Anda di halaman 1dari 8

PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

Disusun oleh :

DIAH AYU SEHVI ( 191017 )

2A KEPERAWATAN

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS DR.SOEPRAOEN


KESDAM V BRAWIJAYA MALANG

2020/2021
LATAR BELAKANG

Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk


meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi
yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American Nurses Assaciation)
mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia seb agai ilmunya
dan menggunakan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart,2006).
Kemiskinan dan impitan ekonomi yang melanda Indonesia belakangan ini
menimbulkan banyak penderita gangguan kesehatan jiwa. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa dari yang ringan hingga berat. Kondisi ini semakin diperberat melalui aneka
bencana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Guna mengatasi
masalah gangguan jiwa, bukan hanya dengan penyembuhan secara fisik ketika
penderita itu dirawat di rumah sakit, melainkan juga butuh penanganan secara
preventif, promotif, terapi, serta rehabilitasi. Faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan jiwa umumnya adalah faktor biologis dan faktor dari luar.
Laporan nasional menurut Kemenkes (2013) hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia 1,7%, artinya ada sekitar
1,7 kasus gangguan jiwa berat di antara 1000 orang penduduk Indonesia.
Sedangkan hasil Riskesdas (Kemenkes, 2018), prevalensi gangguan jiwa berat
menurut provinsi (per mil) sebanyak 6,7 per 1000 orang. Artinya, dari 1.000 orang
terdapat 6,7% yang mengidap gangguan jiwa berat. Menurut Undang – Undang
Republik Indonesia No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa pada pasal 8,
salah satu upaya promotif dan preventif dalam penanganan kasus gangguan jiwa
adalah keterlibatan keluarga. Upaya promotif dilingkungan keluarga dilaksanakan
dalam bentuk pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat. Sedangkan untuk upaya
preventif menurut pasal 13 dilaksanakan dalam bentuk pengembangan pola asuh
yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan jiwa, komunikasi, informasi
dan edukasi dalam keluarga dan kegiatan lain sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Upaya kesehatan jiwa tentunya tidak terlepas dari peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan berkolaborasi
bersama keluarga dalam merawat pasien. Keluarga merupakan lingkungan
terdekat yang mempengaruhi kesembuhan pasien, terutama dukungan keluarga
selama di rumah sangat dibutuhkan agar pasien termotivasi untuk sembuh dan
tidak kambuh lagi

Peran perawat juga sangat dibutuhkan untuk melakukan pendidikan


kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif
bagi pasien skizofrenia baik dirumah sakit maupun dirumah (Keliat, 2011).
Keluarga sebagai orang terdekat yang mendampingi pasien dan support sistem
sangat berperan agar pasien tetap dalam kondisi stabil setelah perawatan,
sehingga keluarga perlu mengetahui dan memehami tentang cara perawatan
pasien dirumah. Oleh karena itu, sebagai satu indikator keluarga sehat adalah
keluarga harus mampu merawat pasien gangguan jiwa. Salah satu pendidikan
kesehatan keluarga dalam masalah gangguan jiwa adalah pemberian informasi
dasar, yang disebut dengan psikoedukasi keluarga (Videbeck, 2008). Psikoeduasi
keluarga merupakan salah satu bentuk dari program perawatan kesehatan jiwa
keluarga yang termasuk dari bagian terapi psikososial, dengan cara pemberian
informasi, edukasi melalui komunikasi yang terapeutik. Tujuan dari program
psikoedukasi adalah menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa anggota
keluarga sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kambuh dan
meningkatkan fungsi keluarga. Penderita gangguan jiwa membutuhkan
lingkungan yang adekuat dalam proses pengobatannya dengan cara
meningkatkan pemahaman keluarga penderita risiko perilaku kekerasan
mengenai gejala sakit, memberikan dukungan dan dapat melakukan pemecahan
masalah (Stuart & Laraia, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kesehatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan merupakan sebagian dari penerapan ilmu


tentang perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian,dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen
yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah,2010)

2.2 Definisi Perawat Jiwa


Keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerepkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya atau instrumennya.

Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang


perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana
penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen
yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010)

Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang


didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang
siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan
oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa melalui proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan
masyarakat (Sujono dan Teguh, 2009).

2.3 Peran Perawat Jiwa

Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan


spesifik (Dalami, 2010). . Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan
kolaborasi diantaranya adalah yang pertama yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan, yaitu perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa
kepada individu,keluarga dan komunitas.

Dalam menjalankan perannya,perawat menggunakan konsep perilaku


manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan
jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
komunitas Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan
diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan
tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

Peran perawat yang kedua yaitu sebagai pelaksana pendidikan


keperawatan yaitu perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu,
keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri,
anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap
anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.
Peran yang ketiga yaitu sebagai pengelola keperawatan adalah perawat
harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya ini perawat
diminta menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan, menggunakan
berbagai strategi perubahan yang diperlukan, berperan serta dalam aktifitas
pengelolaan kasus dan mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan.

Peran perawat yang ke empat yaitu sebagai pelaksana penelitian yaitu


perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan
menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

Perawat jiwa memiliki peran dalam tingkat pelayanan kesehatan jiwa yaitu:

1. Peran dalam prevensi primer


1) Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
2) Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat
kemiskinan,dan Pendidikan
3) Memberikan Pendidikan Kesehatan
4) Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
5) Membantu klien di RS untuk menghindari masalah psikiatri dimasa
mendatang Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota
keluarga dan meningkatkan fungsi kelompok aktif dalam kegiatan
masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa

2. Peran dalam prevensi sekunder


1) Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
2) Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
3) Memberikan konsultasi
4) Melaksanakan intervensi krisis
5) Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada
berbagai tingkat usia
6) Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah
teridentifikasi masalah yang dialami nya penanganan dirumah
7) Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RS
8) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
9) Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
10) Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

3. Peran dalam prevensi tersier


1) Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi
2) Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas
kesehatan jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit
kekomunitas
3) Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat
siang)pada klien

KESIMPULAN
Agar tercapai pelayanan dan peran keperawatan jiwa yang efisien maka
pasien, keluarga, dokter, perawat serta profesi lainnya harus berkerja sama satu
dengan lainnya.
Tiap-tiap profesi memiliki kompetensi profesionalisme berbedabeda
sehingga saat dipadukan akan menciptakan efek terapi yang maksimal demi
mencapaii tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif dapat memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa disepanjang rentang kehidupan
yang berkualitas dansigala kondisi.
SOLUSI

Kita sebagai perawat harus mempunyai knowledge dan ilmu yang


kompeten dalam menangani pasien gangguan jiwa, dengan mempelajari ilmu
kejiwaan secara rinci kita dapat meningkatkan wawasan,skill, serta pengetahuan
yang dapat kita aplikasikan ketika kita terjun di dunia perawat jiwa, belajar dan
berlatih secara sungguh sungguh serta terus menjadikan pengalaman sebagai
guru terbaik untuk melakukan sesuatu di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/41791208/Makalah_keperawatan_jiwa_paraf
https://www.academia.edu/37759421/Perawat_jiwa
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2519/3/Chapter%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai