Anda di halaman 1dari 22

Clinical Pathway dan PPK Obstetri dan Ginekologi

Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012 terdapat 4 level atau
tingkat kemampuan
1. Tingkat kemampuan 1 mengenali dan menjelaskan artinya mampu mengenali dan
menjelaskan gambaran klinik penyakit , dan mengetahui cara yang tepat untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
2. Tingkat Kemampuan 2 mendiagnosis dan merujuk. Mampu membuat diagnosis klinik
terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya.
3. Tingkat kemampuan 3 mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal dan merujuk.
a. 3A. Bukan gawat daruat : Mampu membuat diagnosis klinik dan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
b. 3B. Gawat darurat : Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelematkan nyawa atau
mencegah keparahan dan atau kecelakaan pada pasien. Mampu melakukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien.
4. Tingkat kemampuan 4 : mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas.
Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas
4A . Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B . Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB).

Daftar Gangguan/Penyakit Obstetri Ginekologi


PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI GINEKOLOGI
RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)
Preeklamsi
1 Pengertian (Definisi) Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuri akibat kehamilan, setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Dibedakan :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu
hamil yang sudah

ditemukan sebelum kehamilan atau yang


ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu
pasca persalinan.

2. Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi


kronis adalah timbulnya preeklamsi atau eklamsi
pada pasien hipertensi kronik.

3. Hipertensi gestasional adalah timbulnya


hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang
tekanan darah sebelumnya normal dan tidak
mempunyai gejala-gejala hipertensi kronik atau
preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri).
Gejala ini akan hilang dalam waktu < 12 minggu
pascasalin.

2. Anamnesis 1. Umur kehamilan > 20 minggu


2. Hipertensi
3. Tidak ada kejang, penurunan kesadaran,
penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, nyeri ulu
hati.
3. Pemeriksaan Fisik Preeklamsi ringan:
Diagnosis preeklamsi ringan didasarkan atas
timbulnya hipertensi (sistolik antara 140-<160
mmHg dan diastolik antara 90-<110 mmHg)
disertai proteinuri (> 300 mg/24 jam, atau 1+
dipstick). Preeklamsi berat :
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini
preeklamsi digolongkan berat.

 Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau


tekanan darah diastolik > 110 mmHg.

 Proteinuri > 2 g/24 jam atau > 2 + dalam


pemeriksaan kualitatif (dipstick)

 Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguri


(< 400 ml/ 24 jam)

3
 Trombosit < 100.000/mm

 Angiolisis mikroangiopati (peningkatan


kadar LDH)

 Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan


SGPT)

 Sakit kepala yang menetap atau gangguan


visus dan serebral

 Nyeri epigastrium yang menetap

 Pertumbuhan janin terhambat

 Edema paru disertai sianosis

 Adanya "the HELLP Syndrome" (H :


Hemolysis; EL : Elevated liver enzymes;
LP : Low Platelet count)

4.Kriteria Diagnosis Hipertensi, Proteinuria setelah usia kehamilan 20


minggu
5.Diagnosis Kerja Preeklamsia
6.Diagnosis Banding Hipertensi Menahun, Kelainan Ginjal
7.Pemeriksaan Penunjang Urine Lengkap , Hb, Ht, Leukosit, Trombosit,
Na,K,Cl,Ca, Glukosa, Urea N, Kreatinin, SGOT,
SGPT, AGD, AU , Foto Rontgen, USG
8. Tata laksana Tujuan utama perawatan : Mencegah kejang,
perdarahan intracranial, mencegah gangguan
fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat

Preeklamsi ringan
Rawat inap. Istirahat (tirah baring/tidur miring
kekiri).
Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan proteinuri
setiap hari.
Dapat dipertimbangkan pemberian suplementasi
obat-obatan antioksidan atau anti agregasi
trombosit.
Roboransia.
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien
dipulangkan dengan nasihat untuk istirahat dan
diberi penjelasan mengenai tanda-tanda
preeklamsi berat. Kontrol 2 kali seminggu. Bila
tekanan diastolik naik lagi, dirawat kembali.
Jika tekanan diastolik naik dan disertai dengan
tanda-tanda preeklamsi berat, dikelola sebagai
preeklamsi berat.
Bila umur kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan
terminasi kehamilan.
Persalinan dapat dilakukan secara spontan.
Preeklamsi Berat
Rawat bersama dengan Departemen yang terkait
(Penyakit Dalam, Penyakit Saraf, Mata,
Anestesi,dll).

A. Perawatan aktif

a. Indikasi; bila didapatkan satu/lebih keadaan di


bawah ini: Ibu:

 kehamilan > 37 minggu

 adanya gejala impending eklamsi Janin:

 adanya tanda-tanda gawat janin

 adanya tanda-tanda IUGR Laboratorik:

 adanya HELLP syndrome

B. Pengobatanmedisinal

 Infus larutan ringer laktat  Pemberian


obat: MgSO4

Cara pemberian MgSO4 :

 Pemberian melalui intravena secara


kontinyu (infus dengan

infusion pump):

a.Dosis awal :

4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40 %)


dilarutkan kedalam 100 cc ringer lactat,
diberikan selama 15-20 menit.

 Dosis pemeliharaan :
10 gram dalam 500 cc cairan RL,
diberikan dengan kecepatan 1-2 gram/jam
(20-30 tetes per menit)

 Pemberian melalui intramuskuler secara


berkala :

o Dosis awal :

4 gram MgSO4 (20 cc MgSO4 20


%) diberikan secara

IV dengan kecepatan 1 gram/menit.

o Dosis pemeliharaan:

Selanjutnya diberikan MgSO4 4


gram (10 cc MgSO4 40%) IM
setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc
lidokain 2% pada setiap pemberian
IM untuk mengurangi perasaan
nyeri dan panas.

 Syarat-syarat pemberian MgSO4


o Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu
kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)
diberikan IV dalam waktu 3-5 menit.
o Refleks patella (+) kuat
o Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit
o Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya
(0,5 cc/kg bb/jam)
 Sulfas magnesikus dihentikan bila:

-Ada tanda-tanda intoksikasi


-Setelah 24 jam pasca salin
-Dalam 6 jam pasca salin sudah terjadi perbaikan
tekanan darah (normotensif)

 Diuretikum tidak diberikan kecuali bila


ada

o   edem paru

o   payah jantung kongestif


o   edem anasarka

 Antihipertensi diberikan bila:

a. Tekanan darah:

   Sistolik > 180 mmHg

   Diastolik > 110 mmHg

b. Obat-obat antihipertensi yang diberikan :

Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5


mg IV. pelan-pelan selama 5 menit. Dosis dapat
diulang dalam waktu 15-20 menit sampai tercapai
tekanan darah yang diinginkan

Apabila hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :

   Nifedipin: 10 mg, dan dapat diulangi


setiap 30 menit (maksimal 120 mg/24 jam)
sampai terjadi penurunan

tekanan darah.

   Labetalol 10 mg IV. Apabila belum


terjadi

penurunan tekanan darah, maka dapat


diulangi pemberian 20 mg setelah 10
menit, 40 mg pada 10 menit berikutnya,
diulangi 40 mg setelah 10 menit kemudian,
dan sampai 80 mg pada 10 menit
berikutnya.

   Bila tidak tersedia, maka dapat


diberikan: Klonidin 1 ampul dilarutkan
dalam 10 cc larutan garam faal atau air
untuk suntikan. Disuntikan mula-mula 5cc
IV perlahan-lahan selama 5 menit. Lima
menit kemudian tekanan darah diukur, bila
belum ada penurunan maka diberikan lagi
sisanya 5 cc IV. selama 5 menit. Kemudian
diikuti dengan pemberian secara tetes
sebanyak 7 ampul dalam 500 cc dextrose
5% atau Martos 10. Jumlah tetesan dititrasi
untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan, yaitu penurunan Mean Arterial
Pressure (MAP) sebanyak 20% dari awal.
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan
setiap 10 menit sampai tercapai tekanan
darah yang diinginkan, kemudian setiap
jam sampai tekanan darah stabil.

 Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila
ada tanda-tanda payah jantung. Jenis
kardiotonika yang diberikan: Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub
Bagian Penyakit Jantung

 Lain-lain

o Obat-obat antipiretik

Diberikan bila suhu rektal di atas


38,5 °C.
Dapat dibantu dengan pemberian
kompres dingin atau alkohol

o Antibiotika
Diberikan atas indikasi

o Antinyeri
Bila pasien gelisah karena
kontraksi rahim dapat diberikan
petidin HCl 50-75 mg sekali saja

C. Pengelolaan Obstetrik

Cara terminasi kehamilan Belum inpartu :

1. Induksi persalinan :
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat
skor Bishop > 6

2. Seksio sesarea, bila :

a. Syarat tetes oksitosin tidak


dipenuhi atau adanya kontra
indikasi tetes oksitosin.

b. 8 jam sejak dimulainya tetes


oksitosin belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan
untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesarea.

Sudah inpartu : Kala I

Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan


syarat skor Bishop > 6.
Fase aktif:

1. Amniotomi

2. Bila his tidak adekuat, diberikan tetes


oksitosin.

3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi


pembukaan

lengkap, pertimbangkan seksio sesarea.

Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan


sekurang- kurangnya 15 menit setelah pemberian
pengobatan medisinal.

Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II
diselesaikan dengan partus buatan

D. Pengelolaan konservatif

1. Indikasi :
Kehamilan preterm (< 37 minggu) tanpa
disertai tanda-tanda impending eklamsi dengan
keadaan janin baik

2. Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan
secara aktif. Hanya dosis awal MgSO4 tidak
diberikan IV cukup IM saja.(MgSO4 40%, 8
gram IM). Pemberian MgSO4 dihentikan bila
sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi ringan,
selambat- lambatnya dalam waktu 24 jam.

3. Pengelolaan obstetrik

a. Selama perawatan konservatif, tindakan


observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes
tanpa kontraksi dan USG untuk memantau
kesejahteraan janin

b. Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada


perbaikan maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medisinal
dan diterminasi. Cara terminasi sesuai
dengan pengelolaan aktif

c. Penyulit :

d. Konsultasi

e. Perawatan Rumah Sakit

f. Terapi

g. Izin Tindakahan : Seksio sesarea, esktraksi


forceps, embryotomy

h. Lama perawatan

9.Edukasi (Hospital Health Promotion)


10.Prognosis
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo

RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)


Abortus Insipiens
1 Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20
minggu (berat janin <500gram) atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi


secara spontan tanpa penyebab yang jelas
(miscarriage)

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat


intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus).

Abortus Insipiens, abortus yang sedang


mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar da ostium uteri telah membuka, akan
tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran.

2. Anamnesis Penderita akan merasa mulas karena perdarahan


dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi rahim
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dalam :
Besar uterus masih sesuai umur kehamilan
Ostium uteri terbuka
Buah kehamilan masih dalam Rahim
4.Kriteria Diagnosis Bila ditemukan gejala sesuai dengan anamnesis
dan didapatkan sesuai dengan pemeriksaan fisik
-Perdarahan dari jalan lahir semakin bertambah
sesuai pembukaan serviks
-Nyeri perut
-Ostium uteri terbuka
5.Diagnosis Kerja Abortus Insipiens
6.Diagnosis Banding Abortus imminens, abortus inkomplit, abortus
komplit
7.Pemeriksaan Penunjang USG :
Pembesaran uterus yang masih sesuai dengan
umur kehamilan
Gerak janin, gerak jantung masih jelas walau
mungkin sudah mulai tidak normal
Biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya
Perhatikan jika ada pelepasan plasenta dari
dinding uterus
8. Tata laksana Pengelolaan keadaan umum pasien dan stabilkan
hemodinamik

Kemudian evakuasi /pengeluaran hasil konsepsi


disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak

Pada usia >12minggu tindakan evakuasi dan


kuretase harus dilakukan hati-hati jika perlu
lakukan evakuasi dengan cara digital kemudian
disusul dengan kuretase sambil diberikan
uterotonika

Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum,


pemberian uterotonika dan antibiotic profilaksis

9.Edukasi (Hospital Health Promotion)


10.Prognosis
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo

RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)


Abortus Imiminens
1 Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20
minggu (berat janin <500gram) atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi


secara spontan tanpa penyebab yang jelas
(miscarriage)

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat


intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus).

Abortus Imminens adalah abortus mengancam,


ditandai oleh perdarahan bercak dari jalan lahir,
dapat disertai nyeri perut bawah yang ringan ,
buah kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.

2. Anamnesis 1. Perdarahan sedikit dari jalan lahir


2. Nyeri perut tidak ada atau ringan
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dalam :
Fluksus sedikit
Ostium uteri tertutup
4.Kriteria Diagnosis Bila ditemukan gejala sesuai dengan anamnesis
dan didapatkan sesuai dengan pemeriksaan fisik
-Perdarahan sedikit dari jalan lahir
-Nyeri perut tidak ada atau ringan
-Fluksus sedikit
-Ostium uteri tertutup
5.Diagnosis Kerja Abortus Imminens
6.Diagnosis Banding Abortus insipient, abortus inkomplit, abortus
komplit
7.Pemeriksaan Penunjang USG dilihat pertumbuhan ukuran biometri janin
apakah sesuai dengan HPHT .
USG dilihat hasilnya dapat ditemukan :
a. Buah kehamilan masih utuh, ada tanda
kehidupan janin

b. Meragukan (kantong kehamilan masih utuh,


pulsasi jantung janin belum jelas)
c. Buah kehamilan tidak baik : janin mati

Dalam pemeriksaan USG jangan lupa untuk


meminta pasien menahan kencing terlebih dahulu
untuk mendapatkan acoustic window yang baik
agar rincian hasil USG dapat jelas.
8. Tata laksana Penderita diminta untuk tirah baring sampai
perdarahan berhenti

Bisa diberikan spasmolitik agar uterus tidak


berkontraksi atau diberi tambahan hormone
progesterone atau derivatnya.
9.Edukasi (Hospital Health Promotion) Tirah baring

Tidak boleh berhubungan seksual sampai kurang


lebih 2 minggu
10.Prognosis Dilakukan pemeriksaan urin HCG jika positif
maka prognosisnya adalah baik. Namun jika hasil
negatif maka prognosisnya dubia ad malam.
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo

RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)


Abortus Komplit
1 Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20
minggu (berat janin <500gram) atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi


secara spontan tanpa penyebab yang jelas
(miscarriage)

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat


intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus).

Abortus Komplit, seluruh hasil konsepsi telah


keluar dari kavum uteri
2. Anamnesis 1. Perdarahan sedikit
2. Pernah keluar buah kehamilan
3. Pemeriksaan Fisik Besar uterus tidak sesuai umur kehamilan
Ostium uteri tertutup
4.Kriteria Diagnosis Bila ditemukan gejala sesuai dengan anamnesis
dan didapatkan sesuai dengan pemeriksaan fisik
-Perdarahan sedikit
-Pernah keluar buah kehamilan
-Ostium uteri tertutup
5.Diagnosis Kerja Abortus Komplit
6.Diagnosis Banding Abortus insipient, abortus imminens, abortus
inkomplit
7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan USG tidak diperlukan jika
pemeriksaan klinis sudah memadai
Pada pemeriksaan urin biasanya masih positif
sampai 7–10 hari pasca abortus
8. Tata laksana Pengelolaan pasien tidak memerlukan tindakah
khusus.
Biasanya hanya roboransia dan hematenik bila
memerlukan
Dapat diberikan antibiotika selama 3 hari
Tablet tambah darah
9.Edukasi (Hospital Health Promotion)
10.Prognosis
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo
RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)
Abortus Inkomplit
1 Pengertian (Definisi) Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan <20
minggu (berat janin <500gram) atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi


secara spontan tanpa penyebab yang jelas
(miscarriage)

Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat


intervensi tertentu yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan (pengguguran,
aborsi, abortus provokatus).

Abortus Inkomplit, Sebagian hasil konsepsi telah


keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal

2. Anamnesis 1. Perdarahan sedikit atau banyak dari jalan lahir


terus menerus
2. Pasien dapat dalam keadaan anemia atau syok
hemoragik
3. Pemeriksaan Fisik Besar uterus lebih kecil dari umur kehamilan
Kanalis servikalis terbuka
Teraba jaringan dalam kavum uteri
Menonojol pada ostium uteri eksternum
4.Kriteria Diagnosis Bila ditemukan gejala sesuai dengan anamnesis
dan didapatkan sesuai dengan pemeriksaan fisik
-Perdarahan sedikit atau banyak terus menerus
-Pasien anemia dapat terjadi syok hemoragik
-Ostium uteri terbuka
-Teraba sisa jaringan buah kehamilan
5.Diagnosis Kerja Abortus Inkomplit
6.Diagnosis Banding Abortus insipient, abortus imminens, abortus
komplit
7.Pemeriksaan Penunjang Hematologi Lengkap
USG dapat dilakukan bila kita ragu dengan
diagnose klinis
-besar uterus sudah lebih kecil dari umur
kehamilan
-kantong gestasi sudah sulit dikenali
-kavum uteri tampak masa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan
8. Tata laksana Bila ada syok, atasi dahulu syok (perbaiki keadaan
umum)
Jika terjadi perdarahan hebat, segera keluarkan
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan
Selanjutnya dilakukan kuretasi
Transfusi bila Hb <8
Uterotonika (metilergometrin 3x 0,125mg)
Antibiotika spektrum luas selama 3 hari

9.Edukasi (Hospital Health Promotion)


10.Prognosis
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo

RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)


Hiperemesis Gravidarum
1 Pengertian (Definisi) Muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai
umur kehamilan 20 minggu
2. Anamnesis Muntah hebat, dimana apa yang dimakan atau
diminum dimuntahkan. Dapat mengganggu
pekerjaan sehari – hari

3. Pemeriksaan Fisik BB menurun


Nyeri Epigastrium
Dehidrasi
Level 1 : Nadi meningkat hingga 100x/menit,
tekanan darah sistolik menuru, mata cekung, lidah
kering, turgor berkurang, muntah makanan, lender
empedu, darah , pengeluaran urin sedikit tapi
masih normal
Level 2 : Gejala lebih berat, segala yang dimakan,
dimuntahkan, nadi cepat 100-140x/menit, haus
hebat, suhu sebfebril, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah
kotor, kadang icterus, aseton, bilirubin dalam urin
dan berat badan cepat menurun
Level 3 : Gangguan kesadaran (delirium-koma) ,
muntah berkurang atau berhenti, dapat terjadi
icterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria dalam urin.
4.Kriteria Diagnosis  Amenore yang disertai muntah hebat,
pekerjaan sehari-hari terganggu
 Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit,
tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebrile dan gangguan kesadaran (apatis-
koma)
 Fisik : dehidrasi, kulit pucat, icterus, sianosis,
berat badan menurun, pada VT uterus besar
sesuai sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks
berwarna biru (livide)
 Pemeriksaan USG : mengetahui kondisi
kehamilan, kemungkinan adanya kembar atau
kehamilan molahidatidosa
 Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin
dan hematokrit, benda keton, dan proteinuria,

5.Diagnosis Kerja Hiperemesis Gravidarum


6.Diagnosis Banding Emesis Gravidarum
7.Pemeriksaan Penunjang Hematologi Lengkap
Urine lengkap
Elektrolit (Na,K,Cl)
8. Tata laksana Untuk keluhan hiperemsis berat dapat dirawat di
RS
 Stop makanan per oral 24-48 jam
 Infus glukosa D10% atau 5% : RL = 2 :1 , 40
tetes per menit
 Obat
- Vitamin B1,B2 dan B6 masing-masing 50-
100mg/hari/infus
- Vitamin B12 200mcg/hari/infus, vitamin c
200mg/hari/infus
- Antiemetik : mediamer B6, 3x1 per oral
 Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
- Diet hiperemsis I diberikan pada hyperemesis
tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan 1 – 2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurag mengandung zat gizi,
kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari
-Diet hiperemsis II diberikan bila rasa mual
dan muntah berkurang .
-Diet hyperemesis III diberikan kepada
penderita dengan hyperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium
 Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalaha normal salin (NaCl
0,9%). Cairan dextrose tidak boleh diberikan
karena tidak mengandung sodium yang cukup
untuk mengoreksi hyponatremia. Suplemen
potassium boleh diberikan secara intravena
sebagai tambahan. Suplemen vitamin diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100mg
dilarutkan ke dalam 100 cc NacCl. Urine
output juga harus dimonitor dan perlu
dilakukan pemeriksaan dipstick untuk
mengetahui terjadinya ketonuria
 Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan
menggunakan antagonis (metoklopramid,
domperidon) antikolinergik (disiklomin) atau
antihistamin H1-reseptor antagonis
(prometazin, siklizin). Namun bila masih tetap
tidak memberikan respons, dapat juga
digunakan kombinasi kortikosteroid dengan
reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-
HT3), (ondansentron, sisaprid)
9.Edukasi (Hospital Health Promotion)
10.Prognosis
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo
RSU GMIM KALOORAN AMURANG Panduan Praktik Klinis (PPK)
Kanker Serviks
1 Pengertian (Definisi) Keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus,
berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteru eksternum

Stadium Kanker Serviks menurut FIGO 2000:

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma


intraeptelial

stadium 1 Karsinoma masih terbatas di serviks


(penyerbaran ke korpus uteri diabaikan)

stadium 1A Invasi kanker ke stroma hanya dapat


didiagnosis secara mikroskopik. Lesi yang dapat
dilihat secara makroskopik walau dengan invasi
yang superfisial dikelompokkan pada sradium 1B

1A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak


lebih dari 3.0mm dan lebar horizontal lesi tidak
lebih dari 7mm

1A2 Invasi ke stroma lebih dari 3mm tapi kurang


dari 5mm dan perluasan horizontal tidak lebih dari
7 mm

Stadium 1B Lesi yang tampak terbatas pada


serviks atau secara mikroskopik lebih lebih dari
stadium 1A2

1B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4cm dari


dimensi terbesar

1B2 Lesi yang tampak lebih dari 4cm dari dimensi


terbesar

Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus,


tetapi belum mengenai dinding panggul atau
sepertiga distal/bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium

IIB Sudah menginvasi parametrium


Stadium III Tumor telah meluas ke dinding
panggul dan/atau mengenai sepertiga bawah
vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau
tidak berfungsinya ginjal

IIIA Tumot telah meluas ke sepetiga bawah


vagina dan tidak invasi ke parametrium tidak
sampai dinding panggul

IIIB Tumot telah meluas ke dinding panggul


dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal

Stadium IV Tumor meluas ke luar dari organ


reproduksi

IVA Tumor mengivasi ke mukosa kandung kemih


atau rectum dan/atau ke luar rongga panggul
minor

IVB Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi


stroma dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari
membrana basalis epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi
kanker serviks.
2. Anamnesis Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala.
Bila telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum
adalah perdarahan (contact bleeding, perdarahan saat
berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut,
gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang atau perut
bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah
lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau
anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi
tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula
vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.
3. Pemeriksaan Fisik - Perdarahan dari jalan lahir
- Keputihan
- Nyeri pinggang
- Nyeri perut bagian bawah
4.Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan atas atas dasar
anamnesis, pemeriksaan klinik.
Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi,
kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi,
rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks
dan bone scan, CT scan atau MRI, PET
scan
5.Diagnosis Kerja Kanker Serviks
6.Diagnosis Banding Adenokarsinoma Endometrial

Polip Endoservikal

Chlamydia trachomatis atau IMS lainnya pada


wanita dengan : Keluhan perdarahan vagina, duh
vagina serosanguinosa, nyeri pelvis . Serviks yang
meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama
setelah berhubungan seksual)
7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi
serviks, sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto toraks
dan bone scan , CT scan atau MRI, PET scan. Kecurigaan
metastasis ke kandung kemih atau rektum harus
dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan
amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik.
Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan
hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih

Tes darah tepi, fungsi ginjal, dan fungsi hati


8. Tata laksana Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, sesuai dengan kemampuan sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana
terbatas dapat dilakukan program skrining atau deteksi dini
dengan tes IVA. Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan
dengan cara single visit approach atau see and treat
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka
selanjutnya dapat dilakukan pengobatan sederhana dengan
krioterapi oleh dokter umum atau bidan yang sudah terlatih.

Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil


abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik
dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka
dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the
Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun sekaligus terapeutik.

Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan,


maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau
histerektomi total.

Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :


 LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion),
dilakukan LEEP dan observasi 1 tahun.
 HSIL(high grade squamous intraepithelial lesion),
dilakukan LEEP dan observasi 6 bulan

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:


1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain:
krioterapi dengan N2O dan CO2, elektrokauter,
elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk
destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi
prakanker yang kemudian pada fase
penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.

Pembedahan
Tindakah pembedahan dapat dilakukan pada
kanker serviks sampai stadium IIA dan dengan
hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi
mempunyai keunggulan dapat meninggalkan
ovarium pada pasien usia pramenopause. Kanker
serviks dengan diameter lebih dari 4cm menurut
beberapa peneliti lebih baik diobat dengan
kemoradiasi daripada operasi .

Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua
stadium, terutama mulai stadium II B sampai IV
atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil
tetapi tidak merupakan kandidat untuk
pembedahan.

Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan
radio-kemoterapi ajuvan atau untuk terapi paliatif
pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif
adalah Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai
aktivitas yang sama dengan Cisplatin. Jenis
kemoterapi lainnya yang mempunyai aktivitas
yang dimanfaatkan dalam terapi adalah Ifosfamid
dan Paclitaxel

9.Edukasi (Hospital Health Promotion)


10.Prognosis Faktor utama yang menimbulkan residif termasuk
invasive limfo-vaskular, metastasis ke kelenjar
getah bening , kedalaman invasi stroma, batas
sayatan operasi, dan ukuran tumor. Jenis
karsionoma sel skuamosa dan adenokarsinoma
tidak berbeda prognosisnya. Faktor lain untuk
timbulnya residif termasuk ploidy DNA tumor dan
ekspresi onkogen khusus (HER2/neu)
11.Tingkat Evidens
12.Tingkat Rekomendasi
13.Penelaah Kritis
14.Indikator
15.Kepustakaan Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo

Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks

Pelayanan Nasional Pelayanan Kedokteran


Kemenkes RI – Komiter Penanggulangan Kanker
Nasional

Anda mungkin juga menyukai