Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MATERNITAS

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN


PREEKLAMSIA”

Oleh Kelompok 14

PRILLISIA DEAZRI 2011316022


PUTRI GHINA HANISA 2011316001
RADA PUTRI AGUSTI 2011316049
RHEYNANDA 2011316059
VIVI RAMADHANI 2011316037

Dosen Pembimbing

Ns. Yelly Herien,M.Kep

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat, Hidayah, dan
Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami Tim Penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil
Dengan Preeklamsia”

Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai


keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sempurna. Begitu pula dengan Makalah ini yang telah Tim
penulis selesaikan. Tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna.
Penulis melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis
miliki.

Meskipun demikian, dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari masih


belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dengan segala
kerendahan hati menerima masukan, saran, dan usul guna untuk menyempurnakan
Makalah ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua Amin.

Padang, 7 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Hipertensi 3
B. Preeklamsi Pada Kehamilan 4
C. Konsep Asuhan Keperawatan Preeklamsi 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 19
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian ibu yaitu terjadinya eklamsi dalam
persalinan, eklamsi diawali dengan pre-eklamsi pada kehamilan lanjut terutama
pada trimester III. Kehamilan dengan pre eklamsia adalah keadaan dimana
hipertensi dengan protein urine, edema atau keduanya yang terjadi akibat
kehamilan setelah 20 minggu atau kadang timbul lebih awal. Meskipun secara
tradisional diagnosis pre eklamsia memerlukan adanya hipertensi karena
kehamilan disertai protein urine atau edema, ada yang mengatakan bahwa
edema pada tangan dan muka sangat sering ditemukan pada wanita hamil
sehingga diagnosa preeklamsia tidak dapat disingkirkan dengan tidak adanya
edema. Insiden preeklamsia pada wanita dengan hipertensi kronik bervariasi
karena belum ada definisi yang pasti.

Karena dampak Pre-klamsia ringan sangat signifikan untuk itu ibu harus
mampu mengenali dan mengobati Pre-eklamsia ringan agar tidak berlanjut pada
Pre-eklamsi berat lalu ke eklamsi, pemeriksaan antenatal yang teratur dan
bermutu serta teliti, serta melakukan diet makanan tinggi protein, karbohidrat,
cukup vitamin dan rendah lemak. Untuk itu dalam mengurangi kejadian dan
menurunkan angka kejadian pre-eklamsiringan dapat menyebabkan kematian.
Mengingat kejadian komplikasi pada ibu dan BBL sebagian besar terjadi pada
masa sekitar persalinan, pemeriksaan kesehatan saat hamil dan kehadiran
tenaga kesehatan yang terampil pada masa kehamilan menjadi sangat penting.
Pengetahuan masyarakat tentang gejala komplikasi dan tindakan cepat untuk
segera meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi kunci
utama dalam menurunkan AKI dan AKB.

Pada preeklamsi berat, perjalanan penyakit dapat memburuk dengan


progresif sehingga menyebabkan pemburukan pada ibu dan janin. Oleh karena
itu persalinan segera direkomendasikan tanpa memperhatikan usia kehamilan.
Persalinan segera diindikasikan bila terdapat gejala impending eklamsi,

1
disfungsi multiorgan, atau gawat janin atau ketika preeklamsi terjadi sesudah
usia kehamilan 34 minggu. Pada kehamilan muda, bagaimana pun juga,
penundaan terminasi kehamilan dengan pengawasan ketat dilakukan untuk
meningkatkan keselamatan neonatal dan menurunkan morbiditas neonatal
jangka pendek dan jangka panjang.

Secara umum tingginya kematian ibu dan bayi berkaitan erat dengan 3
terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat sampai ke fasilitas kesehatan serta terlambat mendpatkan pelayanan
yang optimal (Depkes : 2004 : 24). Untuk mengetahui permasalahan tersebut di
perlukan upaya bagi seluruh pihak yang mau bersama-sama menyelamatkan ibu
dan bayi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memamahami konsep asuhan keperawatan ibu hamil
dengan Preeklamsia.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian preeclampsia
b. Untuk mengetahui etiologi preeclampsia
c. Untuk mengetahui faktor resiko preeclampsia
d. Untuk mengetahui gambaran klinis preeclampsia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hipertensi
1) Definisi Hiprtensi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya
yang berlebihan dan tension artinya tekanan. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan
angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan menderita tekanan
darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
diastolik >90 mmHg. Hipertensi karena kehamilan yaitu hipertensi yang terjadi
karena atau pada saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri
biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu (Rukiyah & Yulianti
(2010) dalam Anggreni, Erfian dan Ferilia, 2018).

2) Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
Normal, Prahipertensi, Hipertensi derajat 1, Hipertensi derajat 2, seperti yang
terlihat pada tabel 1 :

Klasifikasi Tekanan
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Darah

Normal <120 mmHg <80 mmHg

Pra Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mm

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi menurut JNC VII (2003)


3
B. Konsep Dasar Ibu Hamil dengan Preeklamsia
1) Definisi
Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas (Sofian,
2015). Definisi preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul
lebih awal bila terdapat perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili
dan korialis (Mitayani, 2012). Sedangkan, menurut definisi Manuaba,
(1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia (toksemia gravidarum)
merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein
dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan
(Sukarni, 2013).

Eklamsia adalah preeklamsia berat yang dilanjutkan dengan kejang


dan/atau sampai koma (Yulaikhah, L., 2009). Preeklamsia dan eklamsia
adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya (Sofian, 2015). Risiko cedera pada janin yaitu berisiko
mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan
dan persalinan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

2) Klasifikasi
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan
yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
a. Preeklamsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya

4
dengan selang waktu 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta wajah,
atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria
kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream.

b. Preeklamsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih
per liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, rasa nyeri di epigastrium,
serta terdapat edema paru dan sianosis.

Menurut Nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan ke


dalampreeklamsia ringan dan preeklamsia berat dengan gejala dan tanda
sebegai berikut:
a. Preeklamsia ringan
1. Tekanan darah
Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole > 15
mmHg ( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20
minggu atau lebih dari atau sistole ≥ 140 ( < 160 mmHg) diastole ≥
90 mmHg (≤ 110 mmHg) dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3. Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
4. Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmonertidak
terdengar
5. Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
6. Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam
7. Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada
nyeri ulu Hati

5
b. Preeklamsia berat
1. Tekanan darah 160/110 mmHg
2. Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4. Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan,
nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan
pada retina, trombosit kurang dari 100.000/mm

3) Etiologi
Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi Pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor
– faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklamsia yaitu sebagai berikut (Sutrimah, 2015).
a. Usia Ibu
Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu
dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam proses
berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau
awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan
usia diatas 35 tahun.
b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20,
gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia
kehamilan 20 minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik.
Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan
semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya
preeklampsia.
c. Paritas
Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih
dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah
melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

6
1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk
pertama kalinya.
2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu
kali.
3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima
kali.
d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor
utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia
sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat,
preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk (Lalenoh,
2018).
e. Genetik
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan
risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat
meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).
f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)
Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan
akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus
hipertensi, prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik
lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik.
g. Obesitas
Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap
peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan
bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 akan memiliki risiko
mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.
h. Bad Obstetrik History
Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia,
kehamilan molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan
mengalami preeklampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika
diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun.
Sedangkan, menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa faktor

7
risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit :
1) Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi padakehamilan
pertama
2) Grand multigravida
3) Janin besar
4) Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20% kehamilan dengan janin
lebih dari Satu
5) Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil
seperti diabetes mellitus.
6) Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden
dapat mencapai 25%
7) Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

4) Patofisiologi
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola
glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi
kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi (Sofian,
2015). Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sofian, 2015).

Penyebab hipertensi belum diketahui hingga kini belum diketahui


dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
dalam kehamilan, tetapi tidak ada teori satu pun teori yang dianggap
mutlak benar. Teori – teori yang sekarang banyak dianut adalah

8
: Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel


trophoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri
spirales tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Diameter rata-rata
arteri spiralis pada hamil normal : 500 mikron, sedang pada preeclampsia
rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis
dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke utero plasenta Anggreni, Erfian
dan Ferilia, 2018).

5) Tanda dan Gejala


Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang
sangat penting yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak
disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas yaitu
sebagai berikut:
1) Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklamsia. Tekanan diastolik adalah tanda prognostik
yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Pada tekanan
diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus
menunjukkan keadaan abnormal.
2) Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan
adalah tanda pertama preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan
berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu. Apabila 1 kg dalam
seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta

9
selalu dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak
jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang
membesar.
3) Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu,
positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat
ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu
timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta kenaikan berat badan
(BB) yang berlebihan.
Adapun gejala-gejala subyektif yang dirasakan pada
preeklamsia yaitu sebagai berikut.
a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada
kasus-kasus berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan
oksipital, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
b. Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat.
Keluhan ini disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
c. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial, iskemia, serta edema retina serta pada kasus-kasus yang
langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklamsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif.

6) Komplikasi
Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami
bergantung pada derajat preeklamsia yaitu antara lain:
1. Komplikasi pada ibu
• Eklamsia.
• Solusio plasenta.
• Perdarahan subkapsula hepar.

10
• Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular
coagulation (DIC).
• Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count).
• Ablasio retina.
• Gagal jantung hingga shok dan kematian.

2. Komplikasi pada janin


 Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
 Premature
 Asfiksia neonatorum.
 Kematian janin dalam uterus.
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

7) Pencegahan
Pencegahan preeklamsia atau diagnosis dini dapat mengurangi
kejadian dan menurunkan angka kesakitan serta kematian (Sofian,
2012).
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda- tanda sedini mungkin (preeklamsia ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup agar penyakit tidak menjadi
lebih berat.
b. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia jika
ada faktor- faktor predisposisi.
c. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,
serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat
badan yang berlebihan

8) Pemeriksaan Penunjang
11
Menurut Amin (2016), Pemeriksaan Laboraratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%), hemaktrokit
meningkat ( nilai rujukan 37- 43 vol%), trombosit menurun ( nilai
rujukan 150- 450 ribu/ mm3).
2. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan fungsi hati

Bilirubin meningkat ( N = < 1 mg/dl), aspartat aminomtrasferase


(AST)
60 ul, serum Glutamat pirufat trasaminase (SGPT) meningkat (
N= 15-45 u/ml), serum glutamate oxaloacetix trasaminase (
SGOT) meningkat ( N = < 31 u/l), total Protein serum menurun (
N = 6,7- 8,7 g/dl)
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
5. Radiologi
 Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus, pernafasn
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit
 Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah

9) Penatalaksanaan
Menurut Amin (2016), yaitu sebagai berikut :
1. Preeklamsia
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya
eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik,
dan mencegah mortalitas maternal dan parietal
a. Preeklamsia ringan
12
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam
penganan preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada
sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah
ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah
menurun dan reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan
istirahat di tempat tidur menurunkan tekanan darah. Apabila
preeklamsia tersebut tidak membaik dengan penanggan
konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal.
b. Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat
sedative kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila
sesudah 12-24 jam bahaya akut sudah diatasi , tindakan terbaik
adalah menghentikan kehamilan sebagai pengobatan mencegah
timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat (
MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500ccringer laktat (RL) atau sekitar 14
tetes/ menit. Tambahan magnesiumsulfat hanya dapat diberikan
jika dieresis pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi
pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan, munurunkan tekanan darah dan meningkatkan
dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia
dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.
2. Eklamsia
Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi
fungsi vital penderita dengan terapi suportif Airwy, Breathing,
Circulasion (ABC), mengendalikan kejang, mengendalikan
tekanan darah khususnya jika terjadi krisis hipertensi sehingga
penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada kondisi
optimal. Pengendalian kejang dapat diterapikan dengan pemberian

13
magnesium sulfat pada dosis muatan ( loding dose) 4-6 gram IV
diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infuse rumatan IV. Hal ini
dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8-8,4 mg/dl sehingga
kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek toksik.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis PEB (Preeklamsia Berat)

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan menurut Mitayani (2011) merupakan tahap
awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat,
ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan
pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian
agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan
dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan.
Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklamsia antara lain sebagai
berikut:

a. Identitas umum ibu


Pada wanita hamil primagrafida berusia kurang dari 25 tahun insidennya
tiga kali lebih tinggi dibanding dengan usia yang sama dengan
mutigrafida. Pada waktu hamil berusia lebih dari 35 tshun dapat terjadi
hipertensi laten.

b. Data riwayat kesehatan


1) Riwayat kesehatan dahulu
a)Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
b)Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklmpsia pada kehamilan
terdahulu.
c)Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
d)Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

2) Riwayat kesehatan sekarang


a) Ibu merasa sakit kepala daerah frontal.
b) Terasa sakit di ulu hati atau nyeri epigastrium.
c) Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
d) Mual dan muntah, tidak nafsu makan.
e) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
f) Edema pada ekstremitas.

14
g) Tengkuk terasa berat.
h) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.

3) Riwayat kesehatan keluarga


a) Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
dalam keluarga.

4) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau
di atas 35 tahun.
a) Pemeriksaan fisik biologis
a.Keadaan umum : lemah.
b.Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c.Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada
retina.
d.Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual,
dan muntah.

e.Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-


jari

f.Sistem persarafan : hiper refleks, klonus pada kaki.

g.Genitourinaria : oliguria dan proteinuria.

h.Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan


janin

melemah.

5) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya, serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
6) Riwayat Maternal
Kehamilan ganda memiliki risiko lebih dari dua kali lipat.

7) Pemeriksaan penunjang
a)Pemeriksaan laboratorium
1.Pemeriksaan darah lengkap dengan penghapusan darah.
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).
15
2. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

3. Pemeriksaan fungsi hati


a. Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).
b. LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.
c. Aspartat amonomtransferase (AST) > 60 ul.
d. Serum glutamat pirufat transminase (SGPT)
meningkat (N = 15-45 u/ml).
e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N
= 6,7-8,7 mg/dl).
f. Total protein serum menurun (N = 2,4-2,7 mg/dl).

b) Radiologi

1. Ultrasonografi

Ditemukannya retardasi perumbuhan janin intrauterus.


Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.

2. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah.

c. Data sosial ekonomi

Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan


ekonomi rendah, karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein juga kurang melakukan perawatan antenatal yang
teratur.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan


preeklampsia berat menurut (Nanda, 2015-2017) yaitu:

a. Perfusi perifer tidak efektif b/d hipertensi


b. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolus-kapiler
c. Risiko cedera pada janin b/d usia ibu (< 15 tahun atau >35 tahun)
d. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi
e. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
f. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
g. Risiko infeksi
h. Konstipasi b/d ketidakadekuatan toileting
16
3. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Keperawatan
o Keperawata hasil
n

1. Resiko cedera Setelah dilakukan Perawatan kehamilan


pada ibu b/d intervensi keperawatan resiko tinggi
usia ibu (< 15 selama ...x24 jam, maka Tindakan keperawatan :
tahun atau tingkat cedera menurun. 1. Identifikasi faktor
>35 tahun), Dengan kriteria hasil : resiko kehamilan
paritas 1. Toleransi aktivitas 2. Identifikasi riwayat
banyak, 2. Nafsu makan obstetris
riwayat 3. Ketegangan otot 3. Identifikasi sosial dan
persalinan 4. Perdarahan demografi
sebelumnya, 5. Ekspresi wajah 4. Monitor status fisik
penyakit kesakitan dan psikososial
penyerta. 6. Tekanan darah selama kehamilan
7. Frekuensi nadi 5. Diskusi
8. Frekuensi napas ketidaknyamanan
9. Denyut jantung selama hamil
10. Pola istirahat/tidur 6. Diskusi persiapan
persalinan dan
kelahiran
7. Informasikan
kemungkinan
intervensi selama
proses kelahiran
8. Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan
istirahat yang cukup
9. Ajarkan mengeali
tanda bahaya

2. Risiko cedera Setelah dilakukan Pemantauan denyut janung


pada janin b/d intervensi keperawatan janin
usia ibu (< 15 selama ...x24 jam, maka Tindakan keperawatan :
tahun atau tingkat cedera menurun. 1. Identifikasi status
>35 tahun), Dengan kriteria hasil : obstetrik
paritas 11. Toleransi aktivitas 2. Observasi riwayat
banyak, 12. Nafsu makan obstetrik
riwayat 13. Ketegangan otot 3. Identifikasi
persalinan 14. Perdarahan pemeriksaan
sebelumnya, 15. Ekspresi wajah kehamilan
pola makan kesakitan sebelumnya
yang tidak 16. Tekanan darah 4. Monitor denyut

17
sehat. 17. Frekuensi nadi jantung janin
18. Frekuensi napas 5. Monitor tanda vital
19. Denyut jantung ibu
20. Pola istirahat/tidur 6. Atur posisi pasien
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
8. Informasikan hasil
pemantauan

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu
validasi rencana keperawatan, menulis atau mendokumentasikan rencana
keperawatan, serta melanjutkan pengumpulan data. Dalam implementasi
keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan jelas supaya semua
tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu yang
telah ditentukan. Perawat dapat melaksanakan langsung atau berkerjasama
dengan para tenaga pelaksana lainnya (Mitayani, 2011).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan dimana perawat menulis hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang, seandainya tujuan yang diterapkan belum tercapai, maka dalam hal
ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani, 2011).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas (Sofian, 2015). Definisi
preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

18
proteinuria yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila
terdapat perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis
(Mitayani, 2012).

Eklamsia adalah preeklamsia berat yang dilanjutkan dengan kejang dan/atau


sampai koma (Yulaikhah, L., 2009). Preeklamsia dan eklamsia adalah
kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas
yang terdiri dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang
disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).
Risiko cedera pada janin yaitu berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik
pada janin selama proses kehamilan dan persalinan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.

B. Saran
Diharapkan Penulisan makalah supaya dapat Memperbarui ilmu dalam
memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan Preeklamsia kepada
perawat agar lebih meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan
kepada ibu hamil dengan Anemia

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, H. K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1.


Jogjakarta: Mediaction

19
Anggreni, Erfian dan Ferilia. 2018. Hipertensi dalam Kehamilan. Mojokerto:
STIKes
Majapahit Mojokerto. file:///C:/Users/Acer/Downloads/1-hipertensi-
dalam-
kehamilan.pdf diakses pada tanggal 05 Februari 2021 pukul 20.05 WIB

Icesmi Sukarni K, MargarethZh. 2013. Buku Ajar Keperawatan.


Maternitas.Yogyakarta: NuhaMedika.

Lalenoh, Diana C. 2018. Preeklampsi Berat & Eklampsia : Tatalaksana Anestesia


Perioperatif Edisi 1. Yogyakarta : Deeppublish

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Selemba Medika.

Nita, N., dan Dwi Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta : Nuha.
Medika.

Sofian Amru., 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,


Obstetri Patologi, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: EGC

Sutrimah, Mifbakhuddin, & Wahyuni, D. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang. Jurnal Kebidanan Universitas Muhammadiyah
Semarang, 4(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.2671 4/jk.4.1.2015.1-10

Yulaikhah, L. 2009. Seri Asuhan Kebidanan : Kehamilan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran ECG.
https://books.google.co.id/books?id=2_cGIfwdgtsC&pg=PA101&dq=ekla
msia+adalah&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjagcqss9XuAhXDUn0KHdkhDZA
Q6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=eklamsia%20adalah&f=false diakes
pada tanggal 06 Februari 2021 pukul 20.30 WIB
20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Anda mungkin juga menyukai