Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT ANAK

DI RW 004 DESA SEMBUNGAN

UNGARAN BARAT

OLEH

KELOMPOK 5

1. A. HADI PRAMONO
2. DESI LUSIANA PUTRI (070117B082)
3. GALIH YUDATAMA (070117B083)
4. MIFTACHUL LAILI
5. MUH HAMDI DUWI S (070117B035)
6. NUR AINI
7. REZA REGINA
8. SHANTY AMELIA
9. WIDIAWARNI
10. WULANDARI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu
lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang
sama dimana mereka tinggal, kelompok sosialyang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2009).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka
dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan
masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga
mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan
meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta
mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.
Dalam masyarakat ada pula kelompok usia anak yang merupakan salah satu bagian
kelompok yang terdiri dalam masyarakat. Anak merupakan individu tersendiri yang
bertumbuh dan berkembang secar unik dan tidak dapat diulang setelah usianya
bertambah. Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak ada pula hal yang dapat
mengganggu salah satunya yaitu masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia
anak.

Menurut KEMENKES (2013) Populasi jumlah anak di Indonesia pada tahun


2013 mencakup 37,66% dari seluruh kelompok usia atau ada 89,5 jt penduduk
termasuk dalam kelompok usia anak. Berdasarkan kelompok usia, jumlah anak
kelompok usia 0-4 sebanyak 22,7 jt jiwa (9,54%), kelompok usia 5-9 tahun sebanyak
23,3 jt jiwa (9,79%), kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 22,7 jt jiwa (9,55%), dan
kelompok usia 15-19 tahun berjumlah 20,9 jt (80,9%).
Dalam bidang kesehatan saat ini, masalah kesehatan anak merupakan salah
satu masalah utama yang ada di negara berkembang terrnasuk Indonesia. Masalah
kesehatan yang sering muncul pada anak seperti masalah kesehatan gigi dan mulut
menurut RIKESDAS 2013 jumlah anak yang memiliki masalah kesehatan gigi dan
mulut sebesar 24,8 % dari 57,1% keseluruhan jumlah penduduk yang mengalami
maslah kesehatan kesehatan gigi dan mulut. dan pola hidup yang tidak sehat dapat
mengganggu tumbuh kembang anak. Karena itu untuk dapat mengatasi masalah
tersebut, dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang masalah
kesehatan pada anak.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan praktik komunitas di harapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan komunitas dengan meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menjaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan di RW 05 Kelurahan
Langensari
b. Menentapkan masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatakan self
Care individu dan keluarga
d. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan pada masyarakat
e. Meningkatkan kesehatan kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan
B. MANFAAT
1. Masyarakat RW 005 Kelurahan Langensari
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan
lingkungan perumahan, pendididkan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang
ada serta pelayanan sosial/ kegiatan sosial kemasyarakatan di RW 05 Kelurahan
Langensari
2. Puskesmas
Memberika gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan
kesehatan serta sosial kemsyarakatan yang ada dimaysrakat RW 05 Kelurahan
Langensari
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas khususnya di RW
005 Kelurahan Langensari
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2008) anak sekolah adalah anak pada usia 6 sampai 12
tahun yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lainnya. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
ketrampilan tertentu.

B. Tahap perkembangan anak usia sekolah

1. Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin logis dan kritis
semakin kuat sehingga sering kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita –
cita .
2. Aspek sosial
Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun masih
memiliki kecenderungan untuk kurang hati – hati dan berhati – hati.
3. Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak
termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik

C. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah


Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller
Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

D. Permasalahan kesehatan pada usia sekolah


1. Gangguan perkembangan
a. Gangguan tingkah laku
Beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tingkah laku dan
kenakalan anak:
1) Disregulasi neurologik
Tingginya angka kejadian gangguan tingkah laku yang terjadi
bersamaan dengan dengan ADHD yaitu sekitar 50% menguatkan
anggapan bahwa yang mendasari terjadinya gangguan ini adalah
disregulasi neurologik.
2) Faktor biokemikal
Teori biokemikal mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
berkurangnya kadar serotonin pada sistem saraf pusat dengan
terjadinya perilaku agresif dan impulsive.
3) Faktor biologi anak
Temperamen anak cenderung sebagai prediktor terjadinya
gangguan tingkah laku. Apabila orangtua menanggapi dengan tidak
sabar, tidak konsisten dan banyak memberikan larangan pada anaknya
maka kelak anak ini akan mengalami gangguan tingkah laku.
Perilaku kriminal dan agresif dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan dimana faktor lingkungan pengaruhnya sedikit lebih
besar. Kelemahan neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-
kanak dari anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku.
Kelemahan tersebut termasuk keterampilan verbal yang rendah,
masalah dalam fungsi pelaksanaan (kemampuan mengantisipasi,
merencanakan, menggunakan pengendalian diri, dan menyelesaikan
masalah) dan masalah memori.
4) Faktor sekolah
Anak yang mengalami gangguan tingkah laku sering
mempunyai intelektual dan prestasi akademik yang rendah.
5) Psikologi orang tua
Ibu yang depresi, ayah pecandu alkohol, penjahat dan
mempunyai perilaku anti social berhubungan erat denga terjadinya
gangguan tingkah laku pada anaknya.
6) Peranan keluarga
Perceraian, konflik dalam perkawinan dan kekerasan, interaksi
orang tua dengan anak, kemelaratan dan genetik berpengaruh
terhadap gangguan tingkah laku pada anak. Anak-anak dapat
mempelajari agresivitas orang tua yang berperilaku agresif. Anak juga
dapat meniru tindakan agresif dari berbagai sumber lain seperti
televisi. Karena agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif,
meskipun tidak menyenangkan, kemungkinan hal tersebut dikuatkan.
Oleh karena itu setelah ditiru, tindakan agresif kemungkinan akan
dipertahankan. Berbagai karakteristik pola asuh seperti disiplin keras
dan tidak konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisiten
dihubungkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
7) Pengaruh teman sebaya
Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap agresi dan
anti sosial anak-anak memfokuskan pada dua bidang besar, yaitu:
Penerimaan atau penolakan dari teman-teman seusia. Penolakan
menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku agresif, bahkan
dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahulu
Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang.
Pergaulan dengan teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan
kemungkinan perilaku nakal pada anak.
8) Faktor-faktor sosiologis.
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah,
kehidupan keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap
perilaku kriminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap
sebagai faktor-faktor yang berkontribusi. Kombinasi perilaku anti
sosial anak yang timbul di usia dini dan rendahnya status
sosioekonomi keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan di
usia muda karena tindakan kriminal. Faktor-faktor sosial berperan,
korelasi terkuat dengan kenakalan adalah hiperaktivitas dan
kurangnya pengawasan orang tua.

b. Gangguan Perkembangan Belajar


Kriteria Gangguan Perkembangan Belajar :
1) Prestasi dalam bidang membaca, berhitung atau menulis ekspresif
di bawah tingkat yang diharapkan sesuai usia penderita,
pendidikan, dan intelegensi.
2) Sangat menghambat performa akademik atau aktivitas sehari-hari.
3) Gangguan perkembangan belajar dibagi menjadi tiga kategori.
Tidak satupun dari diagnosis yang tepat jika disabilitas tersebut
dapat disebabkan oleh defisit sensori, seperti masalah visual atau
pendengaran.
4) Anak dengan gangguan membaca (disleksia) mengalami kesulitan
besar untuk mengenali kata, memahami bacaan, serta umumnya
juga menulis ejaan. Masalah ini terus dialami hingga dewasa.
Gangguan ini terjadi 5-10 persen anak usia sekolah, tidak
menghambat penderitanya untuk berprestasi.
5) Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam
kemampuan untuk menyusun kata tertulis (termasuk kesalahan
ejaan, kesalahan tata bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan
yang buruk) yang cukup parah sehingga dapat sangat menghambat
prestasi akademik atau aktivitas sehari-hari.
6) Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan
dalam mengingat fakta-fakta secara cepat dan akurat, menghitung
objek dengan benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka
dalam kolom-kolom.
E. Peran dan fungsi perawat
Perawat melakukan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga
maupun dalam sekolah pada anak yang mengalami gangguan kesehatan.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT ANAK

