KELUARGA MASYARAKAT
SEJAHTERA
1
1. Timbulnya harapan yang banyak. Sebelum merdeka terjadi
kebobrokan, kejelekan, dan kebodohan akibat penjajah. Setelah merdeka
ternyata harapan belum tentu sama kenyataan, serta terdapat kekecewaan
dan kecemasan.
2. Meningkatnya permintaan kebutuhan Tuntutan kebutuhan dalam
meningkatkan harga diri, yang meliputi perumahan, perlengkapan isi
rumah, sarana transportasi dan komunikasi, pendidikan, serta gaya hidup.
3. Dampak teknologi modern
a. Arus dari luar mudah diakses.
b. Pengaruh budaya.
c. Peralatan rumah tangga jadi modern.
d. Makanan siap saji, hangat, dingin.
e. Ibu bekerja di luar rumah.
f. Kesiapan terhadap perubahan yang cepat.
g. Kesesuaian perkembangan teknologi dengan kebutuhan saat ini.
4. Urbanisasi
a. Pergeseran dari masyarakat desa ke kota.
b. Keluarga besar (extended family) berubah menjadi keluarga inti
(nuclear family).
c. Agraris berubah menjadi industri.
d. Mobilisasi semakin cepat.
e. Ikatan keluarga menjadi longgar, kontak menurun, komunikasi
menurun.
f. Peran keluarga yang semakin berkurang.
5. Kepadatan penduduk
a. Daya saing semakin ketat.
b. Hukum alam akan terjadi pertengkaran.
2
Beberapa tugas keluarga antara lain sebagai berikut.
1. Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang cepat. Jangan terlalu
terikat pada kebiasaan keluarga (family culture), yang seolah menolak
perubahan, sehingga mendidik anak menurut sudut pandang orang tua
semata. Akibatnya anak hidup pada dunia “tidak nyata (unreality)”.
2. Tidak semua perubahan penting dan perlu diikuti. Pertahankan beberapa
norma dan nilai keluarga yang penting, sehingga keluarga dapat berperan
sebagai stabilisator dalam perubahan yang sangat cepat.
3. Dunia berubah dengan cepat, sehingga setiap orang akan dituntut
menghadapi perubahan itu. Keluarga harus berperan sebagai tempat
mendapatkan keamanan dan kenyamanan (security), sehingga keluarga
merupakan tempat berlindung (refuge) dan jaminan (insurance) ketika
anak merasakan ketidaknyamanan di lingkungan luar.
4. Waspada terhadap peran keluarga yang makin berkurang. Tunjukkan
selalu figur ibu (mother figure) atau figur ayah (father figure), sehingga
diharapkan anak akan mengembangkan perilaku dengan meniru orang
tuanya.
3
pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus
masyarakat. Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya di
masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara
kesehatannya.
Pelayanan kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di rumah sakit jiwa
dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP) yang
telah dikembangkan. Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan
kesehatan jiwa yang dilaksanakan di rumah sakit umum.
Pelayanan ini berbentuk unit perawatan intensif kejiwaan (psychiatric
intensive care unit—PICU) dan konsultan penghubung keperawatan kesehatan
mental (consultant liaison mental health nursing—CLMHN). Unit psikiatri di
rumah sakit umum merupakan sarana pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
jangka pendek (short term hospitalization), sedangkan CLMHN merupakan sarana
merawat pasien gangguan fisik umum yang mengalami masalah psikososial.
Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari
pelayanan tingkat kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga.
Pelayanan ini dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
(community mental health nursing—CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di
CMHN ini dimulai dari level lanjut (advance), menengah (intermediate), dan
dasar (basic). Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya masyarakat
dilaksanakan dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat jiwa (DSSJ), serta
melakukan revitalisasi kader dengan membentuk kader kesehatan jiwa (KKJ)
sebagai fasilitator masyarakat dalam mengembangkan kesehatan jiwa masyarakat.
Pada kelompok khusus dapat dibentuk kelompok swadaya (self help group—
SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang kesehatan jiwa (UKSJ).
4. Aplikasi Cmhn
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup tiga
tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut.
Pencegahan Primer
1. Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
4
2. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa,
dan usia lanjut.
4. Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
A. Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan,
program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang
tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Pendidikan kesehatan pada orang tua.
a) Pendidikan menjadi orang tua.
b) Perkembangan anak sesuai dengan usia.
c) Memantau dan menstimulasi perkembangan.
d) Menyosialisasikan anak dengan lingkungan.
2) Cara mengatasi stres.
a) Stres pekerjaan.
b) Stres perkawinan.
c) Stres sekolah.
d) Stres pascabencana.
5
C. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat
sering digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres.
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada
pada diri seseorang.
D. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan program berikut.
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.
Pencegahan Sekunder
1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi
dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan
segera.
2. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
4. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi
dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan
penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus
(format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
6
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan dan
depresi, maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan
jiwa (di tempat-tempat umum).
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang
ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program
pengobatan (bekerja sama dengan dokter) serta memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum
obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat
lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang
dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga
agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya
tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak
lanjut.
7) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di
tempat yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan
koping dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8) Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum dirujuk dengan
menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal.
9) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan
untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas
kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan.
10) Memfasilitasi kelompok swadaya—self-help group (kelompok
pasien, kelompok keluarga atau kelompok masyarakat pemerhati)
berupa kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang
terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
11) Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24
jam melalui telepon berupa pelayanan konseling.
12) Melakukan tindak lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
7
Pencegahan Tersier
1. Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
2. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat
gangguan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan
jiwa pada tahap pemulihan.
4. Aktivitas pada pencegahan tersier antara lain sebagai berikut.
8
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup, seperti aktivitas sehari-hari,
mengelola rumah tangga, dan mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4) 4) Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan bersama, pengajian,
majelis taklim, dan kegiatan adat.
9
Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan
hasil pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa)
maupun yang berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan
anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka perawat harus berhati-
hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan
gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat.
Adapun diagnosis keperawatan yang diidentifikasi penting untuk
pascabencana adalah sebagai berikut.
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Risiko bunuh diri
d. Isolasi sosial
e. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
f. Gangguan proses pikir: waham
g. Defisit perawatan diri.
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia.
a. Demensia
b. Depresi
6. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu:
1. penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam
membina hubungan dengan pasien;
2. pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa;
10
3. perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi
kebersihan diri (misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum),
makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil;
4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
lingkungan dan terapi keluarga;
5. tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek
samping).
7. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat
ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam
melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar
11
mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan
koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan
keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan
melalui kolaborasi dan rujukan.
8. Evaluasi
Asuhan Keperawatan Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan
pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
1. Evaluasi pasien
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya.
b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap.
c. Melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.
2.Evaluasi keluarga
a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien mandiri.
b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.
c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa atau kekambuhan.
d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera.
e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat
DAFTAR PUSTAKA
12