Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KRONIK:

GAGAL GINJAL KRONIK/ CKD

DISUSUN OLEH
Muridawati
Maulina Intan
Riniati
Imasni Afrida
Nur Waryuli Azizati
Arifullah
Hasmalita
M. Anhar
Ida Elfira
Farizal

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes MEDIKA SERAMOE BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Konsep Penyakit Kronik

1. Definisi

Semua handaya dan penyimpangan keadaan normal yang mempunyai

karakteristik Menetap, Meninggalkan cacat, Patologis yang tidak kembali,

Memerlukan training khusus untuk rehabilitasi, Mungkin memerlukan supervisi,

observasi atau perawatan lama

2. Ciri-ciri penyakit kronik

a. Progresif (bertambah parah)

b. Tetap (setelah kejadian menetap)

c. Kambuh (sering hilang timbul)

3. Faktor yang mempengaruhi respon pasien pada penyakit kronik

a. Persepsi pasien terhadap situasi

b. Kepribadian pasien

c. Persepsi keluarga terhadap situasi

d. Beratnya patofisiologi atau ketidakmampuan

e. Sikap dan tindakan lingkungan

f. Tersedianya fasilitas kesehatan

4. Jenis-jenis penyakit kronik

a. Gagal jantung

b. Gagal Ginjal kronik

c. Stroke

d. Diabetes mellitus

e. Hipertensi

f. PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis

B. Patofisiologi penyakit kronik /CKD/Gagal Ginjal kronik


Patofisiologi gagal ginjal kronik (GGK) dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan

cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat – zat sisa masih bervariasi dan bergantung

pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,

manifestasi klinis GGK mungkin minimal karena nefron – nefron sisa yang sehat mengambil

alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,

reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya

nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga

nefron – nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini

tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron – nefron yang ada untuk meningkatkan

reabsorpsi protein.

Pada saat penyusutan progresif nefron – nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi

protein, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah pada ginjal akan berkurang.

Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat

menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan

agar terjadi peningkatan filtrasi protein – protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk

dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan nefron dan

secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit –

metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia

berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh (Muttaqin & Sari, 2011).

Pasien GGK akan menjalani terapi hemodialisis secara terus-menerus dalam

mempertahankan hidupnya serta terdapat faktor-faktor yang turut mempengaruhi sehingga

kualitas hidup pasien GGK akan lebih buruk dari pada 16 pasien lain pada umumnya, karena

itu akan berkaitan dengan munculnya masalah psikis yaitu emosional yang berlebih, tidak

kooperatif, penderitaan fisik, masalah sosial yaitu kurangnya berinteraksi dengan orang lain,

keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari serta tingginya beban biaya yang dikeluarkan.

Dengan kata lain hal ini secara signifikan berdampak atau mempengaruhi kualitas hidup

pasien GGK yang menjalani hemodialisis (Wua, Langi, & Kaunang, 2019)
C. Asuhan Keperawatan Penyakit Kronik: Ckd

1. Pengkajian
a. Anamnesa

Mengumpulkan semua keluhan yang berhubungan dengan retensi, etiologi,

perjalanan penyakit, termasuk faktor yang dapat memperburuk faal ginjal

b. Pemeriksaan fisi: Pemeriksaan obektif dan subektif, serta pemeriksaan

penunjang

c. Aktivitas/istirahat

Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur

(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan

rentan gerak.

d. Sirkulasi

Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan

umum, dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah,

hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit

tahap akhir. Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat,

kulit coklat kehijauan, kuning.Kecenderungan perdarahan

e. Integritas ego

Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak

berdaya, tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah,

mudah terangsang, perubahan kepribadian.

f. Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut). Abdomen

kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat,

merah, coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.

g. Makanan/cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan

(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap

pada mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi

abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor

kulit/kelembapan..Edema (umum, tergantung).Ulserasi gusi, perdarahan

gusi/lidah.Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak

bertenaga

h. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”,

kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan,

khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental

i. Nyeri/kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam

hari), perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.

j. Pernafasan

Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum

kental dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau kedalaman

(pernapasan kausmal).Batuk produktif dengan sputum merahmudaencer

(edema paru).

k. Keamanan

Kulit gatal.Ada/berulangnya infeksi.Pruritus.Demam (sepsis, dehidrasi),

normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang

mengalami suhu lebih rendah dari normal (efek PGK/depresi respon

imun).Patekie, area ekimosis pada kulit.Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium


(klasifikasi metastatik).Pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak

sendi

l. Seksualitas

Penurunan libido, amenore, infertilitas.

m. Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,

nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin,

contoh obat, racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau

berulang

2. Analisa data

Pendekatan diagnosis gagal ginal kronik mempunyai sasaran

a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal

b. Mengejar etiologi CKD yang dapat dikoreksi

c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal

d. Menentukan strategi terapi rasional

e. Meramalkan prognosis

3. Diagnose keperawatan

a. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi (D.0022)

b. Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan (D.0056)

c. Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif b/d Disfungsi Ginjal (D.0016

d. Intervensi

NO SDKI SLKI SIKI

1 Hipervolemia L.03020 Keseimbangan I.03114 Manajemen Hipervolemia


b/d gangguan Cairan Ekspektasi: Observasi
mekanisme meningkat Kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala
regulasi - Asupan cairan hipervolemia
(D.0022) meningkat - Identifikasi penyebab
- Haluaran urin hypervolemia
meningkat - Monitor status hemodinamik
- Kelembaban membran - Monitor intake dan output cairan
mukosa meningkat - Monitor tanda hemokonsentrasi
- Asupan makanan (mis. kadar natrium, BUN,
meningkat hematokrit, berat jenis urine)
- Edema menurun - Monitor tanda peningkatan
- Dehidrasi menurun tekanan onkotik plasma (mis.
- Asites menurun kadar protein dan albumin
- `Konfusi menurun meningkat)
- Tekanan darah membaik - Monitor keceptan infus secara
- Denyut nadi radial ketat
membaik - Tekanan - Monitor efek samping diuretik
arteri ratarata (mis. Hipotensi ortostatik,
- Membran mukosa hipovolemia, hipokalemia,
membaik hiponatremia) Terapeutik
- Mata cekung membaik - Timbang berat badan setiap hari
- Turgor kulit membaik pada waktu yang sama
- Berat badan membaik - Batasi asupan cairan dan garam -
Tinggikan kepala tempat tidur 30-
40° Edukasi
- Anjurkan melapor jika haluaran
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic

I.03121 Pemantauan Cairan


Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatas
nadi - Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor kadar albumin dan
protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis. osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium,
BUN)
- Monitor intake dan output cairan -
Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia
- Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi
2 Intoleransi L.05047 Toleransi Aktivitas I.05178 Manajemen Energi
aktivitas b/d Ekspektasi: meningkat Observasi
Kelemahan Kriteria hasil - Identifikasi gangguan fungsi
(D.0056) - Frekuensi nadi meningkat tubuh yang mengakibatkan
- Saturasi oksigen kelelahan
meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
seharihari meningkat Terapeutik
- Kecepatan berjalan - Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat rendah stimulus (mis. cahaya,
- Jarak berjalan meningka suara, kunjungan)
- Kekuatan tubuh bagian - Lakukan latihan rentang gerak
atas meningkat pasin dan/atau aktif
- Kekuatan tubuh bagian - Berikan aktivitas distraksi yang
bawah meningkat menenangkan
- Toleransi dalam menaiki - Fasilitasi duduk di sisi tempat
tangga meningkat tidur, jika tidak dapat berpindah
- Keluhan Lelah atau berjalan
- Dipsnea saat aktivitas
menurun Edukasi
- Aritmia saat beraktivitas - Anjurkan tirah baring
menurun - Anjurka melakukkan aktivitas
- Sianosis menurun secara bertahap
- Warna kulit membaik
Kolaborasi
- Tekanan darah membaik
- Kolaborasi dengan ahli gizi
- Frekuensi napas membaik tentang cara meningkatkan asupan
makanan

I.05186 Terapi Aktivitas


Observasi
- Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
- Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas

Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada kemampuan,
buka defisit yang dialami
- Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial

Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
3 Risiko Perfusi Ekspektasi meningkat observasi
Renal Tidak ((L.02013), kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala
Efektif b/d - Jumlah urine meningkat hypervolemia
Disfungsi Ginjal - Mual muntah menurun - Identifikasi penyebab
(D.0016) - Distensi abdomen hypervolemia
menurun - Monitor status hemodinamik,
- Kadar urea nitrogen tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
darah membaik PCWP, CO jika tersedia
- Tekanan arteri rata-rata - Monitor intaje dan output cairan
membaik - Monitor tanda hemokonsentrasi
- Kadar kreatinin plasma ( kadar Natrium, BUN,
membaik hematocrit, berat jenis urine)
- Tekanan darah membaik - Monitor tanda peningkatan
- Kadar elektrolit tekanan onkotik plasma
membaik - Monitor kecepatan infus secara
- Keseimbangan asam ketat
basa membaik - Monitor efek samping diuretik
- Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama

terapeutik
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur
30-40 derajat
- Anjurkan melapor jika haluaran
urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6
jam
- Anjurkan melapor jika BB
bertambah > 1 kg dalam sehari

Edukasi
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Kolaborasi pemberian diuritik
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic
- Kolaborasi pemberian
continuous renal replacement
therapy

e. Implementasi

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi

keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi

dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu

masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil

yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Allen, 2018)

f. Evaluasi

Menurut Wong, dkk (2019) mengatakan bahwa keefektifan keperawatan

ditentukan oleh pengkajian ulang dan evaluasi asuhan secara kontinu

berdasarkan pedoman observasi yaitu:

a. Observasi dan wawancara keluarga mengenai kepatuhan mereka pada

program medis dan diet.

b. Pantau tanda vital, pengukuran pertumbuhan, laporan laboratorium,

perilaku, penampilan.

c. Observasi dan wawancara klien dan keluarga mengenai perasaan mereka,

kekhawatiran, dan rasa takut; observasi reaksi terhadap terapi dan

prognosis
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi

ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,

menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji

penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi terbagi

menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi

formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan

keperawatan, dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan

istilah SOAP, subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil

pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), perencanaan.

Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2018)


DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal. (2018). Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan.

Jakarta: EGC

Asmadi. (2018). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi

1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wong, Rajif., dkk. (2019). The State of Kidney Disease in the US: New Findings & High

Impact Practices Linked to Improved Patient Outcomes. Jurnal USRDS

Anda mungkin juga menyukai