1. PENGKAJIAN
a. Jumlah Anak Usia Sekolah
Jumlah anak usia sekolah di RW 04 desa Sembungan sebanyak 42 jiwa dari total
jumlah KK 583 KK (Kepala Keluarga)
b. Jenis kelamin

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak usia sekolah

Jumlah Presentase
Laki -Laki 99 52%
Perempuan 92 48%

PRESENTASE JENIS KELAMIN USIA


ANAK SEKOLAH

LAKI LAKI
PEREMPUAN
48% 52%

Berdasarkan data diatas jumlah anak usia sekolah di lingkungan RW 054 desa
Sembungan paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 99 orang (52%)
cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
ya tidak
19%

81%

Berdasarkan diagram di atas dari 48 anak, didapatkan sebanyak 81% (39 anak)
mencuci tangan mengguakan sabun dan air bersih mengalir. Sendangkan sebanyak 19% (9
anak) tidak mencuci tangan menggunakan air mengakir bersih dan sabun.

mencuci tangan sebelum dan


sesudah makan
ya tidak
31%

69%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak diukur kemampuan mencuci tangan


didapatkan sebanyak 69% (33 anak) memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan sendangkan untuk yang belum meemiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum
dan sesudah sebanyak 31% (15 anak)
mencuci tangan setelah bermain
ya tidak

38%

63%

Dari 48 anak didapatkan sebanyak 62%(30 anak) memiliki kebiasaan mencuci tangan
setelah bermain. Sendangkan untuk 38%(18 anak) belum memiliki kebiasaan mencuci tangan
setelah bermain.

Mencuci Tangan sebelum dan


sesudah BAK/BAB
ya tidak

33%

67%

Dari diagram diatas sebanyak 48 anak yang memiliki kebiasaan mencuci tangan
sebelum/sesudah BAK/BAB sebanyak 67% (41 anak) dan 33% (7 anak) tidak mencuci
tangan sebelum atau sesudah BAB/BAK.
Memilih Makanan atau jajanan yang
terbungkus
ya tidak

48%
52%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak yang memilih makan atau jajanan yang
terbungkus sebanyak 48% (23 anak) dan yang memilih makanan atau jajanan yang tidak
terbungkus sebayak 52% (25 anak).

Menggunakan Jamban
ya tidak

15%

85%

Berdasarkan diagram diatasdari 48 anak di dapatkan 85% (41 anak) sudah


menggunakan jamban untuk BAB/BAK, sendangkan yang tidak menggunakan jamban
sebanyak 15% (7 anak).
Membuang Sampah Pada tempatnya
ya tidak
23%

77%

Berdasarkan diagram diatas yang diambil dari 48 anak yang membuang sampah pada
tempatnya sebanyak 77%(37 anak) dan yamg tidak membuang sampah pada tempatnya
sebanyak 23%(11 anak)

Mengikuti Kerja Bakti


ya tidak
21%

79%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak yang mengikuti kegiatan kerja bakti
sebanyak79%(38 anak) dan yang tidak ikut berpartisipasi dalam mengikuti kerja bakti
sebanyak 21% (10 anak).
Menyikat Gigi 2 kali sehari
ya tidak

33%

67%

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang menyikat gigi 2 kali sehari
sebanyak 67% (32anak) dan yang tidak menyikat gigi 2 kali sehari sebanyak 33% (16 anak).

Memeriksakan gigi 6 bulan sekali


ya tidak

40%

60%

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang memeriksakan gigi rutin tiap 6
bulan sekali sebanyak 40% (19 anak) dan yang tidak memeriksakan gigirutin tiap 6 bulan
sekali sebanyak 60% (29 anak).
Makanan Yang disukai
junkfood bakso, nasi goreng, dll snack
19% 17%

65%

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang menyukai bakso,nasi goreng, dll
sebanyak 64 %(31 anak), sebanyak 17% (8 anak) menyukai junkfood, dan sisanya sebanyak
19% ( 9 anak) menyukai snak sebagai makanan yang disukai.

Makan Sayur dan Buah


ya tidak
29%

71%

Dari diagram diatas yang didapat dari 48 anak,sebanyak 71% (34 anak) menyukai
makan sayur dan buah, dan sisanya sebanyak 29% (14 anak) tidak menyukai sayur maupun
buah.
Suka Makan dan Minum Manis
ya tidak
17%

83%

Dari 48 anak yang meyukai makanan dan minuman sebanyak 83%(40 anak) dan
sebanyak 17% (8 anak) tidak menyukai makanan atau minuman manis.

Olahraga yang Sering Dilakukan


main bola badminton mainsepeda lain-lain
31% 27%

17% 25%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak di dapatkan sebanyak 27%(13 anak) anak
menyukai olahraga sepak bola terutama pada anak laki-laki, sebanyak 25%(12 anak) memilih
badminton sebagai olahraga yang sering dilakukan, sebanyaj 17 % (8anak) menyukai main
sepeda, dan untuk olahraga lain-lain seperti lompat tali, senam, renang dipilih sebanyak
31%(15 anak)
Pengunaan Gadget
ya tidak

46%

54%

Berdasarkan diagram diatas Sebanyak 48 anak yang sudah memiliki gadet sebanyak
54%(26 anak) dan yang tidak memiliki gadget sebanya 46%(22 anak).

Aktivitas Yang dilakukan di rumah


nonton TV main belajar lain-lain
25%
31%

19%
25%

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang memilih nonton tv sebnyak 31%
(15 anak), sebanyak 25% (12 anak) memilih main di luar sebagai aktivitas yang dilakukan
dirumah. Sebanyak 25%( 12 anak) memilih lain-lain yang meliputi main gadget, mengaji.
Dan sebayak 19% (9 anak)
Pernah Mendapat Ejekan
ya tidak

46%

54%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak mengatakan pernah mendapat ejekan


sebanyak 54%(26 anak) dan yang tidak oernah mendapat ejekan sebanyak 46%(22 anak).

Penyakit yang di alami


ispa sakit gigi lain-lain
19%

50%

31%

Berdasarkan diagram diatas sebayak 48 anak sebanyak 50%( 24 anak) yang pernah
mengalami ispa. Sebanyak 31% (15 anak) pernah mengalami sakit gigi. Dan sisanya
sebanyak 19% (9anak) mengatakan pernah mengalami DBD, tipus, sakit perut, pusing yang
di kategorikan dalam lain-lain
Kebiasaan Berobat
pelayanan kesehatan berobat sendiri tidak diobati
19%

56%
25%

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak mengatakan kebiasaan berobat di pelayanan


kesehatan 56% (27 anak), sebanyak 25%(12 anak) memilih berobat sendiri, dan yang
mengtakan tidak diobati sebanyak 19% (9 anak).
Analisa Data

No. Data Fokus Masalah Keperawatan

Data Subjektif : Defisiensi Pengetahuan


Dari hasil wawancara dengan 42 anak Komunitas
didapatkan:
 Sebanyak 15 anak dari 48 anak mengatakan
belum mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
 Sebanyak 16 anak dari 48 anak mengatakan
belum mencuci tangan sebelum dan sesudah
BAB dan BAK
 Sebanyak 11 anak dari 48 anak mengatakan
belum membuang samoah pada tempatnya.
 Sebanyak 10 anak dari 48 anak mengatakan
tidak mengikuti kerja bakti membersihkan
sampah.
 Sebanyak 16 anak dari 48 anak mengatakan
tidak menyikat gigi 2 kali sehari.
 Sebanyak 29 anak dari 48 anak mengatakan
tidak memeriksakan gigi tiap 6 bulan sekali.
 Sebanyak 31 anak dari 48 anak mengatakan
menyukai makanan seperti bakso,nasi
goreng, dll., 8 anak mengatakan menyukai
makanan cepat saji/junkfood.
 Sebanyak 40 anak dari 48 anak mengatakan
menyukai makanan/minuman manis
(minuman kemasan: chiki, jellydrink, ale-
ale, sprite, dll.)
 Sebanyak 15 anak dari 48 anak mengatakan
aktivitas yang sering dilakukan adalah
menonton TV.
 Sebanyak 24 anak dari 48 anak mengatakan
pernah sakit ISPA, 15 anak pernah sakit
gigi.
 Sebanyak 27 anak dari 48 anak mengatakan
saat sakit berobat ke pelayanan kesehatan.

Data Objektif :
Dari penyebaran kuesioner dan observasi pada
42 anak didapatkan:
 Sebanyak 19% (15 anak) dari 48 anak
belum mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
 Sebanyak 33% (16 anak) dari 48 anak
belum mencuci tangan sebelum dan sesudah
BAB dan BAK
 Sebanyak 23% (11 anak) dari 48 anak
belum membuang samoah pada tempatnya.
 Sebanyak 21% (10 anak) dari 48 anak tidak
mengikuti kerja bakti membersihkan
sampah.
 Sebanyak 33% (16 anak) dari 48 anak tidak
menyikat gigi 2 kali sehari.
 Sebanyak 40% (29 anak) dari 48 anak tidak
memeriksakan gigi tiap 6 bulan sekali.
 Sebanyak 64% (31 anak) dari 48 anak
menyukai makanan seperti bakso,nasi
goreng, dll., 17% (8 anak) menyukai
makanan cepat saji/junkfood.
 Sebanyak 83% (40 anak) dari 48 anak
menyukai makanan/minuman manis
(minuman kemasan: chiki, jellydrink, ale-
ale, sprite, dll.)
 Sebanyak 31% (15 anak) dari 48 anak
aktivitas yang sering dilakukan adalah
menonton TV.
 Sebanyak 54% (26 anak) suka bermain
gadget/smartphone daripada bermain diluar
rumah.
 Sebanyak 50% (24 anak) dari 48 anak
pernah sakit ISPA, 15 anak pernah sakit
gigi, dan 19% sakit lain-lain.
 Sebanyak 56% (27 anak) dari 48 anak saat
sakit berobat ke pelayanan kesehatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisiensi Pengetahuan Komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan ahli di


komunitas
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI PROSES


KEPERAWAT KRITERIA HASIL INTERVENSI
AN
KOMUNITAS
Defisiensi 1. Partisipasi dalam 1. Partnership :
kesehatan latihan (1633) a. Untuk partnership
komunitas Kriteria hasil : perawat cilik akan
(domain 1 a. Menentukan bekerja sama
promosi jangka pendek dengan keluarga
kesehatan, kelas yang realitis responden.
2 manajemen dipertahankan b. Bermitra dengan
kesehatan, kode pada skala 3 Kader, Kepala RW,
00215) ditingkatkan dan Kepala RT
Definisi: adanya ke skala 5 c. Pertimbangkan
satu atau lebih b. Ikut serta dukungan keluarga,
masalah dalam latihan teman sebaya dan
kesehatan atau untuk masyarakat
faktor yang mempertahank terhadap perilaku
mengganggu an yang kondusif bagi
kesejahteraan keseimbangan kesehatan
atau dipertahaankan 2. Proses kelompok :
meningkatkan pada skala 3 a. Kita melakukan
resiko masalah ditingkatkan pembentukkan
kesehatan yang ke skala 5 perawat kecil
dialami oleh c. Patuh pada sejumlah 15 anak
suatu kelompok. program ( dengan kriteria
Batasan latihan usia 10-12) di
karakteristik: dipertahaankan lingkungan RW 05
1. Masalah pada skala 3 Kelurahan
kesehatan ditingkatkan Langensari
yang dialami ke skala 5 3. Promosi kesehatan :
oleh suatu d. Menggunakan a. Memberikan
kelompok strategi untuk Pendidikan kesehatan
atau populasi. membuat tentang penanganan
2. Tidak tersedia latihan yang pertama pada saat
program lebih menarik mendapat luka ringan/
untuk dipertahaankan lecet dan dapat
mencegah pada skala 3 mengetahui dan
satu atau ditingkatkan mengaplikasikan cara
lebih masalah ke skala 5 kompres yang benar,
kesehatan 2. Perilaku promosi mengjaarkan cara
bagi suatu mencuci tangan dan
kelompok kesehatan (1602) cara menggosok gigi
atau populasi Kriteria Hasil : b. Targetkan sasaran pada
3. Tidak tersedia a. Menggunakan kelompok beresiko
program perilaku yang tinggi dan rentan usia
untuk menghindari yang akan mendapat
meningkatkan risiko manfaat besar dari
kesejahteraan dipertahaankan pendidikan kesehatan
bagi suatu pada skala 3 c. Rumuskan tujuan
kelompok ditingkatkan dalam program
atau populasi ke skala 5 pendidikan kesehatan
Faktor yang b. Memonitor d. Gunakan instruksi
berhubungan: lingkungan dibantu computer,
ketidakcukupan terkait dengan televisi, video
ahli di komunitas resiko interaktif dan
dipertahaankan teknologi-teknologi
pada skala 3 lainnya untuk
ditingkatkan menyampaikan
ke skala 5 informasi.
c. Melakukan 4. Pemberdayaan :
perilaku Kita melakukan
kesehatan pemberdayaan di
secara rutin lingkungan masyarakat
dipertahaankan khususnya di RW 05
pada skala 3 kelurahan Langensari agar
ditingkatkan menjadi figure pada teman
ke skala 5 sebayanya untuk
d. Menggunakan melakukan hidup sehat
latiahan rutin salah satunya dengan
yang efektif pengetahuan tentang
dipertahaankan penanganan pertama pada
pada skala 3 saat mendapat luka ringan/
ditingkatkan lecet dan dapat mengetahui
ke skala 5 dan mengaplikasikan cara
e. Menghindari kompres yang benar,
paparan megajarkan PHBS, dan
penyakit perawatan gigi dan mulut
menular
dipertahaankan
pada skala 3
ditingkatkan
ke skala 5
Plan Of Action (POA)
Bentuk Waktu dan
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Media Pelaksana Dana
Kegiatan Tempat
1. Pembentukkan Membentukan Anak-anak Pelatihan Waktu : tiga Leaflet, Mahasiswa Dana
perawat cilik di anak-anak yang usia dasar kali pertemuan LCD, UNW Mandiri
lingkungan sadar akan sekolah di kesehatan Tempat: TPQ Power Mahasiswa
RW 05 kesehatan dan lingkunga seperti Point,
Kelurahan dapat n RW 05 pengukuran Termomete
Langensari mengaplikasikan Kelurahan suhu secara r
ilmu dasar Langensari mandiri,
kesehatan pemberian
kompres saat
demam,
penanganan
luka ringan/
misal lecet,
mengajarkan
PHBS dan
Mengajarkn
kesehatan
gigi dan
mulut
DAFTAR PUSTAKA

Donna, L. Wong et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan Pertama. Jakarta:
EGC

Kemenkes RI. 2017. Profile Kesehatan Indonesia.

Riyadi, Sujono & Sukarman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai