Kelompok 3
Nama Anggota Kelompok:
1. Amalia Rahmadani
2. Ilham Siregar
3. Raudatul Hayati
4. Fronika Harahap
5. Sartika Ningsih
6. Ira Haryanti
7. Muhammad Syahadad
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)
T.A 2022
1
1. Pengertian Kesehatan Jiwa Masyarakat
menunjukkan bahwa sering terjadi konflik antara keinginan orang tua dan
anak. Misalnya, anak yang harus masuk sekolah jam 07.00 WIB, orang tua
sekolah, mandi, sarapan, dan jam 06.00 harus sudah berangkat. Saat di sekolah
tidak boleh jajan sembarangan sehingga anak diberi bekal kue atau nasi untuk
makan siang. Sepulang sekolah harus tidur, les, mengaji, dan seterusnya.
mandi, berangkat, tidak perlu sarapan, minta uang saku saja, serta jika diberi
rumah semua teman yang dikenalnya, bila perlu tidak pulang, karena jika
sudah pulang tidak boleh keluar lagi, dan seterusnya. Nah, siapa yang salah?
2
Keinginan siapa yang harus diikuti? Kemauan orang tua benar (menurut orang
sekolah adalah kerja keras (industry) vs inferioritas (inferiority). Pada usia ini,
anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan sekolah.
Anak harus mulai beradaptasi dengan sekian banyak teman dan guru dari
berbagai macam latar belakang. Dalam diri anak mulai tumbuh sifat
dan berpegangan pada aturan yang berlalu. Apabila ini tidak terjadi pada anak,
kepada anak sesuai dunia anak. Dengan demikian, hubungan orang tua dengan
anak akan tetap berjalan sesuai dengan tugas pertumbuhan dan perkembangan.
itu, kesehatan jiwa masyarakat ditentukan pula oleh kondisi keluarga. Menurut
Good & Good, kesehatan jiwa masyarakat dapat terjadi apabila keluarga dan
dan masyarakat kita saat ini sudah dalam keadaan sejahtera? Jika belum,
upaya mencapai keadaan sejahtera harus mulai dari keluarga atau masyarakat?
Anak dipersiapkan dengan baik oleh orang tua dalam tata aturan
maka ketika anak pulang dari sekolah, dia bisa menirukan ucapan kotor yang
didengar dari teman sekolah kepada orang tuanya. Dengan demikian, untuk
3
mendapatkan kondisi masyarakat yang sehat jiwa, harus dilakukan upaya
MASYARAKA
KELUARGA T
SEJAHTERA
MASYARAKAT SEHAT JIWA
4
Meningkatnya permintaan kebutuhan Tuntutan kebutuhan dalam
Pengaruh budaya. c. Peralatan rumah tangga jadi modern. d. Makanan siap saji,
hangat, dingin. e. Ibu bekerja di luar rumah. f. Kesiapan terhadap perubahan yang
family) berubah menjadi keluarga inti (nuclear family). c. Agraris berubah menjadi
Kepadatan penduduk a. Daya saing semakin ketat. b. Hukum alam akan terjadi
pertengkaran.
Selain itu, keluarga mempunyai tugas untuk menyiapkan anak dalam menghadapi
tuntutan kehidupan pada masanya. Beberapa tugas keluarga antara lain sebagai
terikat pada kebiasaan keluarga (family culture), yang seolah menolak perubahan,
sehingga mendidik anak menurut sudut pandang orang tua semata. Akibatnya anak
hidup pada dunia “tidak nyata (unreality)”. 2. Tidak semua perubahan penting dan
perlu diikuti. Pertahankan beberapa norma dan nilai keluarga yang penting, sehingga
keluarga dapat berperan sebagai stabilisator dalam perubahan yang sangat cepat. 3.
Dunia berubah dengan cepat, sehingga setiap orang akan dituntut menghadapi
perubahan itu. Keluarga harus berperan sebagai tempat mendapatkan keamanan dan
5
kenyamanan (security), sehingga keluarga merupakan tempat berlindung (refuge) dan
Waspada terhadap peran keluarga yang makin berkurang. Tunjukkan selalu figur ibu
(mother figure) atau figur ayah (father figure), sehingga diharapkan anak akan
kesehatan jiwa antara kondisi sehat dan sakit, pada usia anak sampai usia lanjut,
perawatan di rumah sakit atau masyarakat, serta kondisi kesehatan jiwa di rumah
Area keperawatan kesehatan jiwa masyarakat ini mencakup seluruh kasus yang terjadi
pada usia anak, dewasa, usia lanjut, baik pada kasus individu, kelompok, maupun
keluarga.
pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan
pelayanan yang berfokus masyarakat. Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan
rumah sakit jiwa dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional
pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini
6
dan konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental (consultant liaison mental
sedangkan CLMHN merupakan sarana merawat pasien gangguan fisik umum yang
CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari level lanjut (advance),
sumber daya masyarakat dilaksanakan dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat
jiwa (DSSJ), serta melakukan revitalisasi kader dengan membentuk kader kesehatan
masyarakat. Pada kelompok khusus dapat dibentuk kelompok swadaya (self help
GAMBAr 21.3 Level Perawatan dan Tindakan (Keliat, 1997; Maramis A., 2005;
7
anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan kelompok umur
yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. 4. Aktivitas pada pencegahan
tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. 1) Pendidikan
kesehatan pada orang tua. a) Pendidikan menjadi orang tua. b) Perkembangan anak
dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan
pekerjaan, serta kehilangan rumah/tempat tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi
akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. 1)
masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi anak yatim piatu. 3) Melatih
sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut. 1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres.
orang lain. 3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang. d. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu
cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan. Oleh karena
8
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-
tanda bunuh diri. 2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
adalah deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
adalah sebagai berikut. a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh
informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan
sebagai berikut. 1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
(format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan). 2) Jika ditemukan tanda-
tanda berkaitan dengan kecemasan dan depresi, maka lanjutkan pengkajian dengan
Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan
memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan
mengajarkan keluarga agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya
Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di tempat yang aman,
9
melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan melakukan rujukan jika
dirujuk dengan menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi keluarga, dan terapi
kelompok yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan
cara penyelesaiannya. 11) Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan
dalam 24 jam melalui telepon berupa pelayanan konseling. 12) Melakukan tindak
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada
tahap pemulihan. 4. Aktivitas pada pencegahan tersier antara lain sebagai berikut. a.
keluarga hingga mandiri. Fokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga
10
mengungkapkan dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat. 2)
tangga, dan mengembangkan hobi. 3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan
santai, pergi ke tempat rekreasi. 4) Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan
bersama, pengajian, majelis taklim, dan kegiatan adat. d. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan jiwa.
Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk menghindari isolasi
dan diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan
kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan menghargai pasien
gangguan jiwa. 2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh
keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial, dan pengkajian status
11
pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga,
pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun
perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar
tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam
Depresi b. Perilaku kekerasan 2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa. a. Harga
diri rendah b. Perilaku kekerasan c. Risiko bunuh diri d. Isolasi sosial e. Gangguan
persepsi sensori: halusinasi f. Gangguan proses pikir: waham g. Defisit perawatan diri
(misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan minum, buang air
besar dan buang air kecil; 4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
12
kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan
difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka sosialisasi agar pasien mampu
peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta
telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain
koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga
13
Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa. c. Melakukan perawatan
BACAAN
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
UMM Press.
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th Edition.
St.Louis: Mosby
14