DISUSUN OLEH:
(BOB0211823) BERLINDA R. SIMAGAE
(BOB0211829)GELARDA WAIMU
Penyusun ucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Makalah ini dapat terwujud. Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya agar dapat
dimengerti oleh seluruh pembacanya. Namun,kami sadar bahwa Makalah ini masih banyak
kekurangannya,sehingga saran pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan Makalah selanjutnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan yang telah membantu sehingga makalah
Harapan penyusun kiranya Makalah ini bermanfaat serta dapat meningkatkan mutu dan daya
Penulis
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota merupakan suatu wilayah yang pemukimannya relatif besar, padat dan permanen,
serta dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Keadaan tersebut
didukung karena perkotaan merupakan pusat perekonomian, kebudayaan, politik dan
pemerintahan sehingga banyak masyarakat yang berdatangan ke kota bahkan menetap.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan tidak seimbang dengan ruang yang ada dan
peluang pekerjaan di perkotaan. Hal inilah yang akan menjadi permasalahan di kota.
Pusat rehabilitasi adalah tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau
perbaikan untuk kembali seperti semula missal ketergantungan narkoba, penyandang cacat
baik fisik atau mental dan masalah yg lain. Dengan banyaknya wanita yang mengalami
masalah-masalah seperti yang telah disebutkan di atas, maka kita sebagai bidan harus
mengatahui bagaimana memberikan pelayanan rehabilitasi pada wanita tersebut. Untuk itu
dalam makalah ini kami akan membahas apa itu rehabilitasi dan bagaimana melakukan
rehabilitasi yang baik.
Pekerja seks komersial atau biasa disebut PSK merupakan istilah untuk pelacur yang
berkaitan erat dengan masalah stigma, dimana stigma sendiri berkaitan dengan pehamaman,
pemaknaan dan penerimaan dari sebuah istilah maupun perilaku.
Narkoba adalah obat, bahan dan zat bukan makanan yang jika diminum, dihisap, dihirup,
ditelan atau disuntik berpengaruh pada kerja otak dan sering menyebabkan
ketergantungan.Akibatnya, kerja otak berubah. Demikian pula fungsi vital organ lain seperti
jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain.
Pendidikan karyawan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh pihak
perusahaan dalam menyusun struktur dan skala upah. Karyawan yang memiliki kualifikasi
pendidikan yang lebih tinggi tentu saja harus memperoleh upah yang lebih besar. Dengan
demikian, jenjang pendidikan memengaruhi besaran upah karyawan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk memgetahui apa yang di maksud dengan home less, Wanita di pusat rehabilitasi,
Wanita seks komersial, drug abuse, Pendidikan upah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Home less/Tunawisma
1. Pengertian Home less/Tunawisma
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tunawisma adalah seseorang yang
tidak mempunyai tempat tinggal (rumah). Tunawisma adalah orang yang tidak
mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah
kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau
berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari.
2. Penyebab tunawisma
Tunawisma atau homelesness adalah masalah global yang terus dihadapi hingga kini.
Ada sekitar 3 juta tunawisma di Indonesia. Indonesia rentan terhadap letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
Ditambah dengan urbanisasi yang cepat membuat jutaan orang rentan kehilangan
rumah. Pada tahun 2018, terdapat 857.500 pengungsi baru akibat bencana alam dan
kekerasan. Sekitar 25 juta keluarga tinggal di daerah kumuh perkotaan, di sepanjang rel
kereta api, tepi sungai, dan jalan raya menurut Homeless World Cup Foundation. Berikut
akar penyebab adanya tunawisma secara umum dilansir dari human rights careers:
Sementara biaya hidup meningkat, sayangnya tidak ada kenaikan upah. Di Amerika
Serikat, upah minimum telah naik sekitar 350% sejak tahun 1970. Indeks Harga
Konsumen telah meningkat lebih dari 480%. Hal ini membuat sulit untuk menutupi biaya
hidup sehari-hari, apalagi menghemat uang untuk kepemilikan rumah atau keadaan
darurat.
Wanita dan anak-anak sangat rentan terhadap tunawisma yang dipicu kekerasan.
Untuk menghindari kekerasan dalam rumah tangga, orang akan meninggalkan rumah
mereka tanpa rencana.
Jika mereka tidak punya tempat tinggal, mereka bisa berakhir di mobil, tempat
penampungan, atau jalanan. Bahkan bagi mereka yang tinggal, dampak kekerasan
dalam rumah tangga membuat mereka lebih rentan menjadi tunawisma di masa
depan. Ini karena trauma seringkali mengarah pada masalah kesehatan mental dan
penyalahgunaan zat.
Pengertian Wanita
Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin betina.
Wanita yaitu kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan yang sudah
dewasa. Perempuan yang telah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk
perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut juga
dengan anak gadis. Perempuan yang mempunyai organ reproduksi yang baik akan memiliki
kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui.
Pengertian Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memilki penyakit
kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya. Program Rehabilitasi individu yaitu program
yang mencangkup penilaian awal, pendidikan pasien, pelatihan, bantuan psikologis, serta
pencegahan penyakit.
2. Jenis Rehabilitasi
Dengan prinsip utama bahwa rehabilitasi tersebut adalah dalam upaya melakukan
pemulihan terhadap korban secara komprehensif (baik medis mapun sosial) dan dalam prinsip
untuk memanusiakan-manusia Pada dasarnya Rehabilitasi yang diatur dalam regulasi
KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tersebut ada 2 yaitu:
a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis adalah suatu bentuk layanan kesehatan terpadu di bawah naungan rumah
sakit yang dikoordinasi dokter spesialis rehabilitasi medis
b. Rehabilitasi Sosial
1. Dokter spesialis rehabilitasi medik: penanggung jawab tim, coordinator, dokter fungsional
dan terapis rehabilitasi medik.
3. Terapis Wicara.
4. Terapis Okupasi.
5. Psikolog.
6. Ortotis/Prostetis.
· Gangguan dan kelainan tumbuh kembang/cacat bawaan sejak bayi hingga dewasa.
c. Program Rehabilitasi
Program Rehabilitasi diantaranya yaitu, program rehabilitasi yang lamanya 3 bulan yang
mencakup :
c. Pendidikan umum.
d. Pendidikan keterampilan.
f. Rekreasi.
c. Memiliki keterampilan.
d. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah
(keluarga), di sekolah/kampus, di tempat kerja, maupun masyarakat.
Pusat rehabilitasi menggunakan berbagai metode yang berbeda terhadap pasien,
perawatanpun disesuaikan menurut penyakit pasien dan seluk-beluk dari awal terhadap pasien
tersebut. Waktu juga menentukan perbedaan perawatan antar pasien. Dan pengobatan rawat
jalan merupakan program yang sangat bermanfaat bagi para pasien di tahap awal, khususnya
bagi pasien yang kecanduan atau addiction.
o Watak Pemarah.
Sangat dianjurkan untuk tidak memilih pusat Rehabilitasi yang terletak dekat dengan rumah
pasien, uangpun memainkan peranan penting dalam perawatan, tidak lupa kesabaran juga
merupakan faktor yang penting baik itu dari pihak individu dan keluarganya sendiri.
Beberapa tips menjaga pasien agar tidak mengulang kesalahannya setelah pulang dari pusat
Rehabilitasi:
Menemukan kembali hobi yang positif atau perkerjaan yang tetap bagi pasien.
Menjaga hubungan baik antara lingkungan keluarga dan sekitar.
Bertemu dengan konsultan kejiwaan atau psikiater secara berkala, agar pemulihan lebih
terjaga.
Kesabaran dan keyakinan dari pasien itu sendiri akan proses pemulihan dari obat dan
kecanduan.
D. Pusat Rehabilitasi
Pusat rehabilitasi adalah tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau
perbaikan untuk kembali seperti semula misal ketergantungan narkoba, penyandang cacat
baik fisik atau mental dan masalah yg lain.
1. Subyek Rehabilitasi
· Orang-orang terdekat.
· Sarana rekreasi.
· Tenaga professional seperti dokter, psikiater, psikolog, sosiolog, ahli kerohanian, TOGA,
fisioterapi.
· Jenjang Transisi.
· Jenjang Pemantapan
Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan.
Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat
Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual
tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap
pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity).
Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu
seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu,
dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan
baik-baik. Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari
Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat "selokan
yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."
Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah
lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan istilah
gigolo.
Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya
pergaulan kearah seks bebas.dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan
seks adalah sebagai berikut :
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk
menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari
teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa
saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. dalam hal ini
yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang
tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri
selayaknya orang dewasa.
3) Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan
hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko
yang akan dihadapinya.
4) Rasa penasaran
Pada usia remaja. keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya
mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas
masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
5) Pelampiasan diri
factor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang
remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam
dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan
yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja mungkin aturan yang
diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak
(orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan
diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah
seks.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama
dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan
agama,Kalau tidak ada informasi dan pendidikan agama di khawatirkan remaja cendrung
menyalah gunakan hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua
menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan seksualitas yang
merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri. Kalau dikaitkan dengan kondisi saat ini
maka sudah sewajarnyalah kita mendukung RUU APP. (http://www.univrab.ac.id)
Diantara alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat
structural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin
semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk mencari
sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka
harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru dan
sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja. Kasus
penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk ekspresi visual
berupa gambar, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan atau
media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan
atau tersamar kepada public alat vital dan bagian – bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis
yang menonjolkan sensualitan dan seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual dan
hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang
lain.
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang
dikenalakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan
untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi
PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seseorang remaja untuk melakukan
hala-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak
bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya
pemerkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
Dampak yang ditimbulkan bia seseorang bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial) :
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu
mencemooh dirinya.
2. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari perbuatan dosa.
b. Masyarakat
c. Pemerintah
3. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk dijaring
dan mendapatkan rehabilitasi.
Menurut lokasinya :
1. Segregasi/lokalisasi
Klasifikasi :
1. Sektor formal (kompleks lokalisasi, panti pijat, club malam, perempuan pendamping,
penyedia perempuan panggilan)
Penanggulangan prostitusi
1. Preventif
· Pendidikan seks
· Melakukan pengawasan dan kontrol yang sangat ketat terhadap lokalisasi yang sering
ditafsirkan sebagai legalisasi
· Pemberian pengobatan
· Pendekatan keluarga
3) Muda
6) Mobile
7) Berasal dari strata ekonomi rendah
B. Kategori pelacuran
1) Pergundikan
2) Tante girang
3) Gadis panggilan
4) Gadis bar
6) Gadis binal
7) Gadis taksi
8) Penggali emas
10) Promiskuitas
1) Kesulitan hidup
3) Tekanan ekonomi
1) Kebiasaan buruk
5) Kekerasan
3) Timbul Kekerasan
Faktor-faktor yang menyebabkan PSK dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bermoral :
1) Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks yang
dianggap tidak bermoral oleh banyak agama
2) Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan dengan tugas
reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi untuk memperoleh uang.
3) Pelacuran dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk melalui
perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan.
4) Kaum wanita membenci pelacuran karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-laki
(suami) mereka sekaligus pencuri hartanya
Peran sebagai petugas kesehatan dalam masalah pekerja seks komersial yaitu :
3) Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah menjaga
kelangsungan pengadaan obat
5) Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan obat
yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang.
(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) didahului dengan
permufakatan jahat, maka terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :
a. ayat (1) huruf a , dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000 (dua ratus juta rupiah ) dan paling banyak Rp. 2.000.000.000. ( dua milyar
rupiah );
b. ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000. ( satu milyar rupiah );
c. ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan denda
paling banyak Rp. 750.000.000. (tujuh ratus lima puluh juta rupiah );
a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20
tahun dan denda paling sedikit Rp. 500.000.000. ( lima ratus juta rupiah ) dan paling banyak
Rp.3.000.000.000.( tiga milyar rupiah ).
b. Ayat (1) huruf b dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 20 tahun dan paling banyak Rp. 4.000.000.000. ( empat milyar rupiah );
c. Ayat (1) huruf c dilakukan secara terorgnisasi, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 tahun dan paling banyak Rp. 2.000.000.000. ( dua milyar rupiah ).
a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidana denda paling banyak Rp.
7.000.000.000. (tujuh milyar rupiah );
b. ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi , dipidana denda paling banyak
Rp.4.000.000.000. ( empat milyar rupiah );
c. ayat (1) huruf c dilakukan korporasi , dipidana denda paling banyak Rp.3.000.000.000.
(tiga milyar rupiah ).
Ketentuan pidana yang diatur dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1997 tentang
psikotropika terdapat didalam bab XIV, Undang-Undang nomor 5 tahun 1997 didalam pasal
59 sampai pasal 72 yang didalamnya diatur secara jelas dan lengkap mengenai sanksi-sanksi
pelaku tindak pidana psikotropika, yang didalam salah satu pasal 59 berbunyi:
(1) Barangsiapa:
a. menggunakan psikotropika golongan 1 selain dimaksud dalam pasal 4 ayat (2); atau
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah),
dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluhjutarupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta).
(3) jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di samping
pidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Sedangkan yang mengatur tentang narkotika diatur didalam Undang-Undang Nomor 22 tahun
1997. Yang ketentuan pidananya diatur didalam pasal 78 sampai dengan pasal 100 bab, XII
Undang-Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika.
2. Heroin / putaw
Heroin dihasilkan dari pengolahan morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi yang
ditimbulkan heroin menjadi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri, sehingga mengakibatkan
zat ini sangat mudah menembus ke otak.
Cara Penggunaan :
Cara pemakaiannya adalah dengan cara disuntikkan ke anggota tubuh ataupun bisa juga
dengan cara dihisap.
Gejala atau efek yang ditemukan pada pengguna hampir sama dengan pengguna morfin, yaitu
:
· Melambatnya denyut nadi
· Tekanan darah menurun
· Otot menjadi lemas
· Pupil mengecil
· Hilang kepercayaan diri
· Suka menyendiri
· Seringkali berdampak kriminal, misalnya berbohong, menipu
· Kesulitan saat buang air besar
· Sering tidur
· Kemerahan dan rasa gatal pada hidung
· Gangguan bicara (cadel)
3. Ganja / Kanabis / mariyuana
Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya yang menghasilkan
serat, kandungan zat narkotika terdapat pada bijinya. Narkotika ini dapat membuat si
pemakai mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Tumbuhan ini telah dikenal manusia sejak lama, seratnya digunakan sebagai bahan pembuat
kantung, dan bijinya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minyak.
Awalnya, tanaman ini hanya ditemukan di negara-negara beriklim tropis. Namun belakangan
ini, di negara-negara beriklim dingin pun telah banyak membudidayakan tanaman ini, yaitu
dengan cara dikembangkan di rumah kaca.
Cara Penggunaan:
Cara penggunaan narkotika jenis ini adalah dengan cara dipadatkan menyerupai rokok lalu
dihisap.
E. Pendidikan upah
Pendidikan karyawan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh pihak
perusahaan dalam menyusun struktur dan skala upah. Karyawan yang memiliki kualifikasi
pendidikan yang lebih tinggi tentu saja harus memperoleh upah yang lebih besar. Dengan
demikian, jenjang pendidikan memengaruhi besaran upah karyawan.
Di dalam Pasal 2 Ayat (5) Permenaker telah dijelaskan bahwa pendidikan yang dimaksud
adalah tingkat pengetahuan yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal sesuai dengan
sistem pendidikan nasional yang dipersyaratkan dalam suatu jabatan. Pihak perusahaan dapat
menetapkan kualifikasi pendidikan tertentu untuk menjalankan sebuah jabatan.
Itulah sebabnya mengapa untuk sebuah jabatan yang membutuhkan kualifikasi sarjana,
perusahaan tidak akan merekrut kandidat yang berlatar pendidikan lebih tinggi.
Bukan karena overqualified untuk sebuah tugas dan tanggung jawab, melainkan besaran gaji
karyawan baru yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesenjangan upah dan mengacaukan
struktur dan skala upah yang telah berlaku di perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan sistem upah karyawan yang adil, akan selalu berpedoman pada
struktur dan skala upah yang telah disusun.
Baca juga: Upah Minimum: Ketahui Mekanisme Penetapannya
Table of Contents
1 Struktur Gaji atau Upah
2 Upah Karyawan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Struktur Gaji atau Upah
Struktur dan tingkat gaji atau upah dipengaruhi oleh beberapa faktor internal (yang diukur
dengan evaluasi jabatan) dan faktor eksternal (yang dinilai dengan mempelajari tarif yang
berlaku di pasar).
Di samping itu, dinamika yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal harus
ditanggapi secara tepat oleh pihak manajemen perusahaan.
Artinya, pihak manajemen dan sistem imbalan harus ditinjau ulang secara berkala, dan perlu
diubah atau disesuaikan dengan dinamika lingkungan jika diperlukan, untuk mengupayakan
agar imbalan yang adil dan layak tetap bisa terwujud.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi struktur dan tingkat upah:
Kondisi pasar tenaga kerja. Tingkat gaji atau upah dapat dipengaruhi oleh permintaan dan
penawaran tenaga kerja yang ada.
Peraturan pemerintah. Aturan yang ada di Indonesia tentang pengupahan dan kesejahteraan
pekerja diatur di dalam Pasal 88 sampai dengan Pasal 101 UU Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Kesepakatan kerja antara perusahaan dengan karyawan. Keberadaan karyawan
memungkinkan adanya perundingan antara karyawan dan pihak manajemen, baik tentang
jenis, struktur, maupun upah yang diberikan.
Sikap manajemen.Keinginan pihak manajemen untuk meningkatkan semangat kerja, menarik
karyawan yang berkualitas tinggi, mengurangi perputaran tenaga kerja, juga mempengaruhi
upah.
Kemampuan pihak perusahaan dalam membayarkan upah. Gaji atau upah yang dibayarkan
oleh perusahaan kepada karyawan merupakan salah satu bagian dari biaya produksi, yang
harus dihitung oleh setiap perusahaan. Oleh karena itu, struktur dan tingkat upah di suatu
perusahaan harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaan tersebut agar tidak mengalami
kerugian.
Biaya hidup. Pemberian gaji atau upah harus melihat komponen biaya hidup di suatu wilayah.
Upah Karyawan Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus 2019 telah mencatat rata-rata bersih upah yang
diterima untuk semua jenjang pendidikan adalah Rp2,8 juta per bulan.
Upah tertinggi terdapat pada jumlah jam kerja di rentang 35 sampai dengan 44 jam seminggu
dari pekerjaan utama, yaitu sebesar Rp3,4 juta.
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, karyawan lulusan perguruan tinggi memperoleh rata-
rata upah tertinggi yaitu sebesar Rp4,4 juta per bulan. Karyawan lulusan Diploma
I/II/III/Akademi sebesar Rp3,4 juta perbulan.
Sementara untuk jenjang menengah, lulusan SMK mendapatkan rata-rata sedikit lebih tinggi
dari lulusan SMA. Tercatat upah yang diterima dari SMK adalah sebesar Rp2,73 juta dan
SMA sebesar Rp2,68 juta per bulan.
Jaga bisnis tetap produktif dengan software payroll & HRIS terautomasi! Pelajari Fitur
Talenta Selengkapnya Disini!
Adapun rata-rata upah terendah diterima oleh karyawan yang belum atau tidak pernah
menempuh pendidikan yaitu sebesar Rp1,2 juta per bulan. Sedikit lebih tinggi dari itu,
karyawan yang belum tamat SD memperoleh upah sebesar Rp1,6 juta per bulan.
Baca juga: Struktur dan Skala Upah Perusahaan, Tahapan dan Cara Membuatnya
Masalah upah karyawan memang menjadi salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan. Upah yang layak akan memacu seorang karyawan untuk
bekerja dengan dedikasi yang baik, sedangkan upah yang tidak layak tentu akan
menyebabkan mereka menjadi kurang berdedikasi.
Struktur dan skala upah dapat disusun menggunakan beberapa cara, diantaranya adalah
metode ranking sederhana, metode dua titik, atau metode poin faktor.
Namun saat ini sudah ada cara yang lebih mudah dan cepat. Yaitu dengan cara menggunakan
software khusus seperti software HR dan payroll Talenta.
Software payroll Talenta dapat menghitung upah melalui hitung gaji online, dengan
memasukkan semua komponen penggajian.
Lakukan pendaftaran di Talenta sekarang juga untuk merasakan sendiri kemudahan dan
keuntungannya untuk perusahaan Anda. Talenta dilengkapi dengan berbagai fitur terbaik
untuk memenuhi kebutuhan manajemen HR dan payroll di perusahaan Anda.