Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK) Ditetapkan

OBSTETRI & GINEKOLOGI Direktur RSUD Lamaddukelleng

RSUD LAMADDUKELLENG

KABUPATEN WAJO
Dr. ANDI SARI DWI KARTINI W, S.Ked
PREEKLAMSIA & PREEKLAMSIA BERAT
Pangkat : Pembina
1. Definisi Preeklamsia adalah hipertensi yang terjadi pada
kehamilan diatas usiaNIP.
kehamilan
1984042120201001
minggu
019disertai
adanya gangguan organ.

2. Anamnesis 1. Usia kehamilan > 20 minggu s/d 12 minggu pasca


salin
2. Hipertensi
3. Tidak ada : kejang, penurunan kesadaran

3. Pemeriksaan Fisik & Kriteria Diagnosis 1. Preeklamsia


Diagnosis Preeklamsia didasarkan atas timbulnya
hipertensi (sistolik antara 140 - < 160 mmHg dan
diastolik antara 90 - < 110 mmHg) disertai
proteinuria ( ≥ 300 mg/24 jam, atau 1+ dipstick

2. Preeklamsia Berat
Bila terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini :
 Tekanan Darah sistolik ≥ 160 mmHg atau Tekanan
Darah diastolik ≥ 110 mmHg
 Proteinuria ≥ 2 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstick
 Trombosit < 100.000/mm3
 Gangguan ginjal : kreatinin serum > 1,1 mg/dl atau
didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum
pada kondisi tidak ada kelainan ginjal
 Gangguan liver : peningkatan fungsi hati 2 kalo
normal dan atau adanya nyeri di daerah
epigastrik/ regian kanan atas abdomen
 Edema Paru
 Gangguan neurologis : nyeri kepala, gangguan
visus
 Gangguan pertumbuhan janin : Oligohidramnion,
Fetal Growth Restriction (FGR) atau adanya absent
or reversed end diastolic velocity (ARDV)
 Angiolisis mikroangiopati (Peningkatan kadar LDH)
 Adanya “HELLP Syndrome” ( E : Hemolysis; EL :
Elevated Liver enzymes ; LP : Low Platelet count)

5. Diagnosis Kerja Preeklamsia atau Preeklamsia berat

6. Diagnosis Banding  Hipertensi Kronik adalah hipertensi pada ibu hamil


yang sudah ditemukan sebelum kehamilan atau yang
ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan

 Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi


pada kehamilan pada wanita yang tekanan darah
sebelumnya normal dan tidak ada gejala-gejala
hipertensi kronik atau preeklamsia/ ekmlamsia (tidak
disertai proteinuri). Gejala ini akan hilang dalam
waktu < 12 minggu pasca persalinan
7. Pemeriksaan Penunjang  Preeklamsia : urine lengkap
 Preeklamsia Berat
Pemeriksaan laboratirum : (bila tersedia sarana &
prasarana)
 Pemeriksaan Hb, Ht, lekosit, trombosit, Urine
Lengkap
 Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Ca dan Cl
 Pemeriksaan Glukosa darah
 Pemeriksaan fungsin hati : SGOT, SGPT
 Pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum , Kreatinin
 Analisa gas darah (jika diperlukan)
 Pemeriksaan USG
 Pemeriksaan Foto thorax (jika ada indikasi)

8. Penatalaksanaan 1. Preeklamsia
Lihat Algoritma (bagan)
2. Preeklamsia Berat
Rawat bersama dengan bagian yang terkait ( Penyakit
Dalam, Penyakit saraf, Mata, Anestesi, dll) jika ada
indikasi
A. Medikamentosa
 Infus laruran Ringer laktat
 Pemberian Obat

A.1 . Pemberian Magnesium Sulfat (MgSO4 )


