Anda di halaman 1dari 17

DISMENOREA

KELOMPOK 3
 DWIKI NUR MUHAMMAD
 GITA RIMAYANTI
 NURHAYATI
 PUTRI DIAH
 YUYUM YUMITA D
DEFINISI
Dismenorea merupakan gangguan menstruasi
yang umum dialami oleh remaja dengan gejala
utama termasuk nyeri dan mempengaruhi
kehidupan dan kinerja sehari-hari. Dismenorea
ditandai dengan nyeri panggul (kram) dimulai
sesaat sebelum atau pada awal menstruasi dan
berlangsung 1-2 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum
menstruasi dimulai, prostaglandin diproses
dengan cepat di awal menstruasi dan bertindak
sebagai kontraktor otot polos yang membantu
dalam peluruhan endometrium.
KLASIFIKASI

 Nyeri Spasmodik ( Dismenorea Primer )


Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut
terjadi dihari pertama dan kedua haid.
 Nyeri Kongestif ( Dismenorea Sekunder )
Penderita dismenorea kongestif biasanya
dirasakan berhari. Dismenorea kongesif juga
memerlukan pengkajian nyeri untuk mengetahiu
sekala nyerinya.
ETIOLOGI

a) Dismenorea primer
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore
antara lain:
- Faktor Kejiwaan
- Faktor endokrin
b) Dysmenorrhea sekunder
Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi
adalah:
- Faktor konstitusi
- Anomali uterus konginental
- Endometriosis
PATOFISIOLOGI

a. Dismenorea primer(primary dysmenorrhea)


b. Dismenorea Sekunder (secondery dysmenorrhea)
MANIFESTASI KLINIS
 Dismenorea primer :
- Saat pertama haid pertama berlangsung
- Nyeri perut bagian bawah
- Nyeri punggung
 Dismenorea sekunder :
Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari,
yang merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital.
Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun
PENATALKSANAAN
 Disminorea Primer :
- Latihan
- Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan
prostagladin
- Istirahat
 Dismenorea sekunder
- Endometriosis
- Fibroid dan polip uterus
- Prolaps uterus
KONSEP ASKEP DISMENORE
A. Pengkajian
Tanyakan riwayat mestruasi, eksplorasi persepsi wanita
mengenai kondisinya, pengaruh budaya atau etnis, gaya
hidup dan pola adaptasi. Evaluasi seberapa berat rasa nyeri
atau perdarahan yang dialami dan efeknya pada aktivitas
sehari-hari. Tuliskan berbagai pengobatan rumah dan obat
obatan yang digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama menstruasi. Catatan tentang gejala emosi, perilaku,
fisik, pola diet, pola latihan dan pola istirahat, merupakan
alat diagnostik yang bermanfaat (Lowdermilk, 2013).
B. Diagnosa keperawatan

Risiko tinggi terhadap koping individu atau keluarga


tidak efektif yang berhubungan dengan :
Pengetahuan tentang penyebab gangguan yang tidak
memadai
Efek fisiologis dan emosional gangguan
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan :
Perawatan diri
Terapi yang tersedia untuk mengatasi gangguan tersebut
Risiko tinggi gangguan citra tubuh yang berhubungan
dengan :
Gangguan menstruasi
C. Perencanaan

Asuhan keperawatan pada kasus dismenore primer yang


dapat diberikan menurut Proverawati (2009), yaitu:
 Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil
pemeriksaannya
 Pemberian analgesik dan tokolitik
 Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti senam,
berjalan kaki, bersepeda, atau berenang
D. Pelaksanaan
 Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil
pemeriksaannya
 Memberikan terapi analgesik dan tokolitik
 Menganjurkan klien olahraga ringan seperti senam,
berjalan kaki, bersepeda, atau berenang.

E. Evaluasi
Pelayanan telah efektif ketika wanita melaporkan
peningkatan dalam kualitas hidupnya kemampuan
perawatan diri, dan konsep diri serta gambaran tubuh yang
positif (Lowdermilk, 2013).
JURNAL

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


PENANGANAN DISMENOREA DI SMPN 9
TASIKMALAYA
ABSTRAK
  Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang
rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang dan punggung bagian
bawah, timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche atau pertama kali
menstruasi. Dismenore seringkali mengganggu aktifitas sehari – hari.
Beberapa cara untuk menangani dismenore diantaranya dengan
kompres hangat, meminum obat penghilang nyeri, dengan asupan gizi
yang baik dan masih banyak lagi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 62 siswi.
Teknik pengambilan sampel berupa purposive sample. Instrumen yang
digunakan adalah instrumen tertutup, dan analisa yang digunakan
analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan
remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya
sebanyak 31 orang berpengetahuan baik (50%), 25 orang
berpengetahuan cukup (40,3%) dan 6 orang berpengetahuan kurang
(9,7%).
PENDAHULUAN
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian
wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka
yang mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa
ketidaknyamanan. Gejala – gejalanya dapat berupa payudara yang melunak,
puting susu yang nyeri, kram, dan masih banyak lagi (Maulana, 2008). Salah satu
yang paling sering sekali di keluhkan oleh wanita saat menstruasi adalah
dismenore. Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang
rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha
(Badziad, 2003 dalam Mulyani, 2012). Dismenore biasanya baru timbul 2 atau 3
tahun sesudah menarche atau pertama kali menstruasi. Dismenore ada yang
ringan dan ada yang samar – samar, ada pula yang berat bahkan beberapa wanita
telah pingsan dan ada yang harus ke dokter karena nyeri yang dialaminya
mengganggu aktivitasnya (Asrinah, 2011 dalam Mulyani, 2012). Ternyata hampir
30 % wanita yang mengeluhkan dismenore adalah anak gadis dari ibu yang
dulunya dismenore, serta sebanyak 7% saudara wanita yang mengalami
dismenore juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu mereka dulunya tidak
mengeluhkan dismenore (Yatim, 2001 dalam Mulyani, 2012).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan remaja putri tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 di SMPN 9 Tasikmalaya dengan
jumlah 127 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling,
sebanyak 62 orang, dengan kriteria inklusi siswi SMPN 9 Tasikmalaya yang mengalami
dismenore pada saat menstruasi, bersedia menjadi responden, dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data
yang digunakan adalah analisis univariate.

HASIL PENELITIAN

  penangan Dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya Frekuensi Persentase (%)


Kategori

Baik 31 50
Cukup 25 40,3
Kurang 6 9,7
Total 62 100
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
remaja putri di SMPN 9 Tasikmalaya tentang penanganan dengan mengkonsumsi obat
penghilang nyeri sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 45 orang
(72,6%). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan tingkat pengetahuan remaja putri
yang pernah mengalami dismenore tentang penanganan dismenore di SMPN 9 Tasikmalaya
yang meliputi: penanganan dengan cara pemanasan, dengan cara mengkonsumsi obat
penghilang nyeri, dengan melakukan peregangan, dengan cara menghindari konsumsi
kafein, dengan asupan gizi yang baik, dan lain – lain, ada pada kategori baik yaitu
sebanyak 31 orang siswi (50%).

KESIMPULAN
Tingkat pengetahuan siswi SMPN 9 Tasikmalaya kelas 8 tentang penanganan dismenore
dengan cara pemanasan dalam kategori baik sebanyak 30 orang siswi (48,4%), penanganan
dismenore dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri dalam kategori baik yaitu
sebanyak 45 orang (72,6%), penanganan dismenore dengan cara melakukan peregangan
dalam kategori kurang sebanyak 24 orang (38,7%), penanganan dismenore dengan cara
menghindari konsumsi kafein dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%), penanganan
dismenore dengan asupan gizi yang baik dalam kategori baik sebanyak 38 orang (61,3%),
penanganan dismenore dengan cara lain - lain dalam kategori baik sebanyak 32 orang
(51,6%).
THANKS FOR ATTENTION 
AND ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai