ASKEB (3)
ASKEB (3)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang
ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu
gangguan fisiologis maupun psikologis, dapat menimbulkan efek yang buruk
tidak hanya terhadap kesehatan ibu sendiri, tetapi membahayakan bagi bayi
yang dikandungnya, bahkan tidak jarang menyebabkan kematian ibu.
Kematian ibu dan bayi sering terjadi karena komplikasi yang terjadi pada
masa sekitar persalinan, maka intervensi ditekankan pada kegiatan
pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
Melalui pertolongan yang baik dan benar, diharapkan komplikasi akibat salah
penanganan bisa dicegah, mengetahui dengan cepat komplikasi yang timbul
dan dengan segera memberikan pertolongan termasuk merujuk bila
diperlukan.
Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius
di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO)
tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan
179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand
26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Data statistik menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup. Tiga penyebab utama kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan (30%), eklampsia (25%), dan infeksi (12%).
Proporsi ketiga penyebab kematian ini telah berubah, dimana perdarahan dan
infeksi semakin menurun, sedangkan hipertensi dalam kehamilan proporsinya
semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun
2010 disebabkan oleh HDK (hipertensi dalam kehamilan) (Profil Kesehatan
Indonesia, 2013). Menurut profil kesehatan dasar tahun 2014, lima penyebab
kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
infeksi, partus lama/macet, dan abortus (Kemenkes RI, 2014).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berkisar antara 230 hingga 307
kematian ibu tiap 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian maka upaya
menurunkan jumlah kematian ibu adalah salah satu prioritas tertinggi dalam
lingkup kesehatan reproduksi. Jumlah kematian ibu di kabupaten tangerang
pada tahun 2010 adalah sebanyak 33 orang dengan estimasi Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 197/100.000 kelahiran hidup dan jumlah persalinan oleh
tenaga kesehatan 89,52%. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan, hipertensi dan infeksi.
Preeklampsia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan
postpartum dimana wanita dengan preeklampsia menghadapi risiko
perdarahan yang meningkat. Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal,
intranatal, dan postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan
berkisar 10%, 3-4 % diantaranya mengalami preeklampsia, 5% mengalami
hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronik (Robson dan Jason, 2012).
Preeklampsia berat merupakan faktor resiko yang membahayakan ibu
disamping membahayakan janin. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia
beresiko tinggi mengalami gagal ginjal akut, perdarahan otak, pembekuan
darah intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada sistem pembuluh
darah dan eklampsia. Resiko preeklampsia pada janin antara lain plasenta
tidak mendapat asupan darah yang cukup, sehingga janin bisa kekurangan
oksigen dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya bobot tubuh
bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi seperti
kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran
(Prawirohardjo, 2008).
Preeklampsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa penurunan perfusi
organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel. Kriteria minimum
preeklampsia yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg yang terjadi setelah
kehamilan 20 minggu dan proteinuria dimana terdapat 300 mg atau lebih
protein urin per 24 jam atau 30 mg/dL (1+ pada dipstick) dalam sampel urin
acak (Cunningham dkk., 2010). Preeklampsia merupakan suatu penyakit
kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Penyebab
preeklampsia sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti
sehingga preeklampsia disebut sebagai “the disease of theories”. Pada
beberapa penelitian yang ada, dikemukakan bahwa terjadi peningkatan risiko
yang merugikan dari keluaran persalinan pada wanita yang mengalami
hipertensi dalam kehamilan yang kronik (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah Bendan untuk faktor resiko ibu
hamil yang preeklampsi berat sering mengalami terjadinya eklampsi atau
kejang-kejang pada saat persalinan berlangsung, serta perdarahan post partum
yang menyebabkan kematian, bahkan selain faktor resiko pada ibu terdapat
juga faktor resiko pada bayi seperti bayi lahir dengan BBLR (berat bayi lahir
rendah ) dikarenakan kurangnya asupan oksigen dan makanan dan sering juga
terdapat kasus bayi lahir prematur. Oleh karena itu penulis tertarik
mengambil kasus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan PEB.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. I.N, usia 38 tahun dengan Pre
Eklampsia Berat?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. I.N usia
38 tahun dengan Pre Eklampsia Berat.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian berupa data subyektif yang
didapat dari Ny. I.N
b. Mampu melakukan pengkajian berupa data obyektif yang didapat
dari hasil pemeriksaan pada Ny. I.N
c. Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan
data objektif dalam assesment pada Ny. I.N
d. Mampu melaksanakan tindakan dan asuhan kebidanan kehamilan
kepada Ny. I N
D. Manfaat
- Praktikan
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence
based practice pemberian asuhan kebidanan pada kehamilan dengan PEB.
- Lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan
gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik
dalam memberikan asuhan kebidanan
- Masyarakat/Ny. I.N
NY. I.N mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practice.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Meskipun jarang didefinisikan secara khusus, beberapa buku teks dan jurnal
mendefinisikan preeklampsia sebagai suatusindroma spesifik pada
kehamilanberupa berkurangnya perfusi plasenta akibat vasospasme dan
aktivasi endotel yang akhirnya dapat mempengaruhi seluruh sistem organ,
ditandai dengan hipertensi dan proteinuria pada pertengahan akhir kehamilan
atau di atas 20 minggu kehamilan. (Dr.dr. Kusnarman Keman, 2014)
Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang persisten lebih dari
140/90 mmHg disertai dengan proteinuria (dr. Sarma, 2008). Preeklampsia
terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu atau lebih sehingga dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal (Robin A Noth dkk, 2011)
2. Tanda dan Gejala
Menurut Prosedur Tetap Penanganan Masalah Obstetri dan Ginekologi di
RSUP Sanglah, Denpasar, Bali tahun 2008, preeklampsia dibedakan menjadi
Preeklampsia Ringan (PER) dan Preeklampsia Berat (PEB).
a. Preeklampsia Ringan Batasan Timbulnya hipertensi yang disertai protein
urine dan/atau oedem setelah umur kehamilan 20 minggu.
Gejala Klinis :
1) Hipertensi. - Tekanan darah sama dengan atau lebih dari 140/90
mmHg dan kurang dari 160/ll0 mmHg. - Kenaikan tekanan darah
sistolik lebih atau sama dengan 30 mmHg. - Kenaikan tekanan
darah diastolik lebih atau sama dengan 15 mmHg.
2) Protein uria 0,3 gr/L dalam 24 jam atau secara kwalitatif sampai
(++).
b. Preeklampsia Berat
Batasan Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi lebih atau sama dengan 160/110 mmHg disertai protein uria
pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala Klinis Bila didapatkan
satu atau lebih gejala di bawah ini :
1) Tekanan darah sistol lebih atau sama dengan 160 mmHg dan
diastol lebih atau sama dengan 110 mmHg. Tekanan darah ini
tidak turun walaupun ibu hamil sudah dirawat dan menjalani tirah
baring.
2) Protein uria lebih dari 5 gram dalam 24jam atau kualitatif +4 (++
++)
3) Oligouria, jumlah produksi urine kurang dari 500 cc dalam 24
jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin darah.
4) Adanya keluhan subyektif: - Gangguan visus : mata berkunang-
kunang - Gangguan serebral : kepala pusing - Nyeri epigastrium,
pada kuadran kanan atas abdomen. - Hiper refleks.
5) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzyme,
Low Platelet count)
6) Sianosis
7) PJT
3. Tatalaksana Umum
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen) dan
sirkulasi (cairan intravena)
b. MgSO4 diberikan secara intravena pada ibu dengan eklampsia (sebagai
tata laksana kejang) dan pre eklampsia berat (sebagai pencegahan
kejang)
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. I. N Nama suami : Tn. H
Umur : 38 Tahun Umur : 40 Tahun
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pkl Alamat : Pkl
B. PENGKAJIAN
Tata laksana di Pkm
Pasien sudah dilakukan pemasangan infus, dower cateter dan diberikan injeksi
MgSO4 40% 4 gr bolus.
1. Data Subyektif
a. Alasan datang
Ibu mengatakan rujukan dari puskesmas X
b. Keluhan Utama
Ibu mengeluh pusing
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang dan yang lalu
Ibu pernah menderita penyakit darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya.
2) Riwayat penyakit keluarga
Ayah kandungnya menderita penyakit hipertensi
3) Riwayat keturunan kembar
Di dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada riwayat
keturunan kembar.
4) Riwayat operasi
Ibu belum pernah mengalami operasi apapun.
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus haid : 28 hari
Warna darah : merah
Banyaknya : ganti pembalut 3 kali sehari
Lama : 7 hari
Nyeri Haid : di awal menstruasi
Leukhorea : tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) G4P3A0
b) usia kehamilan 34 minggu
c) HPHT : 26 Agustus 2020
d) HPL : 2 Juni 2021
e) Gerak Janin : Ibu masih merasakan gerakan bayi.
Tabel 4.1. Riwayat ANC
Suplement & Fe
AN Tindakan/
Tanggal Tempat (Jenis, Jml, & Masalah
C ke Penkes
aturan minum)
1 20/10/20 PKM A Folavit, Tidak Nutrisi Ibu
20 ada Hamil, , Istirahat
cukup
Kontrol 1 bulan
lagi atau sebelum
itu bila ada
keluhan
Cek Lab
2 PKM A Folavit, Fe
5/1/2021 Tidak
ada Nutrisi ibu hamil,
istirahat cukup,
kontrol 1 bulan
IMD
long BB u lit lit
usif g
Laki
2
9 Tdk Tdk Hidup,
2007 2900
bln NormalBidan ada Ya ada Tdk sehat
Laki
9 NormalBidan Tdk Ya Tdk Tdk Hidup,
2011 2310
bln ada ada Sehat
0
Riwayat KB
Jenis Lama Alasan
Keluhan
Kontrasepsi Pemakaian Dilepas
Ingin
hamil lagi
Suntik 3 tahun Tidak ada
Ingin
IUD 3 Tahun Tidak ada
hamil lagi
2. Data Obyektif
Pasien sudah dipasang Infus dan Dower kateter dari Pkm.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) BB sekarang : 68 kg
d) IMT : 28,30 (Obesitas Gr.1)
e) TB : 155 cm
f) LILA : 30 cm
g) TTV :
TD : 160/110 mmHg
RR : 22 x/ menit
N : 92x/ menit
S : 37oC
b. Status Present
1) Kepala : Kulit kepala bersih, mesochepal, rambut tidak rontok
2) Muka : Simetris, kemerahan, tidak ada kelainan
3) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
4) Hidung : Hidung tampak bersih, tidak ada polip dan sekret
5) Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi bersih tidak ada
caries
6) Telinga : Telinga tampak bersih, tidak ada serumen
7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Ketiak : Tidak ada massa atau pembesaran
9) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
10) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada masa
11) Ekstremitas : Tidak ada varises, ada oedem kaki + / +,
Refleks patella +/+
12) Punggung : Normal, tidak ada kelainan bentuk
13) Anus : Tidak ada hemoroid, tidak ada kelainan
c. Status Obstetrik
1) Inspeksi
Muka : tampak adaya cloasma gravidarum.
Payudara : Puting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola dan
puting susu, colostrum belum keluar.
Abdomen : Tampak adanya linea nigra
Genetalia : Tidak ada PPV
2) Palpasi
Leopold I : teraba bulat tidak melenting
Leopold II : kanan : teraba keras seperti papan
Kiri : teraba bagian- bagian kecil janin
Leopold III : teraba bulat keras, melenting
Leopold IV : konvergen
3) TFU : 26 cm
4) DJJ : 153x/m
d. Pemeriksaan penunjang di Pkm
Protein urine : +3
e. Pemeriksaan Penunjang di Rs(tgl 22/04/2021)
Hemoglobin : 11,5 gr/dl
Leukosit : 6. 280
Trombosit : 350.000
GDS : 100 mg/dl
Ureum : 15 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
SGOT : 22 U/L
SGPT : 20 U/L
HIV : non reaktif
HbSAg : non reaktif
Syphilis : negatif
C. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ny. I.N, usia 38 Tahun, G4P3A0, usia kehamilan 34 minggu, janin tunggal,
Hidup intra uterine dengan Pre Eklampsia Berat, Obesitas Gr. 1 dan Usia Tua.
D. Penatalaksanaan
Tanggal / Jam : 22 April 2021/ jam 08.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu mengalami Pre Eklampsia
Berat
Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini mengalami tensi tinggi
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg
Hasil :
- Pasang Infus
- Pasang Dc
- Inj. MgSO4 1 gr/ jam (syringe pump)
- Dopamet 500 mg/ 8 jam
- Nifedipin 10 mg (extra)
- Kalk 500 mg/ 24 jam
- Fe 1 tab/ 24 jam
- Paracetamol 500 mg/ 8 jam
- Cek DL, SGOT, SGPT, Ureum dan Creatinin
3. Memberitahu ibu dan suami bahwa akan diberikan obat anti kejang, obat
penurun tensi, serta kalsium dan obat penambah darah (inform consent)
Hasil : ibu dan suami paham, dan ibu bersedia diberikan obat. Suami
menandatangani form persetujuan pemberian obat
4. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping pemberian obat anti kejang yaitu
akan terasa panas di seluruh tubuh
Hasil : ibu mengerti, ibu sudah pernah disuntik obat anti kejang
5. Memberikan terapi pada ibu : MgSO4 1 gr/ jam dengan menggunakan syringe
pump, Dopamet 500 mg/ oral, Nifedipin 10 mg/ oral, Kalk 500 mg/ oral dan
tab Fe 1 tab/ oral
Hasil : MgSO4 1 gr/ jam syringe pump sudah terpasang, ibu sudah meminum
obat oral
6. Memberitahu ibu bahwa akan diambil darah dan sampel urine untuk
dilakukan cek laborat
Hasil : Ibu bersedia
7. Memberi tahu ibu tentang bahaya Pre Eklampsia Berat
Hasil : Ibu mengerti tentang bahaya Pre Eklampsia Berat
8. Memberikan edukasi tentang makanan yang aman dikonsumsi untuk ibu
hamil dengan Pre Eklampsia Berat
Hasil : Ibu paham tentang penjelasan petugas
9. Menganjurkan ibu untuk tirah baring dan memberi support mental pada ibu
Hasil : ibu lebih tenang dan bersedia beristirahat
10. Memberikan edukasi pada ibu bahwa pada usia ibu yang sekarang seharusnya
ibu sudah tidak hamil lagi, karena ibu memasuki usia resiko tinggi untuk
hamil
Hasil : Ibu mengerti dan setelah kelahiran anak yang terakhir ibu akan
mengikuti program KB Steril
11. Melakukan monitoring Ku, TTV dan Djj dengan menggunakan Bedside
monitor dan CTG
Hasil : Bed side monitor dan CTG terpasang dengan hasil pemantauan
sebagai berikut :
Jam 09.00
Ku : baik
Kesadaran ; Composmentis
T : 150/ 100 mmHg
N : 90 x/m
Suhu : 37 ºC
RR : 22 x/m
Djj : 150 x/m
Urine : 300 cc
Refleks patella : +/+
Jam 10.00
Ku : baik
Kesadaran ; Composmentis
T : 150/ 100 mmHg
N : 92 x/m
Suhu : 37 ºC
RR : 22 x/m
Djj : 148 x/m
Urine : 50 cc
Refleks patella : +/+
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan ibu
hamil trimester III pada Ny. I.N dengan Pre Eklampsia Berat secara terperinci mulai
dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan evaluasi sebagai langkah
terakhir. Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai faktor pendukung dan
faktor penghambat proses serta kesenjangan antara teori dan praktek langsung di
lapangan juga alternatif dari permasalahan yang ada.
A. Data Subyektif
Pengkajian data subjektif pada Ny. I.N pada pemeriksaan kehamilan
dilakukan dengan metode auto anamnesa karena secara fisik maupun psikologis
mampu melakukan komunikasi dengan baik. Pada pengkajian yang dilakukan
tanggal 22 April 2021. Didapatkan data identitas pasien Ny. I.N umur 38 tahun,
Ny. I.N tergolong dalam usia reproduksi tidak sehat, sesuai dengan teori
(Sulistyawati, 2011) yaitu wanita dengan usia reproduktif sehat adalah antara 20
sampai 35 tahun. Pada pengkajian yang dilakukan ibu mengeluh pusing dan ibu
memiliki riwayat Pre Eklampsia Berat pada kehamilan sebelumnya.
Dari tinjauan kasus, masalah ketidaknyamanan yang dialami ibu adalah ibu
mengeluh pusing. Hal ini dikarenakan ibu mengalami kehamilan resiko tinggi
yaitu dengan Pre Eklampsia Berat.
B. Data Obyektif
Ny. I. N mendapatkan standar pelayanan antenatal yaitu berupa pengukuran
tinggi badan yaitu 155 cm. Tinggi badan Ny. I.N termasuk normal dan tidak
beresiko sesuai dengan teori Poedji Rochjati, tinggi badan ibu hamil yang tidak
beresiko adalah tidak kurang dari 145 cm.(Rochjati, 2008). BB yaitu 68 kg, BB
sebelum hamil 58. Pada kehamilan ini berat badan ibu naik 10 kg. Pada
pemeriksaan BB, TB didapatkan IMT Obesitas Gr.1 dan LILA 30 cm. Pada
pemeriksaan keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis. Tekanan darah:
160/110 mmHg, pernafasan: 22x/menit, nadi: 92x/menit.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk memantau pertumbuhan
janin dibandingkan usia kehamilan. Pada kunjungan ini Ny. I.N didapatkan hasil
pengukuran TFU yaitu 26 cm. Pengukuran TFU Ny. I.N menggunakan
pengukuran Mc. Donald, karena usia kehamilan sudah mencapai trimester III.
Penentuan presentasi janin menggunakan pemeriksaan leopold karena sudah
dapat terdefinisikan. Denyut jantung janin sudah terdengar menggunakan
doppler. Menurut (Runjati dkk, 2017), DJJ dapat didengar pertama kali mulai
usia kehamilan 12 minggu dengan menggunakan Doppler dan pada usia 16-20
minggu jika menggunakan funduskop.
Pada pemeriksaan ekstremitas, dilakukan pemeriksaan refleks patella. Hal
ini sudah sesuai dengan teori yaitu termasuk dalam syarat pemberian MgSO4.
Pemeriksaan laboraturium Ny. I.N pada tanggal 22 April 2021 menunjukan
hasil Hemoglobin : 11,5 gr/dl, leukosit : 6.280, Trombosit : 350.000, GDS : 100
mg/dl, Ureum : 15 mg/dl, Creatinin : 0,9 mg/dl, SGOT : 22 U/L, SGPT : 20 U/L,
HIV : non reaktif, HbSAg : non reaktif, Syphilis : negatif, protein urine : +3. Hal
ini sesuai dengan teori yaitu untuk melihat bagaimana fungsi ginjal dan hati pada
pasien Pre Eklampsia Berat. Yaitu untuk melihata apakah pasien tersebut
mengalami kondisi HELLP SYNDROME atau tidak.
C. Analisa
Diagnosis pada kasus ini adalah Ny. I. N, usia 38 tahun G4P3A0 usia
kehamilan 34 minggu dengan Pre Eklampsia berat, obesitas Gr.1 dan Usia tua
dengan kebutuhan informasi usia reproduksi sehat serta makanan dengan gizi
seimbang. Keluhan pusing yang terjadi pada ibu hamil ini dapat disebabkan
oleh vasokonstriksi pembuluh darah.
D. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 22 April 2021, penatalaksanaan
yang diberikan kepada Ny. I.N, yaitu:
Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami kondisi yang disebut sebagai Pre Eklampsia Berat. Hal ini sudah
sesuai dengan PMK No. 28 pasal 28 bagian keempat tentang kewajiban dan hak
bahwa bidan wajib memberikan informasi tentang pelayanan dan masalah
kesehatan kepada pasien yang bersangkutan (PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28, 2017)
Memberitahukan hasil pemeriksaan fisik IMT Ny. I.N 28,30 masuk dalam
kategori obesitas Gr.1. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Caroline pada tahun 2016 yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado, yaitu terdapat hubungan antara obesitas pada kehamilan dengan pre-
eklampsi pada wanita hamil.
IMT dan LILA, digunakan untuk menilai status gizi. Ibu yang memiliki status
gizi kurang baik saat kehamilan memiliki risiko sebesar 35,584 kali lebih
besar memiliki bayi dengan kelainan kongenital dibanding ibu yang memiliki
status gizi baik saat kehamilan. (Mustofa & Nurmalasari, 2015)
Menurut Purwanti, dkk, pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi dengan
baik dapat mempengaruhi perilaku ibu khususnya berkaitan dengan konsumsi
makanan. Dengan pengetahuan yang baik tentunya pola makan dan perilaku
ibu dalam mengonsumsi makanan lebih memperhatikan kualitan kandungan
gizi dibadingkan kuantitas atau banyaknya makanan yang dikonsumsi.
Dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi tentunya
dapat meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan ibu dan balita. Dengan
demikian pengetahuan tentang nutrisi bagi ibu sangat penting (Purwanti et al.,
2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Quedarusman et al., 2013)
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara peningkatan berat badan
ibu saat kehamilan dengan preeklampsia didapatkan bahwa pada wanita
dengan peningkatan berat badan rendah saat hamil memiliki kemungkinan
0,27 kali untuk menderita preeklampsia dibandingkan wanita yang
peningkatan berat badannya normal . Pada wanita dengan peningkat- an berat
badan tinggi berisiko hampir tiga kali lebih besar untuk menderita pre-
eklampsia saat hamil dibandingkan wanita yang peningkatan berat badan saat
hamilnya normal. (Quedarusman et al., 2013)
Pada Ny. I. N dilakukan pemberian MgSO4 40 % sebagai dosis awal pra
rujukan. Serta di Rumah sakit diberikan MgSO4 dosis rumatan 1 gr/ jam.
Hal ini sudah sesuai dengan penanganan awal pada pasien dengan Pre
Eklampsia Berat.
Saat di rumah sakit, pasien diberikan terapi antihipertensi oral berupa
Dopamet dan nifedipin. Hal ini juga sudah sesuai dengan jenis obat yang
direkomendasikan digunakan sebagai antihipertensi pada kasus pre eklampsia
berat.
Saat di rumah sakit pasien mendapatkan terapi oral kalk 500 mg hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Habibi, 2019) yang
mengatakan bahwa adanya hubungan antara pemberian kalsium pada ibu
hamil dengan kejadian preeklamsi di Puskesmas Riung Bandung Kota
Bandung Tahun 2019. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mengenai
manfaat mendapatkan kalsium saat kehamilan dan dapat membantu menekan
resiko kejadian pre eklampsia.
Pada Ny. I. N dilakukan pemantauan tiap jam. Hal ini sesuai dengan teori
yang ada bahwa pada pasien pre eklampsia dilakukan pemeriksaan fisik tiap
jam, yang meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan,
refleks patella dan jumlah urine. Dalam hal ini pemantaua dilakukan dengan
menggunakan teknologi yang ada yaitu bed side monitor dan CTG.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan manajemen
asuhan kebidanan, dan bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan
kebidanan yang diberikan. Berdasarkan data yang didapatkan setelah praktikan
melakukan pemantauan ulang adalah adanya penurunan tekanan darah pada Ny.
I.N.
Serta dari berbagai ulasan yang telah dikemukakan asuhan kebidanan yang
dilakukan pada Ny. I.N sudah sesuai dengan teori serta hasil penelitian yang ada.
Dan penggunaan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif maka dirumuskan
diagnosa kebidanan Ny. I N usia 38 tahun hamil 34 minggu dengan Pre
eklampsia berat, Obesitas Gr.1 dan usia tua
2. Tindakan yang diberikan adalah melakukan terapi tata laksana pada pasien
dengan pre eklampsia serta memberikan edukasi pada ibu tentang usia
reproduksi sehat dan diet gizi seimbang
3. Asuhan kebidanan kehamilan yang dilakukan kepada Ny. I.N. sudah sesuai
evidance based yang ada
B. Saran
1. Bidan atau tenaga kesehatan lainnya sebaiknya tidak hanya berfokus pada
pelayanan antenatal dan intranatal tetapi berfokus pada kegiatan promotif dan
preventif dalam masa kehamilan untuk mewujudkan generasi yang sehat
cerdas dan mandiri.
2. Bagi masyarakat sebaiknya turut aktif dan mandiri dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatan diri, salah satunya dengan berperilaku bersih dan
sehat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, F. ladyani, & Nurmalasari, Y. (2015). Hubungan Antara Status Gizi Ibu
Hamil Dengan. 1–9.
Purwanti, I., Macfoedz, I., & Wahyuningsih. (2014). Pengetahuan Tentang Nutrisi
Berhubungan dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Sewon II
Bantul Yogyakarta.
Quedarusman, H., Wantania, J., & Kaeng, J. J. (2013). Hubungan Indeks Massa
Tubuh Ibu Dan Peningkatan Berat Badan Saat Kehamilan Dengan Preeklampsia.
Jurnal E-Biomedik, 1(1), 305–311. https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.4363
Rochjati, P. (2008). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Airlangga Universitas Press.
Runjati dkk. (2017). Kebidanan Teori dan Asuhan (Runjati & S. Umar (eds.); 1st
ed.). EGC.