Anda di halaman 1dari 7

TRAUMA HEALING

American Psychological Association menyebutkan bahwa trauma adalah respons emosional korban
terhadap peristiwa yang mengerikan. Korban bisa sangat terkejut dan penuh penolakan pada awalnya.
Selain itu korban akan mengalami dampak jangka panjang, seperti emosi yang tidak terduga, perasaan
tegang, gejala fisik, atau gejala aneh lainnya. Tidak jarang, bahkan gejala tersebut sangat mengganggu
aktivitas keseharian para korban.

Trauma yang dialami seorang korban bisa menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD). PTSD
adalah bentuk gangguan kesehatan mental yang dialami seseorang setelah mengalami suatu kejadian
yang menyebabkan trauma, seperti yang kecelakaan, bencana, kekerasan seksual, dan sebagainya. Jika
kondisi korban semakin parah, maka kemungkinan mereka butuh bantuan perawatan psikologis yang
lebih serius dan lama. Salah satu caranya menanganinya adalah melalui trauma healing.

Trauma healing adalah suatu proses memulihkan emosi korban dari ketakutan di masa lalu. Dengan cara
ini, mereka bisa bertahan hidup kembali tanpa bayang-bayang masa lalu. Pada umumnya, para korban
sering merasa mengenang kembali peristiwa itu, mengingatnya dengan mimpi buruk, dan menghindari
dikaitkan dengan peristiwa traumatis. Untuk mengatasinya, ada terapi trauma psikologis yang bisa
diikuti.

Trauma berdampak buruk pada stabilitas mental dan emosional korban dan dapat disebabkan oleh
peristiwa negatif yang terus-menerus. Beberapa kejadian yang dapat menyebabkan trauma adalah
berikut ini:

o Korban Kekerasan Seksual

o Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

o Bencana alam

o Penyakit atau cedera serius

o Kematian orang yang dicintai

o Saksi kekerasan

PTSD perlu ditangani dengan segera dan tepat agar kondisi tidak semakin parah dan mempengaruhi
kelangsungan hidup korban. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan
menyembuhkan trauma tersebut.

Jadi, trauma healing merupakan proses penyembuhan pasca trauma yang memungkinkan seseorang
untuk melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang suatu kejadian tersebut lagi. Dalam praktiknya ada
dua jenis trauma healing, yakni trauma yang berfokus pada kejadian dan yang tidak berfokus pada
kejadian.

Tujuan Trauma Healing


Tujuannya adalah agar korban mampu memikirkan hal yang positif saat mengingat kejadian traumatis
tersebut. Adapun lama prosesnya bisa memakan waktu hingga sekitar tiga bulan.. Trauma healing yang
satu ini akan mengajarkan korban beberapa cara untuk menghilangkan stres dan menjadi lebih rileks.

Lama sembuh Trauma Healing

Umumnya, trauma akan sesuatu hal akan sembuh dan kembali normal dalam satu bulan.
Tubuh akan 'mematikan' peringatan akan pemicu trauma dan tidak lagi menguras energi. Pada sebagian
orang, trauma akan bertahan lebih lama hingga bertahun-tahun. Untuk itu diperlukan
cara sembuh dari trauma yang benar.

Fase Trauma Healing

Bagi kebanyakan orang, biasanya mereka perlu melakukan perawatan selama sebulan supaya bisa pulis
psikologisnya seperti sedia kala. Tidak perlu khawatir sendirian karena korban biasanya akan mendapat
bantuan serta bimbingan dari para psikolog profesional yang bertanggung jawab dalam kejadian
tersebut.

Tenaga ahli ini kemudian akan membantu menemukan solusi bagi korban untuk sembuh dari
traumanya. Dalam penanganannya, para psikolog profesional ini akan melakukan beberapa fase trauma
healing pada pasiennya, seperti berikut ini:

1. Keamanan dan Stabilitas

Umumnya, para psikolog akan membahas apa kebutuhan korban setelah mereka keluar dari rumah
sakit. Mereka juga bisa melakukan konsultasi dengan psikiater terkait penggunaan obat obatan tertentu
dalam kondisi psikologisnya tersebut. Jadi jangan lupa untuk mengikuti instruksi dokter dalam hal ini.

Jika otak kita berhasil mengenali bahaya yang akan datang, itu adalah langkah awal dan penyembuhan
trauma psikologis dimulai. Pertama, mereka belajar mengkoordinasikan semua emosi dan menjauhkan
ketakutan dan kecemasan. Korban kemudian belajar kembali bagaimana menyesuaikan emosinya ketika
berhadapan dengan pemicu traumatis.

2. Ingat dan Terima

Selain itu, para ahli meminta korban untuk mengingat dan memproses konsekuensi dari peristiwa
traumatis. Lebih khusus lagi, jelajahi dan gabungkan dengan lingkungan yang aman. Tahap ini lebih
terkait dengan pemulihan dalam tubuh.

Cedera fisik akibat trauma juga dapat menyebabkan dan menunda pemulihan kesehatan mental. Oleh
karena itu, psikolog membantu korban menangani masalah traumatis dalam proses ini.

3. Rekonstruksi Hubungan

Tahap terakhir dari trauma healing adalah rekonstruksi hubungan melalui pemberdayaan. Di Awal,
korban bisa jadi masih merasa ragu dengan perubahan dalam diri mereka setelah mengalami kejadian
traumatis tersebut. Akhirnya mereka bisa merasa takut dan malu saat menghadapi orang lain atas apa
yang terjadi pada diri mereka.

Agar bisa move on dari kejadian tersebut, para ahli profesional kemudian akan bantu korban memahami
dan mencari resolusi atas trauma yang dialami korban dan hal tersebut telah direncanakan. Kemudian
mereka juga akan mengikuti berbagai pelatihan diri secara mental untuk siap kembali dalam masyarakat
dan melakukan aktivitas seperti biasa. Dengan upaya tersebut korban akan mulai terbiasa lagi menjalani
hidup mereka seperti sedia kala.

Metode Trauma Healing

Dalam menjalankan fase trauma healing seperti yang telah disebutkan di atas, ada beberapa metode
trauma healing yang bisa digunakan.

Sebelum memilih jenis metode trauma healing yang tepat, kamu usahakan pilih terapis yang bisa
berperan menjadi kolaborator yang baik saat terapi. Artinya bukan seorang terapis yang berusaha untuk
memaksakan kendali atas diri kamu sendiri. Hal ini perlu diperhatikan karena proses trauma healing bisa
menciptakan diri seseorang mencicipi aneka macam reaksi emosional, seperti sedih, motivasi,
menjengkelkan, atau membangkitkan semangat.

Apapun perasaan yang korban rasakan adalah reaksi yang tidak salah. Jadi, pastikan buat menemukan
seseorang terapis yg menciptakan proses trauma healing ini berjalan dengan baik dan nyaman. Adapun
metode-metode trauma healing yang biasa dilakukan oleh seorang terapis kepada pasiennya, seperti
berikut ini:

1. Farmakoterapi

Farmakoterapi merupakan metode syok healing yang melibatkan penggunaan obat-obatan dalam
mengelola reaksi syok atau trauma yang mengganggu seseorang. Obat-obatan sudah terbukti
membantu menggunakan kelas reaksi atau tanda-tanda seperti berikut ini:

o Gejala intrusi

o Hyperarousal

o Reaksi emosional

o Gairah yg meningkat

o Sifat lekas marah

o Depresi

Sebenarnya, dengan minum obat tidak menciptakan reaksi syok, trauma atau rasa sakit seorang
menghilang. Melainkan, obat-obatan hanya bisa membantu menciptakan gejalanya yang kurang intens
menjadi lebih gampang dikelola. Jika kamu tetapkan memakai obat-obatan, pastikan sudah
mengkonsultasikan menggunakannya dengan psikiater terlebih dahulu dan usahakan terus dipantau
selama meminum obat tersebut.

Beri pemahaman kepada psikiater mengenai bagaimana obat mempengaruhi dirimu. Hal ini lantaran
beberapa obat mempunyai imbas efek samping yang mungkin tidak bisa ditoleransi oleh tubuh mu, dan
beberapa orang bahkan tidak merespons obat dengan baik. Konsumsi obat-obatan ini akan lebih efektif
jika juga melakukan terapi lain sebagai akibatnya proses perawatan yang maksimal.

2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah bentuk metode terapi yang paling generik, yakni terapi pemaparan (eksposur).
Dalam terapi perilaku ini, seorang akan diarahkan dengan menghadapi ketakutannya secara bertahap.
Seringkali, terapi perilaku atau pemaparan ini membuat pembelajaran individu bahwa ketakutan atau
emosi negatif tidaklah beralasan, yang dalam gilirannya memungkinkan rasa takut akan berkurang.

Terapi Eksposur atau Terapi Eksposur adalah penyembuhan trauma yang sangat direkomendasikan
untuk penderita PTSD. Proses trauma healing ini berfokus pada perubahan struktur ketakutan dalam
pikiran. Ia melihat sesuatu yang mengingatkannya. Pertama, para korban diminta untuk mengakses
memori tentang apa yang menyakiti mereka.

Terapi pemaparan sudah diketahui efektif dalam mengurangi kecemasan dan gejala depresi,
mempertinggi penyesuaian sosial, dan mengatur memori trauma dengan baik. Ada banyak sekali bentuk
terapi eksposur, seperti berikut ini:

o Eksposur imajiner adalah Seorang individu membayangkan insiden yang ditakuti sejelas
mungkin

o Paparan in vivo adalah Paparan yang terjadi pada terapi

o Desensitisasi sistematis adalah Individu dihadapkan dalam situasi yg lebih mengakibatkan rasa
takut secara berturut-turut. Eksposur ini dipasangkan menggunakan relaksasi.

Terapi pemaparan merupakan pengobatan yang sangat efektif dalam menangani stres pasca trauma
(PTSD). Bentuk lain berdasarkan terapi perilaku adalah Stress Inoculation Training (SIT) atau yang juga
dikenal menjadi training relaksasi. Pelatihan Inokulasi Stres mengajarkan individu dalam mengelola stres
dan kecemasan mereka.

Trauma healing yg satu ini akan mengajarkan korban beberapa cara buat menghilangkan stres dan
sebagai lebih rileks. Misalnya menggunakan belajar teknik pernapasan, pijat, dan sebagainya. Setelah
mengikuti SIT atau tertekan inoculation pembinaan sesudah kurang lebih 3 bulan, korban diperlukan
lebih bisa menghadapi stres pada lalu hari.

3. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah metode pemulihan trauma yang didasarkan pada seorang individu
harus memperbaiki dan mengubah pikiran yang salah. Metode ini memberi tanggapan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada mereka yang mengalami trauma. Elemen umum
dari terapi trauma ini adalah sebagai berikut:

o Mengajarkan bagaimana bernapas dalam mengelola kecemasan dan stres

o Mengajarkan reaksi normal terhadap trauma

o Memberi terapi paparan

o Mengidentifikasi dan mengevaluasi bentuk pikiran negatif, salah, dan irasional, serta
menggantinya dengan pikiran yang lebih akurat

Pada pertemuan pertama dengan terapis, korban diajak untuk menguraikan peristiwa traumatis yang
menimpanya. Saat mendengarkan, terapis akan kesulitan bagi korban untuk keluar dari bayang-bayang
masa lalu. Misalnya, korban menyalahkan dirinya sendiri karena tidak sempat membantu ibunya jika
terjadi bencana. Terapis membantu korban menerima dan memahami bahwa hal-hal dapat terjadi di
luar kendali mereka sebagai manusia.

Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh HHS Public Access, metode terapi CBT adalah cara paling
efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan, gangguan somatoform, bulimia, masalah pengendalian
kemarahan, dan stres secara umum.

4. Terapi EMDR

Perawatan dalam terapi EMDR ini melibatkan orang dalam terapi yang secara mental berfokus pada
pengalaman traumatis atau pikiran negatif. Selain itu metode terapi ini juga melacak adanya cahaya
yang bergerak atau jari terapis yang bergerak secara visual. Nada pendengaran atas trauma yang dialami
juga bisa digunakan dalam beberapa kasus trauma.

Meskipun dalam terapi EMDR melibatkan gerakan mata yang cukup menimbulkan banyak perdebatan,
namun metode terapi ini telah terbukti sangat efektif untuk pengentasan dan penghapusan gejala
trauma serta masalah psikologis yang lainnya.

Terapis yang melakukan metode ini pada pasiennya, biasanya telah teruji dengan pelatihan khusus dari
asosiasi, seperti Institut EMDR atau Asosiasi Internasional EMDR.

Meski tergolong baru, eye movement desensitisation and reprocessing (EMDR) dianggap bisa meredakan
tanda-tanda yg dialami penderita PTSD.Proses EMDR akan dilakukan menggunakan meminta korban
buat menceritakan balik peristiwa traumatis yg dialaminya sembari memperhatikan hal lain. Misalnya
menggunakan memperhatikan mobilitas jari terapis atau hal lainnya.

Tujuannya merupakan supaya korban bisa memikirkan hal yang positif waktu mengingat peristiwa
traumatis tersebut. Adapun usang prosesnya mampu memakan saat sampai kurang lebih 3 bulan.

5. Hypnosis

Secara umum, seorang hipnoterapis menempatkan seseorang dalam keadaan hipnosis sebelum
berbicara dengan orang tersebut atau membicarakan masalah tertentu. Kebanyakan hipnoterapis
percaya bahwa emosi dan pikiran seseorang selama hipnosis sangat penting untuk proses
penyembuhan.

6. Terapi Psikodinamik

Tujuan dari terapi trauma psikodinamik adalah untuk mengetahui tahapan mana yang mempengaruhi
trauma yang terjadi pada seseorang. Mengetahui hal ini, terapis dapat mengelola aspek peristiwa
traumatis yang menimpa pasien dengan elemen umum seperti berikut ini:

o Sejarah perkembangan individu dan pertimbangan masa kanak-kanak

o Tekankan pemahaman tentang pentingnya trauma

o Lihat bagaimana trauma mempengaruhi kesadaran diri dan hubungan seseorang

o Menemukan apa yang telah hilang dari seseorang sebagai akibat dari peristiwa traumatis

7. Terapi Kelompok
Terapi kelompok biasanya merupakan pilihan terapi yang melengkapi terapi individu. Terapi kelompok
dapat dipimpin oleh terapis atau anggota kelompok yang berbagi trauma dengan mu. Beberapa terapi
kelompok mungkin bersifat mendidik, yang lain mungkin berfokus pada pemberian dukungan, dan yang
lainnya bersifat terapeutik.

Namun, hal terpenting bagi penyintas traumatis adalah memilih kelompok yang sesuai dengan tahap
atau proses penyembuhan sebelumnya. Kamu dapat menemukan terapi kelompok berdasarkan tahap
penyembuhan, seperti berikut ini:

o Tahap Keselamatan atau Pengorbanan: Pilih kelompok yang berfokus pada perawatan diri dan
keterampilan mengatasi.

o Memori dan Kesedihan atau Tahap Kelangsungan Hidup: Pilih kelompok yang berfokus pada
penceritaan trauma.

o Tahap Reconnection atau Thriver: Pilih Kelompok yang bertujuan untuk membuat koneksi
dengan orang orang.

o Kelompok pendidikan: Bisa untuk seluruh peserta terapi dalam semua tahapan.

Perlu kamu ingat bahwa tidak ada pengobatan instan yang akan menyembuhkan kesehatan mental
seseorang dalam waktu semalam. Itulah sebabnya trauma healing membutuhkan komitmen, persiapan,
latihan berulang, keberanian, tekad, dan dukungan orang lain.

3 jenis trauma psikologis yang perlu diketahui:

1. Trauma akut Trauma akut disebabkan karena peristiwa menyedihkan seperti kecelakaan,
pemerkosaan, kehilangan orang terdekat, atau bencana alam. Peristiwa tersebut tersimpan dalam
benak orang tersebut sebagai fenomena ekstrem yang mengancam emosional atau fisik mereka.
Trauma akut biasanya muncul dalam bentuk, seperti: - Kecemasan atau kepanikan yang berlebihan -
Kebingungan - Insomnia dan tidak bisa tidur nyenyak - Merasa terisolasi dari dunia sekitar - Tidak
percaya diri - Kesulitan fokus pada pekerjaan - Perilaku agresif Baca Juga: Mengenal Sound Healing,
Salah Satu Metode untuk Tenangkan Pikiran

2. Trauma Kronis Tingkat selanjutnya adalah trauma kronis, di mana seseorang terkena beberapa
peristiwa traumatik atau dalam periode yang lebih lama. Trauma kronis dapat terjadi akibat penyakit
serius jangka panjang, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, bullying, dan paparan situasi
ekstrem, seperti perang. Gelaja trauma kronis bahkan bisa muncul setelah bertahun-tahun
pascakejadian, yang bermanifestasi pada ledakan emosi, labil, kecemasan, marah, nyeri tubuh, hingga
sakit kepala. Selain itu, orang dengan trauma kronis juga dapat mengembangkan masalah kepercayaan
karena dikhianati oleh orang tertentu.

3. Trauma kompleks Trauma kompleks merupakan hasil dari paparan banyak peristiwa dan pengalaman
traumatis, terutama dalam konteks hubungan interpesonal (antarorang). Trauma kompleks membuat
penderitanya merasa terjebak hingga berpengaruh buruk bagi kesehatan mentalnya. Jenis trauma ini
adalah hasil dari penderitaan jangka panjang seperti menjadi korban pelecehan masa kanak-kanak,
penelantaran, kekerasan dalam rumah tangga, dan kerusuhan sipil. Hal ini akan memengaruhi
kesehatan, hubungan, dan kinerja seseorang secara keseluruhan dalam hidup mereka.
Cara Mengatasi Trauma Psikologis

Reaksi tiap orang terhadap trauma psikologis berbeda-beda. Ada yang dapat membaik dengan
sendirinya, ada pula yang menetap hingga waktu lama. Jika dibiarkan, trauma dapat mengganggu
kehidupan Anda.

Bila Anda mengalami masalah psikis seperti ini, berikut ini adalah cara mengatasi trauma yang bisa Anda
lakukan:

1. Fokus pada hal penting

Ketika berhadapan dengan trauma psikologis, fokuslah pada apa yang benar-benar perlu dilakukan
dalam keseharian, sehingga Anda dapat menghemat energi fisik dan emosional.

2. Kembali ke rutinitas dan cintai diri sendiri

Konsumsi makanan yang sehat, cukup tidur, berolahraga secara teratur, dan melakukan berbagai hal lain
untuk menjaga tubuh Anda berfungsi dengan baik.

Selain itu, cobalah melakukan hal-hal yang Anda sukai, untuk menghilangkan stres. Beraktivitas dapat
membantu mengalihkan pikiran Anda dan mengatasi trauma.

3. Tenangkan diri dengan menarik napas

Ketika cemas, stres, marah atau gelisah muncul, cobalah tarik napas dalam-dalam beberapa kali agar
Anda dapat berpikir jernih dan menjadi lebih tenang.

Anda juga bisa mencoba meditasi untuk membantu menenangkan pikiran.

4. Kerjakan secara bertahap

Tekanan dalam pekerjaan atau aktivitas bisa memicu stres. Untuk itu, bagilah tugas besar menjadi
beberapa bagian yang bisa dikerjakan secara bertahap.

Lakukan semampu Anda. Ketika mulai merasa penat, ambil jeda sejenak, lalu mulai kerjakan lagi.

5. Tidak menyalahkan diri sendiri

Rasa bersalah, malu, marah, kecewa, sedih, dan mengasihani diri sendiri secara berkepanjangan, justru
akan menjadi penyakit bagi diri sendiri.

Menerima apa yang terjadi dapat mempermudah proses pemulihan diri dari trauma.

6. Cari bantuan untuk pemulihan

Apabila Anda tidak dapat mengatasi trauma sendiri, carilah bantuan. Anda bisa curhat kepada teman
atau keluarga, berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, atau mendatangi organisasi masyarakat yang
bergerak dalam bidang konsultasi khusus bagi penderita trauma.

Anda mungkin juga menyukai