Dosen Pembimbing
Amin Zakaria, S.Kep. Ners. M.Kes
Kelas 2D Keperawatan
Disusun Oleh :
OKTAVIA AMANDA ELISABETH
191222
1.4 Manfaat
1. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti sebagai seorang perawat agar mengetahui tentang
bagaimana terapi kognitif pada lansia
2. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan menambah wawasan pembaca
tentang terapi kognitif pada lansia.
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan kerja
sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik,Kaplan (1997).
Terapi ini berorientasi terhadap masalah sekarang dan pemecahannya. Terapi kognitif
telah diterapkan terutama untuk gangguan depresi (dengan atau tanpa gagasan bunuh
diri).
Terapi kognitif diterapkan kepada orang yang mengalami depresi,dan digunakan
untuk melatih pasien mengidentifikasi pikiran negatif/pikiran buruk agar dapat
mengurangi atau menghentikan perilaku yang menyimpang.
2.2 Indikasi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh
3. Individu yang mengalami stress emosional atau kecemasan
4. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesitik)
5. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
6. Gangguan makan
7. Gangguan mood
8. Gangguan psikoseksual
9. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya
2.3 Tujuan
Tujuan terapi kognitif yaitu:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan
pikiran negativ klien.
2. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara
berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional
3. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive,
pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang
dibesar-besarkan.Berfokus pada ikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya
(Videbeck, 2008)
4. Membantu proses berfikir serta perilaku yang menyebabkan dan mempertahankan
kepanikan dan merusak. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi
kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi. mempertanyakan bukti,
memeriksa ulang, dan membingkai ulang.
5. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang
berhasil mempertahankan hidup dan bukan sebagai korban.
6. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk
meningkatkan aktifitas sosialnya
2.4 Langka-langkah/Teknik pelaksanaan terapi kognitif
1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan
yang menyebabkannnya khawatir
2. Menggunakan teknik pertanyaan Socrates yaitu meminta klien untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan keluarga yang merendahkan dirinya. Dengan
demikian klien mulai melihat bahwa asumsi tidak lagi dan tidak rasional
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri sendiri, nilai diri dan
dunia. Dengan demikian klien membentuk nilai dan keyakinan baru dan kesulitan
emosional menjadi hilang.
Terapi kognitif dipraktekkan diluar sesi terapi dan menjadi modal utama dalam
mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas 3
fase:
1. Fase awal (sesi 1-4)
a. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien
b. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta pengaruhnya
terhadap emosi dan fisik
c. Menentukan tujuan terapi
d. Mengajarkan klien untuk mengevaluatsi pikiran-pikiran yang otomatis
2. Fase pertengahan (sesi 5-12)
a. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah
b. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien melayani klien
mempraktekkan keterampilan berespon terhadap hal-hal yang menimbulkan
depresi dan memodifikasinya,
3. Fase akhir (sesi 13-16)
Klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi yang relevan untuk
kejadian kekambuhan.
2.5 Evaluasi
Lansia biasanya akan mengalami perubahan dalam hal kognitif, serta kondisi
sosio-emosional. Dari sisi kognitif,individu yang memasuki usia lansia mengalami
kemunduran kemampuan kognitif, misalnya dalam hal memori, atensi, dan kecepatan
berpikir (Black,Terapi kognitif.Retha Arjadi, FPsi UI, 2012 Universitas Indonesia 1994).
Terkait dengan kemampuan kognitif ini, lansia yang tidak memiliki masalah kesehatan
fisik, aktif dalam berbagai kegiatan, memiliki pendidikan yang tinggi, dan memiliki
kehidupan sosial yang baik biasanya akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang
lebih sedikit atau lebih lambat dibandingkan dengan lansia dengan kondisi sebaliknya
(Santrock, 2006).
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur,
aktif,direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan
dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi kognitif digunakan untuk
mengidentifikasi, memperbaiki gejala perilaku yang tidak sesuai, dan fungsi kognisi
yang terhambat, yang mendasari aspek kognitif yang ada. Terapis dengan
pendekatan kognitif mengajarkan pasien atau klien agar berpikir lebih realistik gejala
yang berkelainan yang ada.
Terapi kognitif diterapkan kepada orang yang mengalami depresi,dan digunakan
untuk melatih pasien mengidentifikasi pikiran negatif/pikiran buruk agar dapat
mengurangi atau menghentikan perilaku yang menyimpang.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan sekaligus tenaga medis kita mampu
menerapkan mekanisme koping dengan menggunakan terapi kognitif kepada lansia
sehingga lansia mampu menghilangkan pikiran negatif/pikiran buruk dan mengurangi
atau menghentikan perilaku yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Burns, D.D. (1988). Terapi Kognitif pada lansia:pendekatan baru bagi penanganan
depresi. Jakarta: Erlangga.