Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT ANAK SEKOLAH

DI RW 005 KELURAHAN LANGENSARI

UNGARAN BARAT

OLEH

KELOMPOK 7

1. ALFIATUR ROHMAH (070117B082)


2. I KOMANG JODI ARTAWAN (070117B083)
3. JOSEPHA MARIANA T. (070117B035)
4. KADEK RIA GANGGA D. (070117B036)
5. MUNIFAH (070117B048)
6. MUSTHOFIYAH (070117B049)
7. NADIA ULFA DONELLA (070117B050)
8. NI WAYAN LASTINI (070117B052)
9. PT. JIWATMAJA KRISNA K.W.Y.P. (070117B059)
10. ERVAN CANDRA T. (070117B085)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosialyang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2009).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka
dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat
itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan
masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam
upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan
dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian
dalam memecahkan masalah kesehatan.
Dalam masyarakat ada pula kelompok usia anak yang merupakan salah satu bagian kelompok
yang terdiri dalam masyarakat. Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan
berkembang secar unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Dalam
perkembangan dan pertumbuhan anak ada pula hal yang dapat mengganggu salah
satunya yaitu masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia anak.

Menurut KEMENKES (2013) Populasi jumlah anak di Indonesia pada tahun


2013 mencakup 37,66% dari seluruh kelompok usia atau ada 89,5 jt penduduk termasuk
dalam kelompok usia anak. Berdasarkan kelompok usia, jumlah anak kelompok usia 0-
4 sebanyak 22,7 jt jiwa (9,54%), kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 23,3 jt jiwa
(9,79%), kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 22,7 jt jiwa (9,55%), dan kelompok usia
15-19 tahun berjumlah 20,9 jt (80,9%).
Dalam bidang kesehatan saat ini, masalah kesehatan anak merupakan salah satu
masalah utama yang ada di negara berkembang terrnasuk Indonesia. Masalah kesehatan
yang sering muncul pada anak seperti masalah kesehatan gigi dan mulut menurut
RIKESDAS 2013 jumlah anak yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut
sebesar 24,8 % dari 57,1% keseluruhan jumlah penduduk yang mengalami maslah
kesehatan kesehatan gigi dan mulut. dan pola hidup yang tidak sehat dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Karena itu untuk dapat mengatasi masalah tersebut, dapat
dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang masalah kesehatan pada
anak.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan kegiatan praktik komunitas di harapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan komunitas dengan meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menjaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan di RW 05 Kelurahan
Langensari
b. Menentapkan masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah
c. Menetapkan intervensi keperawatan komunitas berdasarkan empat pilar
keperawatan
d. Melakukan implementasi keperawatan komunitas anak sekolah (usia 6-12 tahun).
B. MANFAAT
1. Masyarakat RW 005 Kelurahan Langensari
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan
lingkungan perumahan, pendididkan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang
ada serta pelayanan sosial/ kegiatan sosial kemasyarakatan di RW 05 Kelurahan
Langensari
2. Puskesmas
Memberika gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan
serta sosial kemsyarakatan yang ada dimaysrakat RW 05 Kelurahan Langensari
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas khususnya di RW
005 Kelurahan Langensari
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2008) anak sekolah adalah anak pada usia 6 sampai 12
tahun yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya dan orang lainnya. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
ketrampilan tertentu.

B. Tahap perkembangan anak usia sekolah

1. Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin logis dan kritis semakin
kuat sehingga sering kali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita – cita .
2. Aspek sosial
Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun masih
memiliki kecenderungan untuk kurang hati – hati dan berhati – hati.
3. Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama). Anak
termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik

C. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah


Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut Duval dam Miller
Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman (1980) :
1. Mensosialisasikan anak - anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga
D. Permasalahan kesehatan pada usia sekolah
1. Gangguan perkembangan
a. Gangguan tingkah laku
Beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tingkah laku dan
kenakalan anak:
1) Disregulasi neurologik
Tingginya angka kejadian gangguan tingkah laku yang terjadi
bersamaan dengan dengan ADHD yaitu sekitar 50% menguatkan
anggapan bahwa yang mendasari terjadinya gangguan ini adalah
disregulasi neurologik.
2) Faktor biokemikal
Teori biokemikal mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
berkurangnya kadar serotonin pada sistem saraf pusat dengan
terjadinya perilaku agresif dan impulsive.
3) Faktor biologi anak
Temperamen anak cenderung sebagai prediktor terjadinya
gangguan tingkah laku. Apabila orang tua menanggapi dengan tidak
sabar, tidak konsisten dan banyak memberikan larangan pada anaknya
maka kelak anak ini akan mengalami gangguan tingkah laku. Perilaku
kriminal dan agresif dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
dimana faktor lingkungan pengaruhnya sedikit lebih besar. Kelemahan
neurologis, tercakup dalam profil masa kanak-kanak dari anak-anak
yang mengalami gangguan tingkah laku. Kelemahan tersebut termasuk
keterampilan verbal yang rendah, masalah dalam fungsi pelaksanaan
(kemampuan mengantisipasi, merencanakan, menggunakan
pengendalian diri, dan menyelesaikan masalah) dan masalah memori.
4) Faktor sekolah
Anak yang mengalami gangguan tingkah laku sering
mempunyai intelektual dan prestasi akademik yang rendah.
5) Psikologi orang tua
Ibu yang depresi, ayah pecandu alkohol, penjahat dan
mempunyai perilaku anti social berhubungan erat denga terjadinya
gangguan tingkah laku pada anaknya.
6) Peranan keluarga
Perceraian, konflik dalam perkawinan dan kekerasan, interaksi
orang tua dengan anak, kemelaratan dan genetik berpengaruh terhadap
gangguan tingkah laku pada anak. Anak-anak dapat mempelajari
agresivitas orang tua yang berperilaku agresif. Anak juga dapat meniru
tindakan agresif dari berbagai sumber lain seperti televisi. Karena
agresi merupakan cara mencapai tujuan yang efektif, meskipun tidak
menyenangkan, kemungkinan hal tersebut dikuatkan. Oleh karena itu
setelah ditiru, tindakan agresif kemungkinan akan dipertahankan.
Berbagai karakteristik pola asuh seperti disiplin keras dan tidak
konsisten dan kurangnya pengawasan secara konsisiten dihubungkan
dengan perilaku antisosial pada anak-anak.
7) Pengaruh teman sebaya
Penelitian mengenai pengaruh teman seusia terhadap agresi dan
anti sosial anak-anak memfokuskan pada dua bidang besar, yaitu:
Penerimaan atau penolakan dari teman-teman seusia. Penolakan
menunjukkan hubungan yang kausal dengan perilaku agresif, bahkan
dengan tindakan pengendalian perilaku agresif yang terdahulu
Afiliasi dengan teman-teman seusia yang berperilaku menyimpang.
Pergaulan dengan teman seusia yang nakal juga dapat meningkatkan
kemungkinan perilaku nakal pada anak.
8) Faktor-faktor sosiologis.
Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah,
kehidupan keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap
perilaku kriminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap
sebagai faktor-faktor yang berkontribusi. Kombinasi perilaku anti
sosial anak yang timbul di usia dini dan rendahnya status sosioekonomi
keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan di usia muda karena
tindakan kriminal. Faktor-faktor sosial berperan, korelasi terkuat
dengan kenakalan adalah hiperaktivitas dan kurangnya pengawasan
orang tua.
b. Gangguan Perkembangan Belajar
Kriteria Gangguan Perkembangan Belajar :
1) Prestasi dalam bidang membaca, berhitung atau menulis ekspresif
di bawah tingkat yang diharapkan sesuai usia penderita, pendidikan,
dan intelegensi.
2) Sangat menghambat performa akademik atau aktivitas sehari-hari.
3) Gangguan perkembangan belajar dibagi menjadi tiga
kategori. Tidak satupun dari diagnosis yang tepat jika disabilitas
tersebut dapat disebabkan oleh defisit sensori, seperti masalah visual
atau pendengaran.
4) Anak dengan gangguan membaca (disleksia) mengalami kesulitan
besar untuk mengenali kata, memahami bacaan, serta umumnya
juga menulis ejaan. Masalah ini terus dialami hingga dewasa.
Gangguan ini terjadi 5-10 persen anak usia sekolah, tidak
menghambat penderitanya untuk berprestasi.
5) Gangguan menulis ekspresif menggambarkan hendaya dalam
kemampuan untuk menyusun kata tertulis (termasuk kesalahan
ejaan, kesalahan tata bahasa atau tanda baca, atau tulisan tangan
yang buruk) yang cukup parah sehingga dapat sangat menghambat
prestasi akademik atau aktivitas sehari-hari.
6) Anak-anak dengan gangguan berhitung dapat mengalami kesulitan
dalam mengingat fakta-fakta secara cepat dan akurat, menghitung
objek dengan benar dan cepat, atau mengurutkan angka-angka
dalam kolom-kolom.
E. Peran dan fungsi perawat
Perawat melakukan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga
maupun dalam sekolah pada anak yang mengalami gangguan kesehatan.
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT ANAK SEKOLAH (6-12 TAHUN)

I. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Subjektif
1. Hasil wawancara dengan pemegang program anak sekolah di Puskesmas
Ungaran Barat (data 2017) di Kelurahan Langensari didapatkan hasil sebagai
berikut :
a. Jumlah SD/MI yang mendapatkan pelayanan gigi sebanyak 100%
b. Jumlah murid SD/MI yang diperiksa kesehatan gigi yaitu sebanyak 67,1
%
c. Jumlah SD/MI yang perlu mendapatkan perawatan gigi sebanyak 38,5%
d. Jumlah yang pernah mengalami DBD sebanyak 7 orang atau sebanyak
0,00064 %
e. Jumlah PHBS yang dipantau sebanyak 90,1% dan jumlah yang ber-PHBS
sebanyak 100%
f. Jumlah tempat pengelolaan makan menurut status hygine sanitasi yaitu
yang telah memenuhi syarat hygine sanitasi sebanyak 91,7% sedangkan
yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8,33%
2. Hasil wawancara dari kader kesehatan RW 05 didapatkan hasil :
Sebanyak 85% sudah diberikan sosialisasi tentang PHBS, cuci tangan dan
gosok gigi.

B. Pengkajian Objektif
a. Anak usia sekolah di RW 5 Kelurahan Langensari
a. Jumlah anak usia sekolah di RW 05 kelurahan Langensari sebanyak 195
jiwa dari total jumlah KK 583 KK (Kepala Keluarga).
b. Distribusi frekuensi jenis kelamin anak usia sekolah di RW 5 Kelurahan
Langensari

PRESENTASE JENIS KELAMIN USIA ANAK


SEKOLAH Rw 05

0%
0
0

Diagram 1.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin anak usia sekolah
Berdasarkan data diatas jumlah anak usia sekolah di lingkungan RW 05
Langensari paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 99 orang (52%).

b. Anak usia sekolah di RT 12,13 dan 15 RW 5 Kelurahan Langensari


a. Jumlah anak usia sekolah di RT 12,13 RW 05 kelurahan Langensari
sebanyak 48 jiwa dari total jumlah KK KK (Kepala Keluarga).

b. Distribusi frekuensi jenis kelamin anak usia sekolah di RT 12,13,15


Kelurahan Langensari

Presentase Jenis Kelamin Anak Usia


Sekolah Rt 12, 13, & 15
0 0
0%

Diagram 1.2 presentase jenis kelamin anak usia sekolah Rt 12, 13, & 15

Berdasarkan data diatas jumlah anak usia sekolah di lingkungan RT 12,


13, & 15 Kelurahan Langensari paling banyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 25 orang (52%).

c. Distribusi frekuensi perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Perilaku Cuci Tangan Dengan Sabun Dan Air


Mengalir
ya tidak

19%

81%

Diagram 1.3 Perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Berdasarkan diagram di atas dari 48 anak, didapatkan sebanyak
81% (39 anak) mencuci tangan mengguakan sabun dan air bersih
mengalir. Sendangkan sebanyak 19% (9 anak) tidak mencuci tangan
menggunakan air mengakir bersih dan sabun.

d. Distribusi Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah

Perilaku Mencuci Tangan Sebelum Dan


Sesudah Makan
ya tidak

31%

69%

Makan.

Diagram 1.4 Perilaku cuci tangan sebelum dan sesudah makan

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak diukur kemampuan


mencuci tangan didapatkan sebanyak 69% (33 anak) memiliki kebiasaan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan sendangkan untuk yang
belum meemiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah
sebanyak 31% (15 anak).

e. Distribusi Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan Setelah Bermain.

Perilaku Mencuci Tangan Setelah Bermain


ya tidak

38%

62%

Diagram 1.5 Perilaku cuci tangan setelah bermain


Dari 48 anak didapatkan sebanyak 62%(30 anak) memiliki kebiasaan
mencuci tangan setelah bermain. Sendangkan untuk 38%(18 anak)
belum memiliki kebiasaan mencuci tangan setelah bermain.

f. Distribusi Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan Sesudah BAK/BAB

Perilaku Mencuci Tangan Sesudah


BAK/BAB
ya tidak

33%

67%

Diagram 1.6 Perilaku cuci tangan sesudah BAK/BAB

Dari diagram diatas sebanyak 48 anak yang memiliki kebiasaan


mencuci tangan sesudah BAK/BAB sebanyak 67% (41 anak) dan 33% (7
anak) tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah BAB/BAK.

g. Distribusi Frekuensi Perilaku Memilih Makanan atau Jajanan yang


Berwarna Mencolok.

Perilaku Memilih Makanan Atau Jajanan


Yang Berwarna Mencolok
ya tidak

48%
52%

Diagram 1.7 Perilaku memilih makanan/jajanan yang berwarna mencolok


Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak yang suka memilih makanan
atau jajanan yang berwarna mencolok sebanyak 48% (23 anak) dan yang
memilih makanan atau jajanan berwarna mencolok sebayak 52% (25 anak).

h. Distribusi Frekuensi Perilaku Menggunakan Jamban.

Perilaku Menggunakan Jamban


ya tidak
15%

85%

Diagram 1.8 Perilaku menggunakan jamban

Berdasarkan diagram diatasdari 48 anak di dapatkan 85% (41 anak)


sudah menggunakan jamban untuk BAB/BAK, sendangkan yang tidak
menggunakan jamban sebanyak 15% (7 anak).

i. Distribusi Frekuensi Perilaku Membuang Sampah

Perilaku Membuang Sampah Pada


Tempatnya
ya tidak

23%

77%

Diagram 1.9 Perilaku membuang sampah pada tempatnya

Berdasarkan diagram diatas yang diambil dari 48 anak yang membuang


sampah pada tempatnya sebanyak 77%(37 anak) dan yamg tidak
membuang sampah pada tempatnya sebanyak 23%(11 anak)
j. Distribusi Frekuensi Perilaku Mengikuti Kerja Bakti Di Sekolah.

Perilaku Mengikuti Kerja Bakti di


Sekolah
ya tidak

21%

79%

Diagram 1.10 Perilaku Mengikuti Kerja Bakti Di Sekolah

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak yang mengikuti kegiatan


kerja bakti sebanyak79%(38 anak) dan yang tidak ikut berpartisipasi
dalam mengikuti kerja bakti sebanyak 21% (10 anak).

k. Distribusi Frekuensi Perilaku Menyikat Gigi 2 Kali Sehari

Perilaku Menyikat Gigi 2 Kali Sehari


ya tidak

33%

67%

Diagram 1.11 Perilaku Menyikat Gigi 2 Kali Sehari.

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang menyikat gigi 2 kali


sehari sebanyak 67% (32anak) dan yang tidak menyikat gigi 2 kali sehari
sebanyak 33% (16 anak).
l. Distribusi Frekuensi Perilaku Memeriksakan Gigi 6 Bulan Sekali.

Perilaku Memeriksakan Gigi 6 Bulan


Sekali
ya tidak

40%

60%

Diagram 1.12 Perilaku Memeriksakan Gigi 6 Bulan Sekali.

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang memeriksakan gigi


rutin tiap 6 bulan sekali sebanyak 40% (19 anak) dan yang tidak
memeriksakan gigirutin tiap 6 bulan sekali sebanyak 60% (29 anak).

m. Distribusi Frekuensi Makanan Yang Disukai.

Makanan Yang Disukai

17%
junk food
83% makanan lokal

Diagram 1.13 Makanan Yang Disukai

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang menyukai makanan


lokal sebanyak 83 %(40 anak) dan sebanyak 17% (8 anak) menyukai
junkfood.
n. Distribusi Frekuensi Makan Sayur dan Buah

Makan Sayur dan Buah


ya tidak

29%

71%

Diagram 1.14 Makan Sayur dan Buah

Dari diagram diatas yang didapat dari 48 anak,sebanyak 71% (34 anak)
menyukai makan sayur dan buah, dan sisanya sebanyak 29% (14 anak)
tidak menyukai sayur maupun buah.

o. Distribusi Frekuensi Perilaku Suka Makan dan Minum Manis

Suka Makan dan Minum Manis


ya tidak

17%

83%

Diagram 1.15 Perilaku Suka makanan dan minuman manis

Dari 48 anak yang meyukai makanan dan minuman sebanyak 83%(40


anak) dan sebanyak 17% (8 anak) tidak menyukai makanan atau minuman
manis.
p. Distribusi Frekuensi Perilaku Olahraga yang Sering Dilakukan.

Perilaku Olahraga Yang Sering


Dilakukan
main bola badminton mainsepeda lain-lain

31% 27%

25%

17%

Diagram 1.16 Perilaku Olahraga yang Sering Dilakukan

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak di dapatkan sebanyak


27%(13 anak) anak menyukai olahraga sepak bola terutama pada anak
laki-laki, sebanyak 25%(12 anak) memilih badminton sebagai olahraga
yang sering dilakukan, sebanyaj 17 % (8anak) menyukai main sepeda, dan
untuk olahraga lain-lain seperti lompat tali, senam, renang dipilih
sebanyak 31%(15 anak).

q. Distribusi Frekuensi Sering Menggunakan Gadget

Frekuensi Sering Menggunakan


Gadget
ya tidak

46%
54%

Diagram 1.17 Frekuensi Penggunaan Gadget

Berdasarkan diagram diatas Sebanyak 48 anak sering menggunakan


gadet sebanyak 54%(26 anak) dan yang jarang gadget sebanyak 46% (22
anak).
r. Distribusi Frekuensi Aktivitas Yang Dilakukan Di Rumah

Aktivitas Yang Dilakukan Di Rumah


nonton TV main belajar lain-lain

25% 31%

19%
25%

Diagram 1.18 Aktivitas Yang Dilakukan Di Rumah

Berdasarkan diagram diatas sebanyak 48 anak yang memilih nonton tv


sebanyak 31% (15 anak), sebanyak 25% (12 anak) memilih main di luar
sebagai aktivitas yang dilakukan dirumah. Sebanyak 25%( 12 anak)
memilih lain-lain yang meliputi main gadget, mengaji. Dan sebayak 19%
(9 anak).

s. Distribusi Frekuensi Pernah Mendapatkan Ejekan.

Pernah Mendapat Ejekan


ya tidak

46%
54%

Diagram 1.19 Pernah Mendapat Ejekan

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak mengatakan pernah mendapat


ejekan sebanyak 54%(26 anak) dan yang tidak oernah mendapat ejekan
sebanyak 46%(22 anak).
t. Distribusi Frekuensi Penyakit Yang Dialami.

Penyakit Yang Di Alami


ispa sakit gigi lain-lain

19%
50%
31%

Diagram 1.20 Penyakit Yang Dialami

Berdasarkan diagram diatas sebayak 48 anak sebanyak 50%( 24 anak)


yang pernah mengalami ispa. Sebanyak 31% (15 anak) pernah mengalami
sakit gigi. Dan sisanya sebanyak 19% (9anak) mengatakan pernah
mengalami DBD, tipus, sakit perut, pusing yang di kategorikan dalam lain-
lain

u. Distribusi Perilaku Kebiasaan Berobat

Perilaku Kebiasaan Berobat


pelayanan kesehatan berobat sendiri tidak diobati

19%

25% 56%

Diagram 1.21 Perilaku Kebiasaan Berobat

Berdasarkan diagram diatas dari 48 anak mengatakan kebiasaan berobat


di pelayanan kesehatan 56% (27 anak), sebanyak 25%(12 anak) memilih
berobat sendiri, dan yang mengtakan tidak diobati sebanyak 19% (9 anak).
Analisa Data

No. Data Fokus Masalah Keperawatan

Data Subjektif :
1. Hasil wawancara dengan pemegang
program anak sekolah di Puskesmas
Ungaran Barat (data 2017) di Kelurahan
Langensari didapatkan hasil sebagai
berikut :
g. Jumlah SD/MI yang mendapatkan
pelayanan gigi sebanyak 100%
h. Jumlah murid SD/MI yang
diperiksa kesehatan gigi yaitu
sebanyak 67,1 %
i. Jumlah SD/MI yang perlu
mendapatkan perawatan gigi
sebanyak 38,5%
j. Jumlah yang pernah mengalami
Defisiensi Pengetahuan
DBD sebanyak 7 orang atau
Komunitas
sebanyak 0,00064 %
k. Jumlah PHBS yang dipantau
sebanyak 90,1% dan jumlah yang
ber-PHBS sebanyak 100%
l. Jumlah tempat pengelolaan makan
menurut status hygine sanitasi yaitu
yang telah memenuhi syarat hygine
sanitasi sebanyak 91,7% sedangkan
yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 8,33%
2. Hasil wawancara dari kader kesehatan
RW 05 didapatkan hasil :
Sebanyak 85% sudah diberikan
sosialisasi tentang PHBS, cuci tangan
dan gosok gigi.
Data Objektif :
Dari penyebaran kuesioner dan observasi pada
48 anak didapatkan :
 Sebanyak 19% anak usia sekolah belum
mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
 Sebanyak 33% anak usia sekolah belum
mencuci tangan sesudah BAB dan BAK.
 Sebanyak 23% anak usia sekolah belum
membuang sampah pada tempatnya.
 Sebanyak 21% anak usia sekolah tidak
mengikuti kerja bakti membersihkan
sampah.
 Sebanyak 33% anak usia sekolah tidak
menyikat gigi 2 kali sehari.
 Sebanyak 40% anak usia sekolah tidak
memeriksakan gigi tiap 6 bulan sekali.
 Sebanyak 83% anak usia sekolah
menyukai makanan lokal dan 17% anak
usia sekolah menyukai makanan cepat
saji/junkfood.
 Sebanyak 83% anak usia sekolah
menyukai makanan/minuman manis
(minuman kemasan: chiki, jellydrink, ale-
ale, sprite, dll.)
 Sebanyak 31% anak usia sekolah aktivitas
yang sering dilakukan adalah menonton
TV.
 Sebanyak 54% anak usia sekolah suka
bermain gadget/smartphone daripada
bermain diluar rumah.
 Sebanyak 50 % anak usia sekolah pernah
menderita ISPA, 31% anak usia sekolah
pernah menderita sakit gigi dan 19% anak
usia sekolah pernah mengalami sakit
lainnya.
 Sebanyak 56% anak usia sekolah saat sakit
berobat ke pelayanan kesehatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisiensi Kesehatan Komunitas berhubungan dengan


RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI


KOMUNITAS

Defisiensi kesehatan komunitas 1. Partisipasi dalam latihan (1633) 1. Partnership :


(domain 1 promosi kesehatan, Kriteria hasil : a. Untuk partnership kader cilik akan bekerja sama
kelas 2 manajemen kesehatan, a. Menentukan jangka pendek yang realitis dengan keluarga responden.
kode 00215) dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan b. Bermitra dengan Kader, Kepala RW, dan Kepala
Definisi: adanya satu atau lebih ke skala 5 RT
masalah kesehatan atau faktor b. Ikut serta dalam latihan untuk c. Pertimbangkan dukungan keluarga, teman sebaya
yang mengganggu kesejahteraan mempertahankan keseimbangan dan masyarakat terhadap perilaku yang kondusif
atau meningkatkan resiko masalah dipertahaankan pada skala 3 ditingkatkan bagi kesehatan
kesehatan yang dialami oleh suatu ke skala 5 2. Proses kelompok :
kelompok. c. Patuh pada program latihan a. Kita melakukan pembentukkan kader kecil
Batasan karakteristik: dipertahaankan pada skala 3 ditingkatkan sejumlah 15 anak ( dengan kriteria usia 10-12) di
1. Masalah kesehatan yang ke skala 5 lingkungan RW 05 Kelurahan Langensari
dialami oleh suatu kelompok d. Menggunakan strategi untuk membuat 3. Promosi kesehatan :
atau populasi. latihan yang lebih menarik a. Memberikan Pendidikan kesehatan dan pelatihan
2. Tidak tersedia program untuk dipertahaankan pada skala 3 ditingkatkan pada kader cilik tentang cara cuci tangan yang
mencegah satu atau lebih ke skala 5
masalah kesehatan bagi suatu 2. Perilaku promosi kesehatan (1602) benar, karies gigi, makanan sehat, jumantik, etika
kelompok atau populasi Kriteria Hasil : batuk dan bersin.
3. Tidak tersedia program untuk a. Menggunakan perilaku yang menghindari b. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko tinggi
meningkatkan kesejahteraan risiko dipertahaankan pada skala 3 dan rentan usia yang akan mendapat manfaat besar
bagi suatu kelompok atau ditingkatkan ke skala 5 dari pendidikan kesehatan
populasi b. Memonitor lingkungan terkait dengan c. Rumuskan tujuan dalam program pendidikan
Faktor yang berhubungan: resiko dipertahaankan pada skala 3 kesehatan
ditingkatkan ke skala 5 d. Gunakan instruksi dibantu computer, televisi,
c. Melakukan perilaku kesehatan secara video interaktif dan teknologi-teknologi lainnya
rutin dipertahaankan pada skala 3 untuk menyampaikan informasi.
ditingkatkan ke skala 5 4. Pemberdayaan :
d. Menggunakan latiahan rutin yang efektif Kita melakukan pemberdayaan di lingkungan
dipertahaankan pada skala 3 ditingkatkan masyarakat khususnya pada anak usia sekolah di RW
ke skala 5 05 Kelurahan Langensari agar menjadi figure pada
e. Menghindari paparan penyakit menular teman sebayanya untuk melakukan hidup sehat salah
dipertahaankan pada skala 3 ditingkatkan satunya dengan pengetahuan tentang cuci tangan yang
ke skala 5 benar, karies gigi, makanan sehat, jumantik, etika batuk
dan bersin.
Plan Of Action (POA)
Waktu dan
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Bentuk Kegiatan Media Pelaksana Dana
Tempat
1. Pembentukkan Membentukan Anak-anak Pendidikan Waktu : tiga Leaflet, Mahasiswa Dana
kader cilik di anak-anak yang usia kesehatan dan kali LCD, UNW Mandiri
lingkungan sadar akan sekolah di pelatihan kader pertemuan Power Mahasiswa
RW 05 kesehatan dan lingkungan cilik. Kader cilik Tempat: Balai Point, sabun
Kelurahan dapat RW 05 diajarkan dan pertemuan (handscrub),
Langensari mengaplikasikan Kelurahan latihan tentang cuci abate.
ilmu dasar Langensari tangan yang benar,
kesehatan karies gigi,
makanan sehat,
jumantik, etika
batuk dan pilek.
PROGRAM KERJA: BUDAYAKAN SEHAT BERSAMA SI KANCIL (KADER CILIK)

RENCANA KEGIATAN

1. TAHAPAN KEGIATAN PEMBENTUKAN KADER CILIK


a. Dari jumlah total 48 anak usia sekolah di pilih 15 anak yang berusia (10-12 th)
masing-masing satu RT di wakili 5 orang anak.
b. 15 anak tersebut bersedia di berikan pelatihan menjadi kader cilik.
c. Setelah di dapatkan anak usia sekolah sejumlah 15 orang kemudian
dikumpulkan di balai pertemuan untuk diberikan informasi dan rencana
pembentukan kader cilik di lingkungan RW 05.
d. Hari pertama setelah di kumpulkan di balai pertemuan kemudian diberikan
pendidikan kesehatan tentang cara cuci tangan yang benar, gosok gigi , jajanan
sehat, cara pemantauan jumantik, etika batuk dan bersin kemudian masing-
masing calon kader cilik diberikan waktu untuk bertanya.
e. Setelah sesi tanya jawab selesai, kemudian calon kader cilik mempraktikan
kembali apa yang sudah di ajarkan dan di jelaskan.
f. Pada hari kedua pelatihan masing-masing calon kader cilik di evaluasi cara cuci
tangan yang benar, gosok gigi , etika batuk dan bersin, dan jumantik (juru
pemantau jentik).
g. Setelah diberikan pelatihan dan evaluasi masing-masing kader cilik diberikan
penghargaan.
2. KEGIATAN KADER CILIK
a. Menggerakkan dan membimbing teman sebaya atau anak usia sekolah (7-12 th)
dalam melaksanakan cuci tangan yang benar, gosok gigi, pemantauan
kesehatan, etika batuk dan bersin yang benar dan cara memantau jentik
(jumantik).
b. Membantu petugas kesehatan melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di
lingkungan keluarga (RW 05 Kelurahan Langensari).
c. Memperoleh pembekalan materi pelatihan.
d. Memantau dan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat seperti selalu
sadar membuang sampah pada tempatnya dan rajin memantau jentik-jentik.
e. Mencatat dan melaporkan berupa kegiatan harian kader cilik, dan jumantik hasil
pemantauan dari teman-temannya.
f. Melaporkan hasil khusus yang di temukan kepada pembimbing kader cilik
seperti kader kesehatan kelurahan Langensari dan bidan desa.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Partnership : Subyektif:
a. Kader cilik sudah bekerjasama dengan Bidan Desa, Kader 1. Kader cilik mengatakan senang dilatih tentang kesehatan dan akan
Desa, Ketua TPQ dan keluarga. siap membantu masyarakat.
b. Mempertimbangkan dukungan keluarga, teman sebaya dan 2. Kader cilik mengatakan sudah paham dan mengerti tentang
masyarakat terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan pelatihan yang diberikan seperti cuci tangan yang benar, karies
2. Proses kelompok : gigi, makanan sehat, jumantik, etika batuk dan bersin.
a. Telah dilakukan pembentukkan kader kecil sejumlah 15 anak 3. Kader cilik mengatakan senang dapat mengajarkan teman-teman
(dengan kriteria usia 10-12 tahun) di lingkungan RW 05 yang lain tentang kesehatan
Kelurahan Langensari Obyektif:
3. Promosi kesehatan : 1. Kader cilik saat dilatih terlihat antusias meskipun ada beberapa
a. Merumuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan anak yang masih sulit diatur di hari pertama
b. Memberikan Pendidikan kesehatan dan pelatihan pada kader 2. Kader cilik aktif bertanya saat disampakaikan materi
cilik tentang cara cuci tangan yang benar, karies gigi, makanan 3. Kader cilik ketika dievaluasi dapat menjawab pertanyaan dengan
sehat, jumantik, etika batuk dan bersin. benar
c. Kader cilik yang telah dilatik memberikan pendidikan 4. Kader cilik saat diminta untuk mempraktikan ulang apa yang telah
kesehatan kepada teman sebaya atau masyarakat sekitar tentang diajarkan dapat melakukannya dengan baik dan benar.
cara cuci tangan yang benar, karies gigi, makanan sehat, 5. Saat dilakukan rencana tindak lanjut di TPQ kader cilik dapat
jumantik, etika batuk dan bersin. menyampaikan materi dan mempraktikkan apa yang telah
diajarkan.
d. Menggunakan instruksi dibantu computer, video interaktif dan 6. Saat di TPQ anak-anak tampak antusias mendengarkan materi dan
teknologi-teknologi lainnya untuk menyampaikan informasi. mempraktikan tenang cuci tangan yang benar, karies gigi, makanan
4. Pemberdayaan : sehat, jumantik, etika batuk dan bersin, yang disampaikan oleh
Melakukan pemberdayaan kepada Kader Cilik di lingkungan Kader cilik.
masyarakat khususnya di RW 05 Kelurahan Langensari agar Assesment:
menjadi figure pada teman sebayanya untuk melakukan hidup sehat Masalah teratasi
salah satunya dengan pengetahuan tentang cuci tangan yang benar, Planing:
karies gigi, makanan sehat, jumantik, etika batuk dan bersin. Intervensi dilanjutkan oleh Kader Cilik
KENDALA SAAT DILAKUKAN IMPLEMENTASI

1. Saat dilakukan penyampaian materi dan praktik masih ada anak-anak yang berbicara
dengan temannya.
2. Saat salah satu anak diminta untuk kedepan mempraktikkan masih banyak anak yang tidak
mau, namun ada beberapa anak yang aktif mau kedepan dan mempraktikkan apa yang telah
diajarkan.
3. Saat dilakukan rencana tindak lanjut di TPQ audien masih banyak yang ribut sendiri dan
kurang mendengarkan.
4. Konsentrasi anak cepat buyar
5. Kader cilik masih ada yang malu-malu dalam menyampaikan materi dan praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Donna, L. Wong et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan Pertama. Jakarta:
EGC

Kemenkes RI. 2017. Profile Kesehatan Indonesia.

Riyadi, Sujono & Sukarman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Yogyakarta:
Graha

Anda mungkin juga menyukai