK 3
Arif Rahman 1825010
Ariza Miranda 1825012
Ayu Lestari Putri 1825014
Bayu Andhika Wijaya Kusuma 1825016
Bunga Dian Lestari 1825018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI


PRODI D III KEPERAWATAN
BANDAR LAMPUNG
TH. 2020/2021
Strategi Pelaksanaan Depresi

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. E berusia 83 tahun dengan depresi, Ny. E tampak memakai daster 2
lapis, rambut beruban, acak-acakan, gigi tinggal 1, selalu menopang
dagu, bersih, suka berbicara sendiri, berbicara tidak jelas, mampu
menulis dengan baik, bisa makan tanpa dibantu, tidak mampu mandi
sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Depresi

3. Tujuan Khusus
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik yaitu ketidaksiapan dan
ketidakmampuan meningkatkan koping berhubungan dengan PTSD.

4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk klien Resiko Depresi
adalah:
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan
melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk
mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (missal,
pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama pada periode akut
dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda-
tanda dekompensasi yang akan datang. Temui pasien sesering mungkin
(mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan sampai
tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien

2
depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan,
hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll). Psikoterapi berorientasi
tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis
tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami
remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi
sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidak
berdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien
latihan keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses.
Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan negative.
Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun dipertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala-gejala
depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat
memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum
dimengerti dengan baik.
b. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yangtidak
membaik membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespon
terhadap antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau
dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu anti depresan
terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atao
MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat
yang efektif bila obat yang pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap
efek samping dan bahwa antidepresan dapat mencetuskan episode manic
pada beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI lebih
rendah, tetapi semua konsep tentang “presipitasi manic” masih
diperdebatkan). Setelah sembuh dari depresi pertama, obat dipertahankan
untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian pada
beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat

3
rumatan untuk periode panjang. Anitdepresan saja (tunggal) tidak dapat
mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan
mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan
beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk
mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar.
Antikonvulsan juga tampaknya sama baik dengan litium untuk
mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan.
Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama-sama dan litium
diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi
membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan
antidepresan, litiun atau ECT- antidepresan antipikal yang baru saja
terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (missal, bunuh diri yang
akut)
c. Pada beberapa depresi psikotik
d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (missal, pasien tua
yang berpenyakit jantung). Lebig dari 90% pasien memberikan
respons

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pendidikan kesehatan tentang apa itu depresi, Penyebab Depresi, Perawatan
paliatif pada depresi

Orientasi:
1. Salam Terapeutik
Assalammualaikum Bapak dan Ibu. Masih ingat saya? Iya benar sekali
saya perawat B.

4
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah depresi Ny. E sudah berkurang?
3. Kontrak
Topik : Baiklah Bapak dan Ibu, sesuai janji kita kemarin bahwa hari ini
kita akan berdiskusi tentang depresi, Penyebab Depresi,
Perawatan paliatif pada depresi
Waktu : Mau berapa lama kita berdiskusi? Bagaimana kalau 30 menit.
Tempat : Kita mau diskusi di mana? Oh baiklah, kita di ruang tamu saja
ya pak, bu.
4. Tujuan
Bapak dan Ibu, diskusi ini tujuannya agar depresi yang Ny. E alami bisa
segera sembuh.
Fase Kerja:
1. Baiklah bapak dan ibu, langsung saja kita mulai diskusinya, yang
pertama adalah tentang Depresi adalah gangguan alam perasaan
(mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup..
Begitu ya bu, apakah jelas?
2. Lalu yang kedua tentang Penyebab Depresi
Pada intinya, depresi merupakan suatu kondisi di mana alam perasaan
seseorang itu turun ke posisi yang terendah. Sekalipun penyebab persis
depresi tidak diketahui, tetapi bisa diduga faktor-faktor yang
mendukung terjadinya depresi.
Macam-macam penyebab depresi :
a. Mengalami kekecewaan yang berat dalam hidupnya
b. Tidak berhasil mencapai suatu keinginan
c. Kehilangan orang yang paling dicintai
d. Tuntutan terhadap anak
e. Pertengkaran hebat antar pasangan
f. Derita penyakit berkepanjangan
g. Masalah keuangan

5
h. Persaingan karier
i. Rendahnya harga diri
j. Kesulitan menjalin hubungan dengan pasangan dan relasi
k. Gangguan hormonal
3. Perawatan paliatif pada depresi
Menurut Tomb (2003, hal. 61), semua pasien depresi harus
mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan tambahan terapi
fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat
penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan,
empati, pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi
dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan
melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk
mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (missal,
pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama pada periode
akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk
mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Temui
pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan
secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk
selamanya. Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat
memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan
tuntutan yang tak masuk akal, dll). Psikoterapi berorientasi tilikan
jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis
tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang
mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien
depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai
“ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan
memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan
pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien

6
dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran
negative dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah
kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun dipertengahan malam dan tetap
terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi
gejala-gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari,
berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis
yang belum dimengerti dengan baik.
b. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor
yangtidak membaik membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien
berespon terhadap antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas
terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah
satu anti depresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan
antidepresan trisiklik, atao MAOI (terutama pada depresi
“atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif bila obat
yang pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping
dan bahwa antidepresan dapat mencetuskan episode manic pada
beberapa pasien bipolar (10% dengan TCA, dengan SSRI lebih
rendah, tetapi semua konsep tentang “presipitasi manic” masih
diperdebatkan). Setelah sembuh dari depresi pertama, obat
dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan,
meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih
kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang.
Anitdepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis
unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan
mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan
beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta
untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien
unipolar. Antikonvulsan juga tampaknya sama baik dengan litium

7
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk
rumatan. Antidepresan dan litium dapat dimulai secara bersama-
sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid atau
pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau
bersama-sama dengan antidepresan, litiun atau ECT- antidepresan
antipikal yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu
pengobatan,
b. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (missal, bunuh diri
yang akut)
c. Pada beberapa depresi psikotik
d. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (missal, pasien
tua yang berpenyakit jantung). Lebig dari 90% pasien
memberikan respons

Terminasi:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi tentang gejala depresi
tadi?
Evaluasi Objektif :
Sekarang coba bapak jelaskan tentang kondisi Ny. E selama ini dan
sebutkan gejala depresi? Iya benar, apa saja pak? Iya benar sekali pak.

2. Rencana tindak lanjut


Bapak dan Ibu, ini saya ada leaflet mengenai diskusi yang tadi kita bahas.
Nanti Bapak dan Ibu bisa pelajari lagi tentang materi yang tadi kita bahas,
agar Ny. E bisa segera membaik kondisinya.

8
3. Kontrak yang akan datang
Topik: Bagaimana kalau nanti kita berdiskusi kembali tentang kondisi Ny.
E berikutnya.
Tempat: Tempatnya di sini lagi ya Bapak dan Ibu
Waktu: Bagaimana kalau seminggu lagi jam 10 pagi. Nanti kita ketemu
untuk mengevaluasi perkembangan kondisi Ibu.
Baik, sampai Jumpa. Sama-sama Bapak dan Ibu. Assalamu’alaikum.

Anda mungkin juga menyukai