Cara Pemberian MGSO4 :
a. Dosis Awal
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan
dalam 100 cc Ringer Laktat, diberikan selama
15-20 menit . (tetesan ± 50 tetes per menit)

b. Dosis Pemeliharaan
6 gram (15 cc MgSO4 40%) dalam 500 cc cairan
RL, diberikan dengan kecepatan 1 gram/ jam
(28 tetes per menit) selama 24 jam atau 24 jam
post partum.
 Syarat pemberian MgSO4
- Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu
kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc)
diberika i.v dalam waktu 3-5 menit
- Reflex patella (+) kuat
- Frekuensi pernapasan ≥ 16 kali per menit
- Produksi urin ≥ 30 cc dalam 1 jam
sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)

 Sulfas magnesikus dihentikan bila :


- Terdapat tanda-tanda intoksikasi
- Setelah 24 jam pascasalin
- Dalam 6 jam pascasalin sudah terjadi
perbaikan tekanan darah (normotensif)

A.2 . Anti Hipertensi


Diberikan terutama bila tekanan darah
mencapai :
 Sistolik ≥ 160 mmHg
 Diastolik ≥ 110 mmHg
Dapat diberikan (gawat darurat)
 Nipedipine : 10 mg per oral dan dapat
di ulang setiap 30 menit ( Maksimal
120 mg / 24 jam) sampai terjadi
penurunan MABP 20%. Selanjutnya
diberika dosis rumatan 3 x 10 mg (
tidak diperkenankan diberikan sub
lingual)
 Nikardipine diberikan bila tekanan
darah ≥ 180/110 mmHg atau hipertensi
emergensi dengan dosis 1 ampul 10
mg dalam laruran 50 cc per jam atau 2
ampul 10 mg dalam larutan 100 cc ,
tetes permenit mikro drips. Pelarut
yang tidak dapat di gunakan adlah
Ringer laktat dan Bikarbonat Natrikus
B. Pengelolaan Konservatif
1. Indikasi
Kehamilan preterm (< 34 minggu) tanpa di
sertai tanda-tanda impending eklamsia
dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan Medisinal
Sama dengan pengelolaan medisinalis secara
aktif. Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah
mencapai tanda-tanda preeklamsia,
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
3. Pengelolaan Obstetrik
 Selama perawatan konservatif, tindakan
observasi dan evaluasi sama seperti
perawatn aktif, termasuk pemeriksaan
USG untuk memanjau kesejahteraan
janin
 Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini di anggap
sebagai kegagalan perawatan
konservatif pengobatan medicinal dan
sangat dianjurkan untuk dilakukan
terminasi kehamilan.
Cara terminasi sesuai dengan
pengelolaan aktif.
 Penyulit :
Sindrome HELLP, gagal ginjal, gagal
jantung, edema paru, Kelainan
pembekuan darah
 Konsultasi
Disiplin Ilmu terkait ( Penyakit dalam,
Saraf, Mata, ICU)
C. Pengelolaan Aktif
Indikasi :
Bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah
ini:
 Ibu
- Kehamilan > 34 minggu ( dengan
kortikosteroid untuk pematangan paru
janin selama 2 hari telah diberikan dan
memberi tahu bagian perinatologi
sebelum pengakhiran kehamilan)
- Ada gejala impending eklamsia
- Gagal perawatan konservatif
 Janin
- Adanya tanda-tanda gawat janin
- Adanya tanda-tanda IUGR

 Laboratorik
- Adanya syndrome HELLP

D. Pengelolaan Obstetri
(Cara terminasi Kehamilan)
I. Gravida
1. Dilakukan Induksi Persalinan
Bila skor bishop ≥ 6 . Bila perlu dilakukan
pematanag servix dengan misoprostol.
Induk persalinan harus mencapai kala 2
dalam waktu 24 jam. Bila tidak tercapai,
induksi persalinan di anggap gagal, dan
harus di susul dengan seksio sesarea.
2. Indikasi Seksio Sesarea :
 Syarat persalinan pervaginam tidak
terpenuhi
 Terdapat kontraindikasi pervaginam
 Induksi persalinan gagal
 Terjadi gawat janin
 Kelainan letak
 Bila umur kehamilan < 34 minggu
II. Inpartu
1. Perjalanan persalinan sesuai partograf
2. Memperpendek kala II
3. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat
kegawatan ibu dan gawat janin
4. Bila skor bishop ≤ 6, direkomendasikan
tindakan seksio sesarea
5. Anestesi : disesuaikan dengan kemampuan
sarana kesehatan
Catatan :
- Pemerikaan dalam , amniotomi dan tetesan
oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit
setelah pemberian pengobatan medisinal.
- Kala II : diselesaikan dengan partus buatan (
ekstraksi vakum atau ekstraksi Forceps) kecuali bila
terdapat kontraindikasi.

Unit Terkait :
1. Bagian Penyakit dalam
2. ICU
3. Bagian Anestesi
4. Bagian mata
5. Bagian saraf

9. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan


(Hospital Health Promotion) penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, risiko dan
komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
5. Konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
6. Konseling ASI Eksklusif
7. Konseling & Pelayanan Kontrasepsi Pasca Persalinan
(KBPP)

10.Prognosis Dubia

11. Tingkat Evidens 1. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai terapi lini


pertama eklamsia
2. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai
profilakasis terhadap eklamsia pada pasien
preeklamsia berat
Level evidence I ,Rekomendasi A
3. Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada
pasien preeklamsia berat dibandingkan dengan
fenition atau diazepam untuk mencegah
kejang/eklamsia atau kejang berulang
Level evidence Ia, rekomendasi A
4. Dosis penuh baik intravena maupun intramuscular
magnesium sulfat direkomendasikan sebagai prevensi
dan terapi eklamsia
Level evidence II, Rekomendasi A

12.Tingkat Rekomendasi A

13.Penelaah Kritis SMF Bedah (Obgin)

14.Indikator Indikator outcome ibu


1. Keluhan berkurang
2. Tekanan darah terkontrol
3.Tidak terjadi komplikasi sekunder (misal stroke,
gagal ginjal, kardiovaskuler
4. Lama hari rawat : maksimal 6 hari
5. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
Indikator outcome bayi:
Terminasi kehamilan berdasarkan indikasi ibu

15.Kepustakaan 1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis


dan tata laksana pre-eklamsia, Perhimpunan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia, Himpunan Kedokteran Feto
Maternal , 2016
2. Panduan Praktik Klinik : Hipertensi dalam Kehamilan ,
Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia Cabang
Jawa barat, 2018
3. Adhi Pribadi ; Preeklamsia “Stoppable”, Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK Univ. Padjadjaran, RS
Hasan Sadikin , Bandung, 2019
BAGAN 1 : TATALAKSANA PREEKLAMSIA
BAGAN 2 : TATALAKSANA PREEKLAMSIA BERAT

PREEKLAMSIA PBERAT

 ≥ 34 Minggu  < 34 minggu


 Gawat janin  Gawat Janin (-)
 Syndrome Hellp  Sindrome Hellp (-)
 PJT  PJT (-)
 Gagal jantung
 Gangguan Ginjal

Konservatif

Aktif

MgSO4

R/ Antihipertensi

R/ Supportif

Kortiskosteroid

PTerminasi

< 34 minggu Perbaikan

Tidak membaik

Pervaginam Seksio Sesarera Rawat

≥ 34 minggu
Lampiran :

CLINICAL PATHWAY
OBSTETRI & GINEKOLOGI
RSUD LAMADDUKKELNG KAB.WAJO

PREEKLAMSIA BERAT
No. RM :

Nama Pasien BB Kg
Jenis kelamin TB Cm
Tanggal lahir Tgl.Masuk Jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar Jam
Penyakit Utama Kode ICD
Lama rawat hari
Penyakit Penyerta Kode ICD
Rencana Rawat
Komplikasi Kode ICD
R.Rawat/kelas /
Tindakan Kode ICD
Rujukan Ya/tidak
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD : Z71.3
HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASSESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASSESMEN AWAL MEDIS Dokter spesialis Pasien masuk melalui RJ
Dilanjutkan dengan
Kondisi umum, tingkat assesmen bio, psiko, sosial,
kesadaran, tanda-tanda vital, spiritual dan budaya
riwayat alergi, skrining gizi,
ASSESMEN AWAL KEBIDANAN nyeri, status fungsional: bartel
index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi
dan budaya.
2. LABORATORIUM Darah Rutin, Urin lengkap
Masa perdarahan
Masa Pembekuan
Golongan darah
Gula darah Sewaktu
Elektrolit
Fungsi ginjal (ureum/kreatinin)
Fungsi hati (SGOT/SGPT)
3. RADIOLOGI/IMAGING USG
EKG
4. KONSULTASI Anestesi Bila perlu
Penyakit Dalam Bila perlu
Saraf Bila Perlu
Mata Bila Perlu
5. ASSESMEN LANJUTAN
a. ASSESMEN MEDIS Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
Asesmen perkembangan harian
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
b. ASSESMEN KEBIDANAN Bidan Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift
c. ASSESMEN GIZI Tenaga Gizi Lihat risiko malnutrisi
(Nutrisionis/Dietisien) melalui skrining gizi dan
mengkaji data
antropometri,
biokimiaklinis, riwayat
makan termasuk alergi
makanan serta riwayat
personal. Asesmen
dilakukan dalam waktu 48
jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan
d. ASESMEN FARMASI Rekonsiliasi Obat intervensi farmasi yang
Pemantau terapi obat sesuai hasil Telaah dan
Monitoring Efek samping obat Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS Preeklamsia / Preeklamsia
berat
b . DIAGNOSIS GIZI Prediksi suboptimal asupan Sesuai dengan data
energi berkaitan rencana asesmen, kemungkinan
tindakan bedah/ operasi saja ada diagnosis lain atau
ditandai dengan asupan energi diagnosis berubah selama
lebih rendah dari kebutuhan (NI perawatan.
- 1.4)
Meningkatnya kebutuhan energi
dan protein berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan zat
gizi ditandai dengan habis
melahirkan, tindakan operasi
sectio, estimasi asupan lebih
rendah dari kebutuhan ( NI-5.1)
Jadwal kontrol Post Op Program pendidikan pasien
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi Kebutuhan di rumah dan keluarga
Indentifikasi pendukung
mobilisasi
Informasi pemberian obat
dirumah
8. EDUKASI TERINTEGRASI Mengisi Lembar informasi
dan Edukasi terintergrasi ,
diitanda tangani
Keluarga/Pasien
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
Rencana terapi asuhan berdasarkan
kebutuhan dan juga
Informed Consent
berdasarkan Discharge
Planning.
b. EDUKASI & KONSELING GIZI Diet pasca bedah sectio adalah
diet post partum/diet ibu Edukasi gizi dapat
menyusui tinggi energi dan dilakukan saat awal masuk
tinggi protein sesuai dengan pada hari 1 atau hari ke 2
kebutuhan
c. EDUKASI KEBIDANAN Penurunan kecemasan
Manajemen nyeri
Mobilisasi Post Operasi SC

Konseling Inisiasi Menyusui Dini

Konseling ASI Eksklusif

Konseling dan Pelayanan KBPP

Meningkatkan kepatuhan
d. EDUKASI FARMASI Informasi Obat
pasien
Konseling Obat meminum/menggunakan
obat
9. TATALAKSANA Oksigen 2-3L/i Jika perlu
a. TINDAKAN NON BEDAH/ Pemasangan infus
MEDIKAMENTOSA
Pemasangan folley kateter
menetap
Loading Dose : MgSO4 40% 4 gr Dilarutkan dalam 100 cc RL
(10 cc) selama 15-20 menit
Maintenance Dose : MgSO4 40% Tetesan : 28 tpm (dosis
6 gr (15 cc) dalam 500 cc RL MgSO4 40% 1 gr/ jam)
sampai 24 jam post partum
atau selama 24 jam
Nipedipin 10 mg tablet 3 X 10 mg, max 120 mg/24
jam,
Cefotaxim 1 gr/iv  Antibotik profilaksis
30-60 menit sebelum
operasi sc
 Lanjut 1 gr/12 jam/iv
sampai hari I post op
Cefadroksil 500 mg 2 x 500 mg
Metronidazol 500 mg 0,5 mg/ 8 jam/ iv sampai
hari I post op lanjut oral 3 x
500 mg
Analgetik Analgetik diberikan pada
hari I jika op sc dilakukan
hari I,

b.TATA LAKSANA BEDAH / Sectio Caesarea Tindakan section secareaa


MEDIS dilakukan sesuai indikasi
medis
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI Monitoring tanda-tanda vital
KEBIDANAN Pasang IV Line dengan RL
Pasang Kateter Urin
Monitor DJJ dan Gerakan Janin
Monitor Fetal (Antepartum)
Koordinasi Persiapan Operasi
Monitor Cairan
Manajemen Nyeri
Penurunan Kecemasan/Takut
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI Diet Tinggi EnergiTinggi Protein Bentuk makanan,
GIZI (Post Partum dan Post Sectio) kebutuhan zat gizi
disesuaikan dengan usia
dan kondisi klinis secara
bertahap
e. TATA LAKSANA NTERVENSI Rekomendasi kepada DPJP Menyusun Software
FARMASI interaksi

Dilanjutkan dengan
intervensi farmasi sesuai
hasil monitoring
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan
pasien
a. DOKTER DPJP Assesmen Ulang & Review
Verifikasi Rencana Asuhan
b. KEBIDANAN Monitoring TandaTanda Vital

Monitoring Perdarahan
Manajemen Cairan
Monitoring Fetal
Monitoring Nyeri
Monitoring Cemas
c. GIZI Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi
Monitoring Antropometri dan tanda gejala yang akan
dilihat kemajuannya
Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/klinis terkait Mengacu pada IDNT
gizi (International Dietetics &
Nutrition Terminology)
d. FARMASI Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software
Monitoring efek samping obat interaksi

Dilanjutkan dengan
Pemantauan Terapi Obat
intervensi farmasi sesuai
hasil monitoring
12. MOBILISASI / REHABILITASI Tahapan mobilisasi sesuai
a. MEDIS Program post op hari ke 2 kondisi pasien namun
sampai hari pulang dianjurkan mobilisasi dini
b. KEBIDANAN Mobilisasi dibantu/sebagian sejak 12 jam post operasi
Fisioterapi atas indikasi
c. FISIOTERAPI
medis
13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS Nyeri luka operasi terkontrol
dalam 3 hari
Mobilisasi bertahap dengan
pendamping
Luka operasi baik
Kontraksi uterus baik
Tidak ada perdarahan per
vaginam
Mobilisasi mandiri dengan
support
b. KEEBIDANAN Tanda-Tanda Vital dalam Batas Mengacu pada NOC
Normal Dilakukan dalam 3 shift
Cairan/hidrasi terpenuhi
Status Fetal dalam batas normal
Cemas/takut Terkontrol
Perawatan diri terpenuhi

c. GIZI Asupan makanan > 80% Status Gizi berdasarkan


Ketepatan Pemberian diet antropometri, biokimia,
fisik/ klinis
Ketepatan pemberian makan
d. FARMASI Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
Obat rasional hidup pasien
14. KRITERIA PULANG Keadaan Umum baik Status pasien/tanda vital
Tekanan darah terkontrol baik sesuai dengan PPK
Pemeriksaan lab ada perbaikan
15. RENCANA PULANG / Resume Medis Pasien membawa Resume
EDUKASI PELAYANAN Penjelasan diberikan sesuai Medis/ Surat Rujukan
LANJUTAN dengan keadaan umum pasien Balik/ Surat Kontrol
Edukasi mengenai perawatan
luka
Surat pengantar kontrol

_______,________,_________
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verifikasi

(____________________________) (______________________) (__________________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai