Anda di halaman 1dari 6

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

No. Dokumen : / SOP/ADMEN/RI/2018


No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/6

UPTD PUSKESMAS H. L a s a d a
ATARI JAYA NIP:1967123198802007

1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan adalah :

 Tekan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama


kehamilan.
 Tidak terdapat proteinuria.
 TD kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca persalinan
(jika peningkatan TD teteap bertahan, ibu didiagnosis
menderita hipertensi kronis).
 Diagnosis akhir baru dibuar pada periode pasca persalinan.
 Tanda-tanda lain pre-eklampsia seperti nyeri epigastrium dan
trombositopenia mungkin ditemui dan dapat mempengaruhi
pentalaksanaan yang diberikan.
Pre-eklampsia

 Pre-eklampsia ringan
 TD > 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
 Proteinuria > 1+ pada pengukuran dengan dipstick urin atau
kadar protein total > 300 mg/24 jam.
 Pre-eklampsia berat
 TD sistolik > 160 mmHg atau diastolik 100 mmHg.
 Proteinuria > 1+ pada pengukuran dengan dipstick urin atau
kadar protein total sebesar 2g/24 jam
 Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah
diketahui meningkat sebelumnya
 Sakit kepala yang terus bertahan atau gangguan serebral.
 visual lain
 Nyeri epigastrik yang terus menerus
 Enzim hati yang meningkat (SGOT, SGPT, LDH)
 Hitung trombosit < 100.000/mm3
Eklampsia
Kejang konvulsi yang bukan disebabkan oleh infeksi atau trauma.
Sindrom HELLP
Keterlibatan hematologis dan hepatik pada pasien dengan per-
eklampsia berat yang menyebabkan hemolisis, peningkatan hati
dan hitung trombosit yang rendah (HELLP)
Pre-eklampsia super impos
 Proteinuria awitan baru > 300 mg/24 jam pada ibu penderita
darah tinggi tetapi tidak terdapat proteinuria pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu.
 Peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit < 100.000/mm3 secara tiba-tiba pada ibu penderita
hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan sebelum 20
minggu.

HIPERTENSI, PREEKLAMPSI / EKLAMPSI

PUSKESMAS No. Dokumen : SOP/ADMEN/RI/2018 H. L a s a d a


ATARI JAYA No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/6
Hipertensi kronis
 Hipertensi sebelum kehamilan atau yang didiagnosis sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
Hipertensi pertama kali didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu
dan terus bertahan setelah 12 minggu pasca persalinan.
2. Tujuan Menjelaskan informasi dan penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan sehingga professional atau petugas kesehatan dapat
memiliki kompetensi untuk menangani masalah tersebut.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No…………..Tentang Pelayanan
Klinis
4. Referensi Sarwono Prawirohardjo. 2006. Yayasan Bina Pustaka

5. Prosedur
6. Langkah- Penatalaksanaan konservatif pre-eklampsia ringan
langkah  Rawat inap di rumah sakit
 Bedrest dengan menurunkan aktifitas fisik
 Sering melakukan pengukuran TD (setiap empat jam kecuali tengah
malam dan pagi hari)
 Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan protein dalam urin (untuk
diecaluasi setiap dua hari), hematokrit, hitung trombosit, kadar
kreatinin, urat dan fungsi hati (untuk dievaluasi dua kali seminggu)
 Evaluasi janin dengan USG (pada saat masuk rumah sakit dan
setelah itu, dua minggu sekali)
 Keadaan janin dengan profil biofisika (NST dan indeks cairan
ketuban dua kali seminggu)
 Pemberian anti hipertensi metil dopa dan nifedipin bila diastolik
> 90. Hindari pemberian diuretik.
 Lahirkan bayi jika kandungan pasien telah cukup umur atau ketika
terdapat tanda-tanda ketidak stabilan ibu atau janin.
Pre-eklampsia berat
Profilaksis kejang
 MgSO4 intravena diberikan selama persalinan dan selama evaluasi
awal pasien
 MgSO4 digunakan untuk menghentikan atau mencegah konvulsi
tanpa menyebabkan depresi SSP baik ibu dan janin dan tidak boleh
diberikan untuk anti hipertensi
 Dosis awal pemberian MgSO4 40 % 4 gram/Intra Vena (Bolus)
diencerkan dalam 10cc aquadest dengan spuit 20 cc, diberikan
dalam 5 sampai 10 menit.
 Dosis pemeliharaan Drip MgSO4 40% 6gr dalam cairan RL 28 tpm dan
dilanjutkan 24 jam setelah persalinan atau setelah konvulsi terakhir.
 Nifedipine 3 x 10 mg, pantau TD, jika TD ≥ 110 mmHg, beri
nifedipine 10 mg /
 Pasang Dawer kateter.

HIPERTENSI, PREEKLAMPSI / EKLAMPSI

No. Dokumen : SOP/ADMEN/RI/2018


PUSKESMAS No. Revisi : H. L a s a d a
ATARI JAYA SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/6

 MgSO4 harus selalu diberikan dengan metode infus terkendali atau


pantau untuk mencegah overdosis yang dapat bersifat lethal.
 Keracunan MgSO4 dihindari dengan memastikan bahwa sebelum
pemberian setiap dosis pasien memiliki:
 Output urine tidak kurang dari 30 cc/jam
 Refleks patella yang terjaga
 Kecepatan pernafasan > 12/menit
 Ca glukonas harus tersedia bila terjadi toksisitas (gram / intravena)
yang disuntikkan selama beberapa menit diberikan Terapi anti
hipertensi
 Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan > 140/90 karena tekanan
yang lebih rendah akan mnurunkan perfusi utero plasenta.
 Obat yang umum dipakai selama kehamilan
 Nifedipine
 Menghambat kanal kalsium terutama efektif untuk periode pasca
persalinan.
 10-20 mg setiap 6-8 jam
 Pemberian sublingual tidak boleh diberikan karena efek
vasodilator paten yang dimilikinya.
 Efek samping mencakup sakit kepala, aliran udara panas dan
berdebar-debar..
 Labetalol atau atenolol
 Antagonis campuran alpha dan beta dosis 3-4 x 50 mg/hari
 10-20 mg bolusintravena yang dapat diulang setiap dosis 10
menit sampai dosis max 300 mg, alternatif lain infus labetalol
tanpa berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat digunakan dan
dititrasi sesuai kebutuhan.
Terminasi kehamilan / cara persalinan
Jika ibu tidak dalam proses bersalin, periksa cervix. Jika servix dalam
kondisi yang matang untuk induksi mulailah induksi persalinan
 Jika pasien dalam kondisi bersalin dan terdapat kemajuan yang
memadai di tinjau dari partograf dan tidak terdapat komplikasi janin
atau ibu, lanjutkan percobaan persalinan pervaginam dengan
pemantauan ibu atau janin yang ketat.
 Jika terdapat kondisi obstetrik persalinan dengan cara sesar
lakukan prosedur sejak awal.
Penatalaksaan Komplikasi Organ Akhir
Sindrom HELLP
 Lahirkan bayi tanpa memandang usia kehamilan
 Penggantian dengan pertukaran plasma atau kortikosteroid dosis
tinggi (deksametason 12 mg/12 jam / IV sampai hitung trombosit
mencapai 100.000/mm3 dan kemudian 5 mg/ IV setiap 2 jam untuk
dua dosis selanjutnya) dapat mempercepat penyembuhan penyakit.
Consumption coagulopathy

HIPERTENSI, PREEKLAMPSI / EKLAMPSI

UPTD No. Dokumen : SOP/ADMEN/RI/2018


PUSKESMAS H. L a s a d a
No. Revisi :
ATARI JAYA SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 4/6
 Faktor-faktor pembekuan darah (trombosit, FFP) hanya diberikan
jika terdapat tanda-tanda perdarahan secara klinis.
 Kriopresipitat dan Dextran hanya diberikan jika terdapat
hipovolemia.
 Trombositopenia dan koagulopati yang jelas merupakan
kontraindikasi untuk anestesia lokal.
Perdarahan intrakranial
 Presentasi umumnya adalah sakit kepala yang parah pada pasien
pasca persalinan yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.
 Padukan asuha obstetrik dan neurologis di rumah sakit tersier
 Terapi harus mencakup kontrol TD dan pencegahan kejang
Hematoma subkapsuler
 Dicurigai pada pasien dengan nyeri epigastrik, perubahan perilaku
seperti iritasi perinatal dan hepatomegali.
USG atau CT-scan hati dapat digunakan sebagai alat diagnostik.
 Batasi pemberian cairan intravena (lk 1500ml/24 jam) kecuali
kehilangan darah yang sangat banyak.
 Koreksi hipoksia dan asidosis
 Observasi ketat:
 Setiap 30 menit, periksa denyut nadi, TD dan kecepatan
pernafasan.
 Buat status cairan yang memantau asupan cairan dan output
urin melalui kateter yang telah dipasang.
 Setiap 24 jam periksa DPL (darah perifer lengkap) termasuk
trombosit, urea darah, kreatinin dan enzim hati.
 Nilai koagulopati dengan profil koagulasi pada saat pasien
masuk untuk dirawat: waktu protrombin (PT), waktu
tromboplastin parsial (PTT), produk penguraian fibrinogen dan
fibrin (FDP).
 Pada kasus resisten ketika kejang eklamptik tidak berhenti
meskipun diberi regimen panatalaksanaan pre-eklampsia berat,
berikan 2 gr/jam MgSO4 melalui tetesan IV lambat. Periksa kadar
MgSO4 dalam darah sebelum pemberian dosis dan pada kaus-
kasus resisten untuk menurunkan kejadian terjadinya keracunan.
Selain itu, agen kedua mungkin diperlukan (misalnya diazepam
atau fenobarbital).
 Dosis tambahan 2 gr MgSO4 dapat ditambahkan satu kali pada
dosis jaga jika kejang terjadi meskipun pasien telah menerima dosis
jaga MgSO4.
 Diazepam (10 mg IV) dapat digunakan satu kali, atau fenobarbital
(125 mg IV) dapat digunakan satu kali.
 Jika kejang terjadi meskipun telah diberi dosis jaga MgSO4, CT
scan harus dilakukan.
 Jika penurunan pernafasan terjadi, pasien harus dimasukkan ke
ICU dan diventilasi setelah gas darah pasien dan kadar pH darah
diukur.
Hipertensi Kronis dalam Kehamilan
Pengobatan anti hipertensi yang mencakup salah satu dari berikut ini:

HIPERTENSI, PREEKLAMPSI / EKLAMPSI

PUSKESMAS No. Dokumen : SOP/ADMEN/RI/2018 H. L a s a d a


ATARI JAYA
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 5/6

 Alfa metildopa (obat yang bereaksi pada SSP) . Dosis 1-3 gr/hari.
 Atenolol atau labetalol (beta bloker). Dosis:
 Atenolol 50 mg dosis awal; dapat ditingkatkan hingga 200
mg/hari sekali sehari.
 Abetalol 200-2000 mg/hari.
 Nifedipin
 Blocker kanal kalsium. Dosis 30-90 mg/hari per oral
 Diuretik tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
 Inhibitor enzim yang mengubah angiotensin merupakan
kontraindikasi dalam kehamilan.

Terminasi dilakukan jika:


 Kematangan janin telah tercapai.
 Gawat janin dan IUGR parah.
 Komplikasi tambahan terjadi (pre-eklampsia berat, solutio plasenta)

Asuhan bayi baru lahir


Mungkin akan menderita IUGR dan terkena masalah-masalah seperti:
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Kelainan bawaan

Penatalaksanaan pertolongan pertama


 Resusitasi bayi baru lahir sesuai prosedur
 Suhu lingkungan harus hangat
 Periksa kadar glukosa BBL dengan strip glukosa dalam waktu satu
jam pertama untuk menyisihkan kemungkinan hipoglikemia
 Tanda-tanda hipoglikemia
 Letargi, pengisapan yang buruk, hipotermia, gawat nafas atau
apnea, sianosis, gemetar, kejang.
 Glukosa darah < 40 mg/dL.

HIPERTENSI, PREEKLAMPSI / EKLAMPSI

PUSKESMAS No. Dokumen : SOP/ADMEN/RI/.2018 H. L a s a d a


ATARI JAYA
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 6/6
7. Bagan Alir

8. Hal yang
perlu di
perhatikan
9. Unit Rekam medis,UGD,Ruang bersalin
Terkait
10. Dokumen Rekam medis,buku status pasien
terkait
11.Rekaman No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Historis diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai