Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PENYAKIT “CKD”


DI RUANGAN HEMODIALISA DI RSUD AL - IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh :
Anggi Mulyana KHGD22062
Anjas bahtiar KHGD22052
Astri Nur Astuti KHGD22086
Erni Aprillia KHGD22051
Erwin pardiansyah KHGD22063
KONSEP CKD (Chronic Kidney Disease)

Pengertian

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan


ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, yang ditandai adanya
protein dalam urin dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang
berlangsung selama lebih dari tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020). Chronic Kidney
Disease (CKD) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Salah satu
sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan
karena menurunnya fungsi ginjal (Ulianingrum, 2017).
Etiologi
 Infeksi seperti pieloneftritis kronik (penyakit infeksi pada saluran
kemih)
 Penyakit ginjal
 Penyakit vaskuler hipertensif (tekanan darah tinggi)
 Gangguan jaringan seperti peradangan pada pembuluh darah,
kelainan auto imun
 Ginjal polikistik (kelainan bawaan)
 Amiloidosis (penumpukan protein amilod pada jantung, hati atau
organ lain)
 Kelebihan hormon
 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Patofisiologi

Patogenesis gagal ginjal kronis melibatkan penurunan dan


kerusakan nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang
progresif. Total laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan
klirens menurun, BUN dan kreatinin meningkat. Nefron yang
masih tersisa mengalami hipertrofi akibat usaha menyaring
jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya, ginjal
kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk
melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan,
yang menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan.
Tubulus secara bertahap kehilangan kemampuan menyerap
elektrolit. Biasanya, urine yang dibuang mengandung
banyak sodium sehingga terjadi poliuri (Bayhakki, 2013).
Manifestasi Klinis

 Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem


reninangiotensin-aldosteron)
 pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
 Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
 Sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
 Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
 Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
 Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
 Amenore dan atrofi testikuler
Klasifikasi

Derajat Penjelasan LFG


(ML/Menit)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90


(beresiko)

2 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun 60 – 89


ringan (infusiensi)

3 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun 30 - 59


sedang (gagal ginjal akut)

4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15 - 29


(gagal ginjal kronik)

5 Gagal ginjal terminal (gagal ginjal tahap < 15 atau


akhir) dialysis
Anatomi fisiologi
Anatomi ginjal menurut Wijaya dan Putri (2013) ginjal
merupakan organ yang berada di rongga abdomen,
berada di belakang peritoneum, dan terletak di kanan
kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12 hingga
L3.13 Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-
12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk
seperti biji kacang dengan lekukan mengahadap ke
dalam, dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan
manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1%
berat seluruh tubuh atau kurang lebih antara 120-150
gram.
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan
proses pembentukan urine, yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan)
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali)
3. Ekskesi (pengeluaran)
Pemeriksaan Penunjang

• Radiologi
• USG
• Renogram
• Pemeriksaan Radiologi Jantung
• Pemeriksaan radiologi Tulang
• Pemeriksaan radiologi Paru
• EKG
• Pemeriksaan laboratorium menunjang
untuk diagnosis gagal ginjal ada laju endap
darah dan urin
Asuhan keperawatan
• Pengkajian
Identitas
- Identitas pasien
- Identitas keluarga
• Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
- genogram
• POLA Kesehatan Fungsional (Gordon)
- Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
- Pola Eliminasi
- Pola istirahat tidur
- Pola kebersihan diri / Personal Hygiene
- Aktivitas Lain
- Pola Konsep Diri
- Pola Peran dan Hubungan
- Pola Pertahanan Diri atau Koping
- Pola Keyakinan dan Nilai
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa keperawatan
1. Gejala dan tanda mayor Penurunan fungsi ginjal Hipervolemia
Pemeriksaan Penunjang
Subjektif :  
- Ortopnea GFR menurun
- Dispnea  
- Paroxysmal nocturnal dysnea (PND) Perubahan laju eksresi nefron
Objektif :  
- Edema anakarsa dan/edema ferifer Fleksibilitas nefron hilang
- Berat badan meningkat dalam waktu singkat  
- Jugular venous pressure (JVP) dan/atau cental venous Produksi urin menurun
pressure (CVP) meningkat  
- Refleks hepatojugular positif
Gejala dan tanda minor Anuria
Subjektif : (tidak tersedia)  
Objektif :
- Distensi vena jugularis
- Terdengar suara nafas tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari output
- Kongesti paru
2. Gejala dan tanda mayor Sekresi protein terganggu Kerusakan integritas kulit
Subjektif : (tidak tersedia)  
Objektif : Uremia
- Kerusakan jaringan dan atau  
lapisan kulit pruritus
Gejala dan tanda minor  
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- hematoma
3. Gejala dan tanda mayor Eritropoetin Intoleransi aktivitas
Subjektif : mengeluh lelah  
Pemeriksaan Penunjang
Objektif : HB turun
- Frekuensi jantung meningkat
• Pemeriksaan  
fisik persistem terdiri dari Kesadaran,
>20% darittv
kondisi
dan istirahat
pemeriksaan fisik Pucat, fatigue
(inspeksi,
Gejala dan tanda minor  
palpasi,perkusi dan auskultasi)
Subjektif :
- Dispnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
- Merasa lemah
Objektif :
- Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukan
aritmia saat/setelah aktivitas
- Gambaran EKG menunjukan
iskemia
- Sianosis
Diagnosa keperawatan

1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan


2. Gangguan integritas kulit b.d kekurangan atau
kelebihan volume cairan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Observasi
1. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea,
kelebihan volume Intervensi dispnea, edema, suara nafas tambahan)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
cairan keperawatan 1 x 4 3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan
  jam maka darah, MAP, CVP, PAP, POMP, CO, CI), jika tersedia
4. Monitor intake dan output cairan
keseimbangan cairan 5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN,
meningkat, dengan hematoctrit, berat jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (kadar
kriteria hasil :
protein dan albumin meningkat)
- Asupan cairan 7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi ortortostatik,
menurun
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
- Keluaran urin menurun Terapeutik
9. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Kelembaban membran 10. Batasi asupan cairan dan garam
mukosa meningkat 11. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40o
- Edema menurun Edukasi
11. Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6
- Dehidrasi menurun jam
12. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1kg dalam sehari
- Tekanan darah
13. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
menurun cairan
14. Ajarkan cara membatasi cairan
- Turkor kullit menurun Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian diuretik
16. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
17. Kolaborasi pemberian continous renal replacement therapy
(CRRT), jika perlu
2. gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi Observasi
kulit b.d kekurangan keperawatan 1 x 4 jam maka 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
atau kelebihan integritas kulit meningkat, kulit
volume cairan dengan kriteria hasil : Terapeutik
  a. Kerusakan jaringan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
menurun 3. Bersihkan perineal dengan air hangat
b. Kerusakan lapisan kulit 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
menurun hipoalergik pada kulit sensitif
c. Kemerahan menurun 5. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
d. Pigmentasi abnormal kulit kering
menurun Edukasi
e. Tekstur membaik 6. Anjurkan menggunakan pelembab
7. Anjurkan minum air yang cukup
8. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
3. Intoleransi Setelah dilakukan intervensi Observasi
aktivitas b.d keperawatan 1 x 4 jam maka 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kelemahan toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
  meningkat, dengan kriteria 2.Monitor pola dan jam tidur
hasil : 3.Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Frekuensi nadi menurun Edukasi
- Keluhan lelah menurun 4.Anjurkan tirah baring
- Dispnea saat aktivitas 5.Anjurkan melakukan aktivitas secara
menurun bertahap
- Dispnea setelah aktivitas Terapeutik
menurun 6.Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus
7. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau
Aktif
8.Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
9.Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
10.Anjurkan tirah baring
1. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
2. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
13.Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
 
 
KONSEP HEMODIALISA

Pengertian
Hemodialisis merupakan proses terapi sebagai
pengganti ginjal yang menggunakan selaput membran
semi permeabel berfungsi sebagai nefron sehingga
dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan
mengoreksi gangguan keseimbangan cairan maupun
elektrolit pada pasien gagal ginjal (Mailani, 2015)
Tujuan Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah mengendalikan


gejala-gejala seperti uremia, kelebihan
cairan, dan ketidakseimbangan elektrolit.
Hemodialisa efektif untuk mengeluarkan
cairan, elektrolit dan sisa-sisa metabolisme,
memperbaiki gangguan keseimbangan
asam dan basa pada pasien sehingga
dapat memperpanjang umur pasien GGK.
Tujuan utama dari terapi hemodialisa
adalah untuk memperbaiki keseimbangan
cairan intraseluler dan ekstraseluler yang
terganggu akibat fungsi ginjal yang rusak
(Priyanti & Farhana, 2016).
Indikasi Hemodialisa

Menurut Smeltzer & Bare (2013) menjelaskan


secara umum hemodialisa dilakukan pada pasien
gagal ginjal dengan kondisi:
• 1) GFR kurang dari 15 ml/menit
• 2) Hiperkalemia
• 3) Kegagalan terapi konservatif
• 4) Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl
• 5) Kreatinin lebih dari 65 mEq/L
• 6) Kelebihan cairan
• 7) Anuria berkepanjangan lebih dari lima
Peralatan Hemodialisa
- Dialyzer
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran
paling penting adalah ginjal buatan atau membran dialyzer.
- Cairan Dialisat
Salah satu komponen penting dalam hemodialisa adalah
komposisi dan perpindahan dialisat. Susunan cairan dialisat
mengandung elektrolit dengan kadar mirip pada plasma
darah normal.
-Akses Vaskuler
Untuk melakukan hemodialisa, perlu dipersiapkan akses
vaskuler untuk dihubungkan dengan dialiser, dialisat dan
mesin hemodialisa. Akses vaskuler terdiri atas: AV fistula
sebagai pilihan pertama, AV graft sebagai pilihan kedua,
tunneled venous catheter sebagai pilihan ketiga, dan non
tunneled temporary catheter.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai