STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
Hipertensi dalam kehamilan (HDK): Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, diketahui
pertama kali pada trimester kedua, dan tidak didapatkan proteinuria.
Pre-eklamsia: HDK disertai proteinuria (>0,3 gr dalam 24 jam) atau protein Dipstik +
1 atau lebih
Pre eklamsia Ringan: HDK disertai proteinuria (>0,3 gr dalam 24 jam) atau protein
dipstik + 1
Pre-eklamsia berat: Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg pada dua kali pemeriksaan,
PENGERTIAN dan juga ditemukan proteinuria (minimal 1 gr/liter) atau protein dipstik +2 atau lebih
Pre-eklamsia berat atipik: Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg pada dua kali pemeriksaan
tanpa ditemukan proteinuria
Varian pre-eklamsia, sindroma HELLP (haemolysis, elevated liver enzyme, low
platelet count).
Eklamsi: terjadinya kejang pada wanita dengan pre eklamsia, yang tidak
berhubungan dengan penyebab kejang yang lain
• Esbach
c. Evaluasi Pasien
• Tekanan darah tiap 15 menit, bila stabil tiap 30 menit, tiap 4 jam bila direncanakan
konservatif.
• Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal.
• Balance cairan.
• Pemeriksaan LDH sebagai penanda hemolisis
• Apus darah untuk melihat fragmen sel darah merah.
d. Penilaian Janin
• Pemeriksaan kardiotokogarfi (CTG)
Bila konservatif, dilakukan ultrasonografi untuk menilai Biometri janin, Doppler
arteri umbilikalis dan cairan ketuban.
2. Pemeriksaan Penunjang:
• DPL, Urinalisa
• Fungsi hati
• Fungsi Hemostasis
• LDH
• Elektrocardiografi (EKG)
• Rontgen Thorak
• Pemeriksaan retina
3. Manajemen Preeklamsia
Manajemen pre-eklamsia berdasarkan pada :
• Penilaian seksama
• Stabilisasi
• Pengawasan berkelanjutan
• Waktu terminasi
5. Mencegah Kejang
• Magnesium sulfat. Diteruskan selama 24 jam setelah persalinan atau 24 jam setelah
kejang terakhir,
• Bila magnesium sulfat diberikan, dilakukan pemeriksaan rutin terhadap output urine,
reflex pattella, respirasi dan saturasi oksigen.
6. Mengontrol Kejang
Prinsip manajemen :
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
• Magnesium sulfat merupakan terapi pilihan. Dosis awal 4 gr melalui infusion pump
selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan 1 gr/ jam selama 24 jam
• Kejang berulang bolus magnesium sulfat 2 gr atau meningkat kecepatan tetesan 1.5
gr atau 2 gr/ jam.
• Kejang berulang, agen alternative, seperti diazepam dan thiopentone dapat
digunakan, hanya dosis tunggal.
• Bila diuresis dibawah 20 ml/jam, pemberian magnesium sulfat sebaiknya
dihentikan.