Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

TAHAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH

Disusun oleh :
Kelompok 13
Dede Iskandar KHGC18013
Erwin Pardiansyah KHGC18019
Renal Zaenal Arif KHGC18041
3A S1 Keperawatan
Dosen Pengampu : Susan Susyanti,. S.Kep.,Ners.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2021-2022
TAHAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
khusus anak sekolah.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya
yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV
Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak
antara lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang
tidak menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan
sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur
dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %,
20 murid tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai
kebiasaan mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut
adalah menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan
gatal-gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia anak sekolah maka
diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani masalah tersebut
baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak usia
sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan
penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.
4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan.
C. Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan pada
komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko.
2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait anak
usia sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dalam
memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam hal promotif dan
preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik dalam institusi
pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.
A. Definisi dan deskripsi Komunitas
1. Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok
berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang
anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
2. Deskripsi wilayah Komunitas
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012. Luas wilayah
komunitas 700 m2 dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.
Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah Barat
Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.
Wonokromo.
3. Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia
sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo
Surabaya, November 2012).
B. Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk
di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan
dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa
jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat
potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari
populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
Aktivitas fisik anak semakin meningkat
Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan
C. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam
Ervin, 2002).
Delapan subsistem yang dikaji seperti berikut:
I. Pengkajian
A. Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur.
2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh
anak usia sekolah.
B. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi :
Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas anak usia sekolah
di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan
observasi.
Auskultasi :
Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas, kader UKS, dan
kepala sekolah melalui wawancara.
Angket :
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan
bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan
para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.
a. Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
b. Transportasi Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis
sekolah untuk layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus
dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah,
keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak
usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan
tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak
usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.
D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan
keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil
tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
Fokus utama upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan
mempertahankan kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada
keseluruhan populasi dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada
individu dan keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah
anak sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh
masyarakat, tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan
sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah di
masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi,
membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia
sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana tindakan
dan mengevaluasi hasil intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk mandiri.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV
Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status
kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi
pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner
meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi :
Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN Wonokromo IV
Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis
kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun
dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama
yaitu 20.5 % dan 20 %.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah mayoritas responden beragama Islam yaitu
96,9 %.
Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala
untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya
yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-
anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
B. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi :
Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya. Kebersihan
lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin di dalam sekolah
yang menjual makanan yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual
makanan di depan gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin
kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki
laki dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
Auskultasi :
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV Wonokromo
terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi
sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti
pengajian.
Angket :
Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak
menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat


istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK
(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.

3. Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,
akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :

1) Kebiasaan jajan sembarangan

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan
sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi
yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.

2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah


Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN


IV Wonokromo
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies
gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh


anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak
dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai
macam masalah kesehatan gigi dan mulut.

Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak


SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok
gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase


Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

b. Transportasi

Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda,


jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.

5. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut sertaan
anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap masalah
yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah
yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.

6. Komunikasi

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi


pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil
pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk


memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV
Wonokromo

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi


tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang
iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai
dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV
Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat
dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di
sekolah SDN IV Wonokromo

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang


mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar
74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak
untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu
kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan
pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan
perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
dirinya.

7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke
Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman
Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

C. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan


anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:


a. Kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
- 80% anak usia sekolah memiliki
agregat anak usia sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)

24
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
informasi tentang gosok gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia
sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%

25
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
mengatasi masalah anak sebesar 99%

III. Perencanaan

a. Prioritas masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa


keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah
ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.

Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


penyelesaian positif untuk untuk score
Diagnosa keperawatan pada masalah penyelesaian Peningkatan
agregat anak usia sekolah di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8
agregat anak usia sekolah
Risiko terjadinya kejadian 3 3 3 9
karies gigi pada agregat
anak usia sekolah

26
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies
gigi pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.
27
b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan
1. Risiko 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi 3 Desember SDN IV
terjadinya Terbentuknya secara formal dengan sekolah, dan 2012 Wonokromo
kejadian
kelompok anak kepala sekolah, guru, guru, dan informasi Surabaya
karies gigi
usia sekolah dan petugas UKS petugas UKS
pada agregat
yang peduli SDN IV
anak usia
terhadap Wonokromo
sekolah
kesehatan gigi Surabaya
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan - Kelompok - Ceramah dan
- Agregat anak kesehatan tentang karies anak usia diskusi
usia sekolah gigi pada kelompok anak sekolah di
tidak usia sekolah SDN IV
mengalami 3. Demonstrasikan cara Wonokromo - Edukasi dan
karies gigi menggosok gigi dengan Surabaya demonstrasi
- Agregat anak baik dan benar pada
usia sekolah kelompok anak usia
mendapatkan sekolah
pengetahuan 4. Beri kesempatan pada
yang cukup kelompok anak usia
tentang sekolah untuk bersama-
pencegahan sama mempraktikan cara
masalah menggosok gigi dengan
karies gigi baik dan benar

28
31 Desember
5. Lakukan kerjasama - Puskesmas
2012
dengan puskesmas Wonokromo
- Monitoring
setempat untuk
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya
29
IV. Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

1. Risiko terjadinya kejadian Senin / 3 Desember 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan
karies gigi pada agregat anak 2012 petugas UKS.
usia sekolah
Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya
penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok


anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada


kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan
baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-


sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar

30
Senin / 31 Desember 5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan
2012 monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah
31
V. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah
100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan
berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui
peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi
dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai