Anda di halaman 1dari 2

TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Psikoterapi 
Psikoterapi (“terapi bicara”) harus diberikan apabila pasien mampu dan mau
berpartisipasi. Psikoterapi direkomendasikan hanya untuk kasus MDD yang ringan
hingga sedang. Psikoterapi tidak dapat menjadi pengobatan utama untuk pasien
dengan psikotik. Bukti terbaru mendukung manfaat Cognitive Behaviour Therapy
(CBT). Namun dalam praktiknya, CBT sangat terbatas sebagai pengobatan utama
berdasarkan biaya dan logistik. Kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi sangat
bermanfaat untuk terapi depresi berat. Terapi kombinasi sangat bermanfaat untuk
pasien dengan stresor psikososial, kesulitan interpersonal, atau gangguan
kepribadian komorbid.

2. Electroconvulsive Therapy (ECT)


ECT aman dan efektif untuk terapi pada penyakit kejiwaan parah, termasuk
MDD. Pasien dengan MDD merupakan kandidat untuk ECT ketika respon cepat
dibutuhkan (misalnya; keinginan bunuh diri, defisiensi nutrisi, gejala katatonik).

3. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS)


rTMS efektif dalam mengobati MDD tanpa anestesi yang diperlukan untuk
ECT. Stimulasi magnetik transkranial adalah prosedur non-invasif dan ditoleransi
dengan baik yang disetujui FDA untuk digunakan setelah satu kali percobaan
antidepresan yang gagal.

4. Aktivitas Fisik
Manfaat aktivitas fisik dalam kesehatan telah dikenal untuk banyak kondisi
medis, dan data terbaru menunjukan manfaat pada pasien depresi. Sebuah studi
TREAD (Treatment with Exercise Augmentation for Depression) menunjukan
bahwa latihan sebanyak 16 kcal (67 kJ) per kilogram perminggu dikaitkan dengan
tingkat remisi MDD yang lebih besar dibandingkan dengan 4 KKW, ketika
keduanya digunakan sebagai tambahan untuk SSRI. Dapat disimpulkan bahwa
mengintegrasikan latihan kedalam rencana perawatan MDD secara medis sesuai dan
memberikan banyak manfaat kesehatan.
MONITORING EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN TERAPI
Pasien harus dipantau untuk efek samping, seperti efek sedasi dan antikolinergik,
dan untuk remisi gejala target yang didokumentasikan sebelumnya. Adanya efek samping
tidak selalu menunjukkan dosis yang memadai atau berlebihan. Selain itu, perubahan dalam
fungsi sosial dan pekerjaan harus dinilai. Pasien harus dipantau untuk munculnya ide bunuh
diri setelah inisiasi atau penghentian antidepresan, terutama jika ada faktor risiko lain untuk
bunuh diri (misalnya, gangguan tidur). Jika aktivasi signifikan atau insomnia terjadi pada
inisiasi antidepresan, ansiolitik jangka pendek atau hipnotis mungkin tepat. disfungsi, efek
samping umum yang terkait dengan sebagian besar antidepresan, dapat meningkatkan
ketidak patuhan dan harus dipantau dan didiskusikan dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai