Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diantara problema saat ini yang menjadi beban berat pembangunan nasional
adalah gelandangan (Arif Rohman,2010). Sebagai masalah sosial,
gelandangan diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai timbul.
Dampak modernisasi,industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
teknologi telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat,sehingga
berpengaruh langsung terhadap timbul dan berkembangnya gejala yang
disebut gelandangan itu. Gelandangan boleh jadi dampak sosial, ketika orang
tidak mampu beradaptasi dengan perubahan,pada gilirannya dapat
menimbulkan ketegangan (stress) pada dirinya. Ketegangan merupakan factor
pencetus,penyebab atau akibat dari suatu penyakit mental,sehingga saraf
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang dapat berkurang dan menurun.

Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup


dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan
yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum tentang
penanggulangan gelandangan dan pengemis. Penyebab istilah gelandangan
adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalan-jalan
umum,dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan
lingkungan.(Karnadi,2014)

Fenoma sosial mengenai Gelandangan dapat ditemui secara langsung di


sepanjang jalan, trotoar, jembatan, di pasar ataupun di pusat pertokoan.
Gelandangan yang hidupnya secara nomaden (berkeliaran di lingkungan
masyarakat) dan serta memiliki keterbelakangan mental (gangguan jiwa) ini
sangat merugikan masyarakat sekitar dan Pemerintah. Tekanan kehidupan dan
ketidaksiapan dalam perubahan sosial salah satu penyebab utama terhadap
pertambahan Gelandangan . Sehingga jumlah dari Gelandangan semakin hari
semakin bertambah.

1
Sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, anak gelandangan
memiliki keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang
merupakan hak anak. Disinilah peran orang dewasa termasuk orang tuanya,
masyarakat dan pemerintah yang berkewajiban untuk memenuhi hak-hak
anak tersebut. Yang menjadi permasalahannya adalah orang yang berada di
sekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-
hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang
pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua
akan keberadaan anak, dan sebagainya.

1.2. Tujuan  Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak
gelandangan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada anak gelandangan
b. Mahasiswa/i mampu menegakkan diagnosa pada anak gelandangan
c. Mahasiswa/i mampu menetapkan intervensi pada anak gelandangan
d. Mahasiswa/i mampu melakukan implementasi pada anak gelandangan
e. Mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi pada anak gelandangan.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi Pemerkosaan Pada Anak


Gelandangan adalah seorang yang hidup dalam keadaan yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan
mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat. Oleh karna tidak mempunyai
tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah
kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta
api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan
sehari-hari.

Pada anak gelandangan, kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak dapat
terpenuhi dengan baik. Hal ini menjadikan anak gelandangan di Indonesia
menjadi suatu persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak
gelandangan memang bukan merupakan pilihan hidup yang diinginkan
siapapun dan bukan kehidupan yang menyenangkan, karena mereka berada
dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak
jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan Negara.

2.2 Etiologi
Masalah sosial tidak bisa dihindari keberadaanya dalam kehidupan
masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan adalah masalah
gelandangan . Permasalahan sosial gelandanagan merupakan akumulasi dan
interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal hal kemiskinan, pendidikan
rendah, minimnya keterampilan kerja yang di miliki,lingkungan, sosial
budaya, kesehatan dan lain sebagaianya. Adapun gambaran permasalahan
tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

1 Masalah kemiskinan.
kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum sehingga tidak dapat
Mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak.

3
2 Maslah Pendidikan
Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan dan pengemis relatif rendah
sehingga menjadi kendala untuk memperleh pekerjaan yang layak

3 Masalah keterampilan kerja


Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang
sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

4 Masalah sosial budaya


Ada beberapa faktr sosial budaya yang menagkibatkan seseorang menjadi
gelandangan dan pengemis.
a. Rendahnya harga diri.
Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang, mengakibatkan tidak
dimiliki rasa bamu untk minta minta.
b. Sikap pasrah pada nasib.
Mareka manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi mereka sebagai
gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan
untuk melakuan perubahan.
c. Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang ada kenikmatan
tersendiri bagi orang yang hidup mengelandang

2.3 Tanda Dan Gejala


Faktor-faktor penyebab terjadinya anak jalanan ini bisa digolongkan
menjadi dua, yaitu :
a. Faktor Internal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan diantaranya
adalah: 
1) Sifat malas dan tidak mau bekerja.
2) Adanya cacat-cacat yang bersifat biologis- psikologis. Cacat
keturunan yang bersifat biologis yaitu kurang berfungsinya organ
tubuh untuk memproduksi atau organ genital yang menimpa
seseorang. Cacat psikologis adalah kurang berfungsinya mental
dan tingkah laku seseorang untuk bersosialisasi di masyarakat.

4
3) Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat Seseorang
anak yang tidak memiliki hobbi yang sehat atau kegemaran yang
positif untuk mengisi waktu luangnya maka dengan mudah untuk
melakukan tindakan negatif.
4) Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan
yang baik dan kreatif Ketidakmampuan penyesuaian diri atau
adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif
menimbulkan tindakan amoral atau tindakan yang mengarah pada
perubahan yang negatif.
5) Impian Kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi anak didalam
keluarga dapat menimbulkan pemberotakan didalam dirinya dan
berusaha mencari jalan keluar. Seorang anak merasa bosan dan
tersiksa dirumah karena setiap hari menyaksikan kedua orang
tuanya bertengkar dan tidak memperhatikan mereka, pada
akhirnya dia memilih kejalanan karena ia merasa memiliki
kebebasan dan memiliki banyak kawan yang bisa menampung
keluh kesahnya.
6) Ingin memiliki uang sendiri Berbeda dengan faktor dorongan dari
orang tua, uang yang didapatkan anak biasanya digunakan untuk
keperluan sendiri.
b. Faktor Eksternal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan diantaranya
adalah:   

1) Dorongan Keluarga Keluarga dalam hal ini biasanya adalah ibu


atau kakak mereka, adalah pihak yang turut andil mendorong anak
pergi kejalanan. Biasanya dorongan dari keluarga dengan cara
mengajak anak pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang
tuanya (biasanya membantu mengemis) dan menyuruh anak untuk
melakukan kegiatan-kegiatan dijalanan yang menghasilkan uang.

2) Pengaruh Teman Pengaruh teman menjadi salah satu faktor yang


menyebabkan anak pergi kejalanan. Pengaruh teman menunjukan
dampak besar anak pergi kejalanan, terlebih bila dorongan pergi
kejalanan mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluarga. 

5
3) Kekerasan dalam keluarga  Tindak kekerasan yang dilakukan oleh
anggota keluarga terhadap anak menjadi salah satu faktor yang
mendorong anak lari dari rumah dan pergi kejalanan.
Adapun tanda dan gejala berdasarkan usia :
1. Balita
a) Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut,
iritasi kencing, penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa
penyebab jelas bisa merupakan indikasi seks oral.
b) Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain , gangguan tidur (susah
tidur, dan ngompol), serta perkembangan terhambat.

2. Anak usia prasekolah


a) Tanda fisik :badan yang kurus, baju berantakan, hiperaktif, keluhan
somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut, sembelit.
b) Tanda pada perilaku emosional dan sosial : kelakuan yang tiba-tiba
berubah, anak mengeluh sakit karena perlakuan kekerasan
3. Anak usia sekolah
Memperlihatkan tanda-tanda diatas serta perubahan kemampuan belajar,
seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan
teman terganggu, lebih suka tidur di kolong jembatan,memilih untuk
memungut sampah disekitar.
4. Remaja
Memperlihatkan tanda-tanda perubahan kemampuan belajar, seperti susah
konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan teman
terganggu, depresi, menarik diri, malu, sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi
buruk, dan kelakuan yang merusak diri sendiri, pikiran bunuh diri,
gangguan makan, melarikan diri, berbagai kenakalan remaja, penggunaan
obat terlarang atau alkohol, kehamilan dini, melacur, seks diluar nikah,
atau kelakuan seksual lain yang tak biasa

6
2.4 Jenis Gelandangan
Adapun kategori anak gelandangan dapat di sesuaikan dengan kondisi anak
jalanan di masing-masing kota. Secara umum kategori anak gelandangan
adalah sebagai berikut:
1. Anak gelandangan Yang Hidup Di Jalanan, Dengan cirinya
Sebagai Berikut:
a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya
minimal setahun yang lalu.
b. Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan menggelandang.
c. Bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang tempat
seperti di emperan toko, kolong jembatan, taman, terminal, stasiun,
dll.
d. Tidak bersekolah lagi.
2. Anak gelandangan Yang Bekerja Di Jalanan, Cirinya Adalah:
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang
secara periodik misalnya: seminggu sekali, sebulan sekali, dan
tidak tentu. Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja
di jalanan.
b. Berada di jalanan sekitar 8-12 jam untuk bekerja, sebagian
mencapai 16 jam. 33
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama
teman, dengan orang tua/saudaranya, atau di tempat kerjanya di
jalan. d. Tidak bersekolah lagi.
3. Anak Yang Rentan Menjadi Anak gelandangan, cirinya adalah:
a. Setiap hari bertemu dengan orang tuanya ( teratur )
b. Berada di jalanan sekitar 4-6 jam untuk bekerja.
c. Tinggal dan tidur dengan orang tua/wali.
d. Masih bersekolah.
.

7
2.5 Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan
Adapun layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan adalah:
1) Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian,
perumahan dan kesehatan
2) Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris.
keperawatan dan psikologis
3) Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
4) Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha,
ketrampilan kerja dan penempatan dalam masyarakat.
5) Kebutuhan rohani

2.6 Langkah-langkah Rehabilitasi sosial pada anak gelandangan


 Tahap identifikasi : Masalah sosial merupakan fenomena yang muncul
dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama
yang mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat
perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural
 Tahap diagnosis : setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan
mendorong timbulnya respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama.
 Tahap treatment: terdiri dari beberapa tahap yaitu : - Pendekatan awal :
Razia oleh petugas dan kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah
sakit dan dinas sosial. - Penerimaan dan pengasramaan : Pengungkapan
masalah dan Pelaksanaan rehabilitasi sosial, Pelaksanaan rehabilitasi sosial
terdiri dari: Bimbingan fisik, Bimbingan mental, Bimbingan sosial
 Resosialisasi : Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan
masyarakat secara normatif dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat
menerima klien
 Penyaluran : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan
klien kedalam kehidupan masyarakat secara normatif
 Bimbingan lanjut : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih
memantapkan klien kembali dalam kehidupan masyarakat

8
 evaluasi : Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi
sosial berjalan dengan baik

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan


2.7.1 pengertian
Defisit perawatan diri adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal(pikiran) dan rangsangan
ekternal (dunia luar).klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek tau rangsangan nyata (Farida
dan yudi,2010).

2.7.2 pohon masalah

Resiko bunuh diri Akibat masalah

HDR Akibat masalah

Defisit perawatan diri Inti masalah

Koping Individu Inefektif Masalah Penyebab

2.7.3 penatalaksanaan keperawatan


1. pengkajian
kurang perawatan diri pada klien dengan ganngguan jiwa terjadi
akibat ada perubahan prose pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri makan secara mandi,berhias diri secara mandiri
dan eliminasi (buang air besar/buang air kecil) secara mandiri.
Untuk mengggetahui apakah pasien mengalami masalah defisit
perawatan maka tanda dan gejala dapat diperole melalui obsevasi
pada klien yaitu:

9
a. gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor,gigi
kotor,kulit berdaki dan bau kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut
acak-acakan pakaian kotor dan tidak rapi,pakaian tidak seuai
pada pasien laki-laki tidak bercukur,pada pasien wanita tidak
berdandan
c. Ketidakmampuan secara makan mandiri ,ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri,makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri ditandai
denfgan defekasi/berkemih tidak pada tempatnya,tidak
membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/berkemih
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang ditetapkan diagnosis keperawatan
DEFISIT PERAWATAN DIRI
3. Intervensi keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan :
1. Pasien mampu melakukan untuk kebersihan secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. .pasien mampu melakukan defekasi/berkemih secara mandiri.
b. Tindakan keperawatan
1. Melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan
2. Melatih pasien berdandan/berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
4. Melatih pasien defekasi/berkemih secara mandiri

10
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus :
Seorang wanita bernama Nn. A berusia 14 tahun dibawa oleh orangtuanya ke
RSJ Mawar Indah Medan pada tanggal 12 Juli 2019 dengan keluhan
hambatan perkembangan berfikir,putus asa,merasa tidak berdaya,sulit tidur,
gelisah, mudah tersinggung, perasaan malu terhadap diri sendiri, sering
menyendiri, menilai diri negative.
1.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun
Status : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sunggal Medan
Tanggal masuk : 12 Juli 2019
Tanggal pengkajian : 17 Juli 2019
No.register : 34-42-78
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gaperta Medan
Hubungan dengan klien : Anak
c. Faktor predisposisi
Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami konflik dengan orang
di sekitarnya. Selain itu ada juga tekanan, isolasi, pengangguran yang
disertai perasaan tidak berguna, putus asa, dan merasa tidak berdaya.

11
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan sebelumnya tidak ada yang pernah mengalami
gangguan jiwa.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien tampak tidak senang dan malas menjawab karena dalam riwayat
masa lalunya mengalami tekanan dalam keluarga dan lingkungan.
f. Masalah keperawatan : koping individu inefektif
g. Pemeriksaan fisik :
1) TD : 110/80 mmHg
2) N : 84 x/i
3) S : 36,5 oC
4) P : 20 x/i
5) TB : 158 cm
6) BB : 55 kg
h. Keluhan fisik : klien mengatakan saat emosi pikirannya sering terdistorsi
ilusi, sulit berkomunikasi dengan sesama.
i. KonsepDiri
1. Gambaran diri : klien menerima dirinya karena merasa tubuhnya
sempurna
2. Identitas klien: klien adalah laki-laki
3. Peran : sebagian anak yang masih membutuhkan kasih sayang orang
tua
4. Ideal diri :klien berharap cepat sembuh dan pulang kerumah sehingga
dapat berkumpul kembali bersama keluarga
5. Harga diri :klien meras malu tidak berani ,tidak percara diri tidak
berguna dan lingkungan tempat tinggalnya semenjak berhasil meraih
cita-citanya

Masalahkeperawatan : Harga diri rendah


j. HubunganSosial
a) Orang yang berarti : orang tuaklien
b) Peransertadalamkegiatanmasyarakatkarenaklienmengalamigangguanji
wabegitupula di RS Jiwa

12
c) Hubungan dalam berhubungan dengan orang lain :sebelum masuk rs
jiwa, klien tidak aktif bersosialisasi dan merasa di kucilkan oleh orang
setelah mengalami gangguan jiwa.seorang klien sudah mampu
memilih teman namun sering menyendiri
Masalahkeperawatan : Isolasisocial :Menarikdiri

k. Spiritual
1 Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan klien menyakini
adanyaTuhan Yang Maha Esa
2 Kegiatanibadah : Selama klien di rawat di Rsjiwa klien
jarang ibadah

Masalah keperawatan: Tidak ada


l. Status Mental
1 Penampilan
Penjelasan :klien berpenampilan tidak rapi, kotor dan rambut acak
acakan
Masalahkeperawatan :Defisit Perawatan Diri
2 Pembicaraan
Penjelasan :Klien masih mampu menjawab pertanyaan perawat
dengan
Lambat namun dapat dipahami
Masalahkeperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
3 AktivitasMotorik
Penjelasan :Klien terlihat lesu dan tidak bergairah
Masalah keperawatan :Tidak Ada
4 Suasana perasaan
Penjelasan :klien sedih karena ditinggal di rumahsakit, terlebih
keluarga
Jarang datang menjumpai
Masalah keperawatan :HargaDiriRendah
5 Afek
Penjelasan :Klien sedih semenjak gagal meraih cita-citanya

13
Masalah keperawatan :HargaDiriRendah
6 Interaksi selama wawancara
Penjelasan :Klien kurang kooperatif, jika berbicara klien kadang-
kadang memalingkan wajah ,kurang kontak mata pada bicara, mudah
tersinggung
Masalahkeperawatan :Isolasi social
7 Persepsi
Penjelasan :klien mengatakan bahwa ada suara-suara yang menyuruh
Untuk mengolesi badannya dengan fesesnya saat BAB
Masalah keperawatan :Gangguan persepsisensori :halusinasi
pendengaran
8 Proses pikir
Penjelasan :klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik .
Masalah keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
9 Isi pikir
Penjelasan :klien dapat mengontrolisi pikirannya,klien tidak
mengalami gangguan isi piker dan tidaka da waham
Masalahkeperawatan :Tidak Ada
10 Tingkat kesadaran
Penjelasan :klien tidak mengalami gangguan orientasi, mengenali
waktu,orang dan tempat
Masalah keperawatan :Tidak Ada
11 Memori
Penjelasan :klien mampu menceritakan masalah kejadian di masa
laludan
Yang baru terjadi
Masalah keperawat :Tidakada
12 Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan :klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
Tanpa bantuan orang lain
Masalah keperawatan :Tidak Ada
13 Kemampuan penilaian

14
Penjelasan :klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
Masalah keperawatan :Tidak ada
14 Daya tolakdiri
Penjelasan :klien tidak mengingkari penyakit yang diderita,klien
Mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit
jiwa.
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
m. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
klien mengalami mekanis mekoping maladaptive yang klien jarang berbica
dengan orang lain dan lebih suka menyendiri
n. Pengetahuan KurangTentangGangguanJiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang dialaminya dan obat
yang dikonsumsinya
o. AspekMedik
Diagnosis Medis: SkizoferniaPerinoid
Therapy Medis :
1 Haloperidol 5 mg (2x1)
2 Ttryhexipenidil 2 mg (2x1)
3 Chlorpromazine 100 mg ( 2x1)

i. Analisa data
No. Data Masalah
1. DS : Klien mengatakan malas untuk Deficit perawatan
merawat diri,lebih suka menggunakan diri
pakain yang kotor.tidak mau
mandi,makan-makanan bekas.

DO : Klien nampak tidak rapi, bau,


badan agak kotor ,kuku panjang dan
kotor

2. DS : keluarga klien mengatakan Harga Diri Rendah

15
sebelumnya klien pernah mengalami
konflik dengan orang di
sekitarnya.Klien mengatakan dirinya
tidak berguna, dan merasa putus asa,

DO : Klien tampak seperti orang


bingung. Klien tampak sedih suara
klien terdengar pelan, malu dan tidak
ada kontak mata, roman muka atau
mimik wajah klien tampak tak ada
perubahan saat stimulus menyedihkan
atau menyenangkan.
3. DS : Klien mengatakan marah jika ada Resiko perilaku
yang mengajaknya berbicara tentang kekerasan
masa lalunya, jika di tanya masa
lalunya klien hanya melotot.

DO : Klien tampak mudah tersinggung,


klien tampak melotot jika ada yang
membuatnya tersinggung dan tangan
menggenggam.

j. Pohon masalah :
RPK Akibat masalah

HDR Akibat masalah

deficit perawatan diri Inti masalah

Koping individu inefektif Masalah Penyebab


k. Daftar masalah keperawatan

16
1) RPK
2) Defisit perawatan diri
3) HDR
4) Koping individu inefektif
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. RPK
2. Deficit perawatan diri
3. HDR
3.3 Intervensi Keperawatan
N Diagnosa keperawatan Intervensi
o
1 defisit perawatan diri SP 1 :
Melatih cara perawatan diri : Mandi
SP 2 :
Melatih cara perawatan diri : Berhias
SP 3 :
Melatih cara perawatan diri :
Makan/minum
SP 4 :
Melatih cara perawatan diri :
BAB/BAK
2 RPK Sp 1:
Mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara: *latihan fisik 1 :Tarik nafas
dalam
*latihan fisik 2 :Pukul Kasur
bantal
Sp 2:
Mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara minum obat teratur
Sp 3:
Komunikasi secara
verbal:asertif/bicara baik-baik
Sp 4:
Spiritual
3 HDR Sp 1:mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
Sp 2: *menilai kemampuan yang dapat
digunakan
*menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan
*melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 1

17
Sp 3:
melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
Sp 4:
melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3

3.4 Implementasi Dan Evaluasi

Hari/Tgl Implementasi Evaluasi


Jumat 1. Data : S:
17/07/2019  Tanda dan gejala : Senang
Klien malas mandi, keramas O:
dan gosok gigi, kuku panjang Klien tampak senang,
dan kotor, bau, pipis klien mampu
sembarangan serta menyebutkan perawatan
penampilan acak-acakan diri : mandi seperti mandi
 Kemampuan : menggunakan sabun
Pasien mampu A:
membersihkan tempat tidur Defisit perawatan diri (+)
2. Diagnosa Keperawatan P:
Defisit Perawatan Diri Latihan cara mandi :
3. Tindakan keperawatan :  Mandi 2x1/hari
Sp 1 Melatih cara perawatan diri :  Keramas 1x2/hari
mandi  Menggosok gigi
Melatih klien cara : 2x1/hari
15.20 WIB  Mandi menggunakan air
bersih dan sabun mandi
 Mencuci rambut/keramas
dengan menggunakan
shampoo
 Mengosok gigi dengam
menggunakan sikat gigi
dan odol
4. RTL :

18
Sp 2 Defisit perawatan diri
Melatih cara perawatan diri :
Berhias
Senin 1. Data : S:
24/07/2019  Tanda dan gejala : Senang
Klien masih malas mandi, O:
keramas dan gosok gigi, kuku  Klien masih tampak
panjang dan kotor, bau, pipis kotor dan bau
sembarangan serta penampilan  Klien memotong
acak-acakan kukunya
 Kemampuan : A:
Pasien sudah mampu Defisit Perawatan Diri
melakukan perawatan diri : (+)
mandi dan gosok gigi namun P:
masih 1 kali dalam sehari a. Latihan cara mandi
2. Diagnosa keperawatan  Mandi 2x1/hari
10.30 WIB Defisit Perawatan Diri  Keramas 1x2/hari
3. Tindakan keperawatan :  Menggosok gigi
Sp 2 Melatih cara perawatan 2x1/hari
diri : Berhias b. Latihan cara berhias :
Melatih klien cara :  Berpakaian rapi
 Berpakaian rapi 3x1/hari
 Menyisir rambur  Menyisir rambut
 Memotomg kuku 3x1/hari
 Menyarankan klien  Memotong kuku
untuk pangkas/potong 1x/minggu
rambut  Pangkas/potong
4. RTL : rambut1x2/bulan
Sp 3 Defisit Perawatan Diri :
Melatih cara perawatan diri :
Makan /minum
Jumat 1. Data : S:
28/07/2019  Tanda dan gejala : Senang

19
Klien masih bau, pipis O:
sembarangan serta penampilan Klien tampak rapid an
acak-acakan masih bau, rambut masih
 Kemampuan : acak-acakan, cuci tangan
Pasiem sudah mampu sebelum dan sesudah
melakukan perawatan diri : makan, makan masih
mandi, berhias, makan/minum berjatuhan
2. Diagnosa keperawatan : A:
Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri (+)
3. Tindakan keperawatan : P:
Sp 4 Melatih cara perawatan 1. Latihan cara mandi
diri : BAB/BAK  Mandi 1x1/hari
 BAB/BAK di toilet  Keramas 1x2/hari
 Setelah BAB/BAK : siram  Menggosok gigi
dengan air dan cuci tangan 2x1/hari
menggunakan sabun 2. Latihan cara berhias
4. RTL :  Berpakain rapi
Follow up dan evaluasi SP 1-4 1x1/hari
Defisit perawatan diri  Menyisir rambut
2x1/hari
3. Latihan cuci tangan
sebelum dan sesudah
makan 4x/hari
4. Latihan makan secara
perlahan dan bersih
tidak berjatuhan
2x1/hari
5. Latihan minum secara
perlahan dan tida k
tumpah 2x/hari
6. Latihan BAB/BAK di
toilet dan menyiram

20
dengan air dan cuci
tangan menggunakan
sabun 3x/hari

BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah kelompok melaksanakan asuhan keperawatan kepada Nn. A dengan
korban gelandangan di RSJ Mawar Indah Medan maka, pad BAB 4 ini
kelompok akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan

21
tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
4.1 Tahap pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu
dari pasien, dan keluarga pasien. Selama pengkajian perawat melakukan
pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, kelompok melakukan pendekatan
kepada klien dan membina hubungan saling percaya kepada klien.
Komunikasi yang baik dengan klien sangat penting dalam keberhasilan saat
melakukan pengkajian terhadap klien halusinasi. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Husna R.A, bahwa ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan klien dalam
melakukan pelayanan kesehatan dirumah sakit.
Setelah terjalin hubungan saling percaya antara klien dengan perawat,
perawat melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara langsung
dengan keluarga klien dan klien, saat proses pengkajian dilakukan, klien
kelihatan kooperatif akan tetapi jika perawat mengungkit masalalu klien,
klien langsumg marah dan melotot. Hal ini sangat berpengaruh dengan
proses pengumpulan data.

4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan


Setelah dilakukan pengkajian, kelompok menyusun diagnosa keperawatan
berdasarkan data dari hasil pengkajian. Menurut American Nursing
Association bahwa diagnosa keperawatan adalah respon individu pada
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian. Sedangkan masalah potensial
adalah masalah yang mungkin timbul kemudian hari. Berdasarkan tinjauan
teoritis menunjukkan bahwa diagnosa keperawatan terdiri dari gangguan
persepsi sensori : resiko bunuh diri, defisit perawatan diri, isolasi sosial,dan
harga diri rendah sedangkan dalam tinjauan kasus, kelompok mendapatkan
beberapa diagnosa keperawatan yang muncul yaitu

22
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Defisit perawatan diri
c. Harga diri rendah

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa ada 2 diagnosa keperawatan


yang tidak terdapat pada diagnosa keperawatan secara teoritis yaitu resiko
bunuh diri, dan isolasi sosial. Perbedaan antara teori dan kasus ini
kemungkinan disebabkan oleh gangguan yang sudah dialami klien sudah
lama dan memiliki koping yang maladaptif yaitu menghindari masalah yang
menyebabkan muncul diagnosa keperawatan yang lain.

4.3 Tahap Perencanaan


Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan kelompok hanya menyusun
rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan
yaitu :Defisit Perawatan Diri. Keberhasilan rencana asuhan keperawatan
sangat di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu, klien, keluarga dan perawat.
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan sehingga kelompok dapat melaksanakan tindakan seoptimal
mungkin dan didukung dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik
dan adanya bimbingan dan petunjuk dari petugas kesehatan.
Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang di lakukan
kelompok yaitu:
a. Mengidentifikasi penyabab ketidakmampuan merawat diri
b. Melatih klien melakukan perawatan diri dengan mandi
c. Melatih klien melakukan perawatan diri dengan berhias
d. Melatih klien melakukan perawatan diri dengan makan dan minum
e. Melatih klien melakukan perawatan diri dengan BAB/BAK

4.4 Tahap Implementasi

23
Pada setiap diagnosa keperawatan tahap implementasi baik antara tinjauan
teoritis dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Implementasi merupakan
perwujudan dari perencanaan yang merupakan serangkaian tindakan,disini
perawat diri. Dari setiap diagniosa keperawatan implementasi yang dilakukan
sebagai berikut, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien, menilai kemampuan yang dapat di gunakan, menetapkan/memilih
kegiatan sesuai kemampuan dan melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih.

Pada tahap implementasi kelompok tidak menyelesaikan semua sesuai


dengan tindakan yang sudah direncanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu : klien masih belum ada waktu untuk tindakan
selanjutnya.

4.5 Tahap Evaluasi


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawataan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu penekatan lain. Sesuai dengan rencana tindakan yang telah
diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau
belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga.

BAB 5
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24
Kata gelandangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki artian
orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap.
Gelandangan sebagai entitas sosial merupakan orang yang dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat,
serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah
tertentu dan hidup mengembara ditempat umum (PP no.31 tahun 1980
tentang penanggulangan gelandangan dan pengemis)

3.2 Saran
Kami menyarankan agar keluarga atau orang tuatetap memberikan hak-hak
anak. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau keluarga menyusun kegiatan
sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama tiap hari, mengatur kegiatan
harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah, dan
memperpertahankan aturan secara konsisten dan berimbang.

DAFTAR PUSTAKA
1) Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

25
2) Dochteman, J. M., &Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions
Classification (NIC) (5thed.). America: Mosby Elsevier
3) Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification
(NOC) (5th ed). United states of America: Mosby Elsevier Nanda
international. (2015). Diagnose keperawatan: defenisidanklasifikasi 2015-
2017 (10thed). Jakarta: EGC

26

Anda mungkin juga menyukai